Mungkinkah filsafat bisa diajarkan pada anak-anak? Mengapa belajar filsafat sejak dini itu penting bagi masa depan anak-anak kita? Jawabannya karena anak-anak adalah filsuf yang alamiah, artinya mereka selalu menjadi seorang filsuf yang mempertanyakan segala sesuatu, termasuk hal-hal yang sudah jelas bagi orang dewasa. Ada hal yang perlu kita ketahui, ternyata anak-anak sudah mempunyai semacam intuisi filosofis secara alamiah di dalam dirinya. Seringkali mereka menanyakan hal-hal yang bersifat unsur metafisis, politis bahkan etis.
Pemahaman dan gaya berfikir filsafat yang diberikan sejak usia dini dapat meningkatkan kemampuan berbahasa (linguistik), kemampuan berhubungan dengan orang lain (sosial), kemampuan berhadapan dengan kegagalan (psikologis), dan kemampuan berpikir terbuka anak (alamiah), sehingga ia bisa menerima pelajaran dari luar dengan lebih cepat dan mendalam. Dengan keempat kemampuan tersebut, anak pun akhirnya bisa mengungkapkan perasaan dan pikirannya kepada orang lain dengan lancar.
Penelitian menunjukkan bahwa belajar filsafat seminggu sekali dapat mempermudah anak di dalam mata pelajaran matematika dan bahasa inggris. Penelitian ini berlangsung di Inggris dengan melibatkan 3000 anak di 48 sekolah. Mereka belajar filsafat dalam format diskusi membicarakan tentang kebenaran, pengetahuan, persahabatan, dan keadilan. Mereka juga dipancing untuk bertanya, menaggapi, dan bertukar pikiran satu sama lainnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita menjumpai anak yang memiliki kemampuan dalam hal mengajukan pertanyaan dan berpikir kritis, kedua hal inilah penting dalam proses berfilsafat. Mereka mempunyai rasa ingin tahu yang amat besar terhadap sesuatu hal, atas dasar pada rasa ingin tahu itu, mereka lalu bertanya, mengajukan kemungkinan atas jawabannya, membongkar jawaban tersebut dengan pertanyaan lebih jauh.
Hal-hal tersebut ini kita katakan sebagai proses diskusi filsafat yang akan mempertajam intuisi alamiah pada anak. Pertanyaan justru merupakan roh filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, bakat filsafat adalah bakat alamiah yang dimiliki setiap anak, tanpa kecuali. Filsafat adalah bagian penting dari pendidikan hidup (Lebensbildung) setiap orang.
Keadaan sistem pendidikan di Indonesia saat ini masih berpijak pada nilai ujian. Dalam sistem ini, jawaban atas semua pertanyaan telah dirumuskan sebelumnya. Anak hanya perlu menghafal dan akademiknya terukur. Namun, sayangnya, proses semacam ini akan membunuh kreativitas berpikir anak. Akibatnya, kemampuan berpikir anak menjadi tumpul. ia mengalami kesulitan untuk merumuskan pertanyaan, berpikir kritis, berpikir mandiri dan berpikir reflektif. Pendidikan di Indonesia hanya mengkerucut pada pemberian pengetahuan saja.
Oleh sebab itu, peran orang dewasa (fasilitator filosofis) sangat diperlukan dalam hal ini guna membantu anak berpikir secara mandiri dan kritis. Tugas orang dewasa adalah menciptakan suasana yang memungkinkan anak untuk berpikir filsafat dalam mengembangkan kemampuan dan kedalaman berfikirnya. Suasana ini harus dibangun bukan hanya di sekolah, baik sekolah dasar maupun taman kanak-kanak, tetapi juga di dalam keluarga. Peranan orang tua di keluarga sangat besar dalam ini karena waktu anak di rumah lebih lama dengan di sekolah. Bagaimana orangtua, ingin mengajarkan filsafat pada anak juga?