Nastar dan Budaya Lebaran di Indonesia

Hikmawan Firdaus | inaya khoir
Nastar dan Budaya Lebaran di Indonesia
Gambar Nastar (iStock/Rohe Creative Studio)

Hari Raya Idul Fitri, atau dikenal juga dengan Lebaran, merupakan momen yang sangat dinantikan umat Muslim di Indonesia. Perayaan ini tidak hanya menjadi penanda berakhirnya bulan puasa Ramadan yang dipenuhi aktivitas ibadah, tetapi juga sarat dengan tradisi dan nilai-nilai yang diwariskan secara turun-temurun.

Tak hanya momen silaturahmi bersama keluarga, kehadiran kue-kue kering juga menjadi bagian penting dalam perayaan Lebaran di Indonesia. Kehadiran kue-kue kering khas Lebaran ini bukan hanya sekadar untuk menyambut tamu, melainkan juga sebagai perlambang dari rasa syukur, keramahtamahan, dan kebersamaan. Dari sekian banyak kue kering khas Lebaran, nastar hampir tidak pernah absen dari meja untuk menyambut sanak saudara yang berkunjung dan memeriahkan perayaan Lebaran.

Dalam bahasa Belanda, kata nastar berasal dari gabungan dua kata, ananas dan taartjes. Dua kata tersebut kemudian disingkat menjadi nastar. Jadi, nastar dapat diartikan sebagai tart dengan isian selai nanas. Dalam bahasa Inggris, nastar sering disebut dengan pineapple tarts atau pineapple nastar roll. Meski berasal dari luar negeri, nastar kini menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya kuliner Indonesia, terutama dalam perayaan Lebaran atau Idulfitri.

Tidak bisa dipungkiri bahwa nastar telah menjadi bagian penting dari tradisi perayaan Lebaran di Indonesia. Bukan hanya sebagai kudapan untuk menyambut tamu, nastar merupakan simbol dari bagaimana masyarakat Indonesia memaknai momen Lebaran. Nastar menjadi representasi dari tradisi yang mengajarkan pentingnya berbagi kebahagiaan dan kebaikan dengan sesama. Kue dengan cita rasa manis dan asam dari selai nanas ini membawa pesan bahwa kebahagiaan dapat dibagikan dalam bentuk yang sederhana, namun bermakna. Setiap potong nastar yang disajikan menciptakan momen kebersamaan dan kehangatan dalam perayaan Lebaran yang akan mengingatkan kita akan nilai-nilai kasih sayang, persaudaraan, dan toleransi yang terjalin dalam momen Lebaran.

Sebagai bagian dari tradisi keluarga di momen Lebaran, nastar adalah simbol ikatan emosional. Di setiap rumah, aroma kue nastar yang harum mulai tercium beberapa hari sebelum hari raya Idulfitri tiba. Hal ini menjadi tanda bahwa persiapan menyambut lebaran telah dimulai. Tradisi membuat nastar ini menjadi momen berharga bagi keluarga. Tidak sedikit dari kita memiliki kenangan manis tentang proses pembuatan nastar bersama ibu, nenek, atau anggota keluarga lain. Ini bukan hanya sekadar aktivitas memasak, tetapi juga kesempatan untuk berkumpul, berbagi cerita, dan merajut kebersamaan dalam momen Lebaran yang tak ternilai harganya.

Bentuknya yang cantik, nastar sering kali menjadi pilihan isian hampers untuk dibagikan kepada teman atau sanak saudara. Nastar merupakan representasi saling berbagi kebahagiaan bersama orang-orang terdekat dan mengingatkan kita akan pentingnya hubungan sosial yang harmonis dan saling menghargai. Dengan setiap kotak hampers yang berisi nastar, kita tidak hanya sekadar memberi kue lebaran, tetapi juga sebuah tanda perhatian dan kasih sayang tulus. Ini menjadi cara untuk mempererat silaturahmi dan menyampaikan doa serta harapan baik.

Momen Lebaran menjadi lebih lengkap dengan adanya nastar. Nastar tidak hanya sekadar menjadi hidangan manis di atas meja di kala Lebaran, tetapi juga simbol dari kerendahan hati, kebersamaan, dan kehangatan dalam perayaan Idulfitri. Dengan segala kesederhanaannya, nastar memiliki kemampuan untuk menyatukan hati melalui kebersamaan dalam menyambut hari kemenangan.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak