Dyah Roro Hesti, Gerakan Digital Aktivisme Perempuan dan Politik

Rendy Adrikni Sadikin | Aura Putri Handayani Halim
Dyah Roro Hesti, Gerakan Digital Aktivisme Perempuan dan Politik
Dyah Roro Hesti

Banyak orang menganggap bahwa partisipasi perempuan dalam dunia politik, khususnya pada partai politik dan legislatif sebagai sebuah hal yang dipandang sebelah mata. Jika kita berbicara pada peran perempuan dalam politik Indonesia, keterlibatan perempuan dalam politik terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.

Salah satu indikatornya adalah tren peningkatan keterwakilan perempuan di legislatif- terutama sejak pemilihan umum (Pemilu) 1999 hingga Pemilu terakhir pada 2009. Ignatius Mulyono dalam salah satu publikasinya pada laman dpr.go.id mengatakan bahwa salah satu indikatornya adalah tren peningkatan keterwakilan perempuan di legislatif- terutama sejak pemilihan umum (Pemilu) 1999 hingga Pemilu terakhir pada 2009. Pada Pemilu 1999 (9%), Pemilu 2004 (11,8%), dan Pemilu 2009 (18%).

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia mencatat, hingga pemilu tahun 2019 hasil keterwakilan perempuan di Lembaga Legislatif Nasional (DPR-RI) meningkat dan berada pada 20,8 persen atau 120 anggota legislatif perempuan dari 575 anggota DPR RI. Namun, meskipun hal ini tergolong baik, nyatanya angka ini masih belum mencapai target keterwakilan perempuan sebesar 30 persen.

Dikutip dari website resmi Kemenppa, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy juga optimis keterwakilan perempuan di lembaga legislatif capai 30 persen pada 2024.

“Semakin banyak perempuan yang berpartisipasi di lembaga legislatif, maka demokrasi di Indonesia akan semakin sehat. Menurut saya cuaca politik di Indonesia cukup cerah bagi kaum perempuan untuk mengambil peran. Oleh karenanya, saya optimis keterwakilan perempuan di lembaga legislatif bisa melampaui angka 30 persen tahun 2024 nanti,” tutur Muhadjir.

Penulis merasa bahwa salah satu faktor yang masih cukup memiliki dampak signifikan atas tidak sampainya kuota 30 persen ini adalah kurangnya kesadaran akan kepercayaan diri perempuan untuk memimpin pada ruang legislatif. Maka dari itu, diperlukan adanya ‘penyadaran kembali’ bahwasanya perempuan juga mampu untuk memimpin dan mengambil peran dalam pengambilan keputusan sebuah negara, atau hanya sekedar terjun ke dunia politik.

Dyah Roro Esti salah satu politisi perempuan di Indonesia yang juga saat ini menjabat sebagai salah satu anggota DPR-RI berinisiatif membuat sebuah platform dalam membagi ilmu serta pengetahuan dan edukasi pada masa kegiatan dirumah dan produktif pada masa pandemi Covid-19.

Melalui sosial medianya, beliau banyak memberikan edukasi mengenai SGD dan Sustainability Development serta Women in Politics. Memanfaatkan aplikasi Youtube dan Instagram Dyah Roro Hesti membuat sebuah platform edukasi yang bertajuk ‘Roro Talks’, beliau mengangkat isu SDG, kepemudaan dan perempuan.

Salah satunya membahas mengenai isu SDG 5: Kesetaraan Gender (Gender Equality) dalam Platform Youtube miliknya bertajuk ‘Roro Talks’. Dalam salah satu videonya mengenai Women in Politics Roro menganggap bahwa kenaikan ini juga merupakan sebuah kemajuan dalam perpolitikan di Indonesia.

Roro mengutip dari sebuah riset yang dikaji United Nations tentang Impact of Women’s Participation in Decision Making Processes, bahwa perempuan memiliki kecenderungan yang mendorong kesetaraan gender, kemudian perempuan juga memiliki kecenderungan untuk mendorong kebijakan long term yang dampaknya bisa dirasakan oleh para penerus generasi bangsa.

Roro juga mengatakan bahwa perempuan pada dasarnya memiliki sifat yang nurturing sehingga ketika mendengar aspirasi masyarakat, perempuan mendengar dengan hati dan sensitivitas serta empati untuk memperjuangkan hal tersebut. Penulis menganggap bahwa dengan adanya gerakan edukasi seperti ini mendorong kesadaran perempuan.

Secara jelas, Roro dan banyak politisi perempuan lainnya terus menggaungkan isu kesetaraan gender dalam politik Indonesia demi tercapainya batas minimal 30 persen dalam parlemen. Jika kita berkaca pada poin yang disampaikan Roro dalam video Women in Politics kecenderungan untuk mendorong kebijakan bersifat long term dan ini sangat penting ketika kita berbicara tentang hal-hal seperti bagaimana kita dapat mempromosikan pembangunan berkelanjutan. Tentu saja, hal ini akan membawa kemajuan yang sangat signifikan bagi perpolitikan Indonesia.

Sumber

DPR RI. Tiga Politisi Wanita Bicara Peran Perempuan dalam Politik. Diakses melalui https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/33754/t/Tiga+Politisi+Wanita+Bicara+Peran+Perempuan+dalam+Politik pada 10 Desember 2021.

Esti, Dyah R. (2021, Jul 15). Roro Talks Session 1 Woman in Politics | DYAH RORO ESTI, KRISDAYANTI & TSAMARA (Video). Youtube. Diakses melalui https://www.youtube.com/watch?v=pARRVA_7T00&t=457s pada 10 Desember 2021.

Mulyono, I. (2010). Strategi meningkatkan keterwakilan perempuan. Makalah disampaikan dalam Diskusi Panel RUU Pemilu-Peluang untuk Keterwakilan Perempuan, Jakarta, 2.

Kemenppa. (2021) Menteri Bintang Optimis Keterwakilan Perempuan di Legislatif Capai 30 Persen Pada Pemilu 2024. Diakses melalui https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/3076/menteri-bintang-optimis-keterwakilan-perempuan-di-legislatif-capai-30-persen-pada-pemilu-2024

Penulis: Aura Putri Handayani Halim

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak