Rokok Seharusnya Bukan Jadi Gaya Hidup Anak Sekolah

Fabiola Febrinastri | Fabiola Febrinastri
Rokok Seharusnya Bukan Jadi Gaya Hidup Anak Sekolah

Gaya hidup merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat. Salah satunya dengan merokok, yang juga menjadi kebiasaan usia remaja.

Kesadaran terhadap kesehatan masih minim di kalangan mereka. Salah satu penyebabnya, merokok dipandang sebagai suatu aktivitas yang keren di kalangan mereka.

Bagaimana kita dapat merubah mindset ini?

Merokok bukanlah sesuatu yang asing di Indonesia, bahkan sangat mudah menemukan rokok  di warung-warung. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokoknya sendiri maupun orang-orang di sekitarnya.

Perokok sudah mengetahui dampak dan bahaya merokok, namun masih tetap melakukan aktivitas tersebut. Berbagai pihak sudah sering mengeluhkan ketidaknyamanan ketika berdekatan dengan perokok.

Saat ini, bukan hanya orang dewasa saja yang aktif merokok, namun juga anak-anak, yang mulai merokok di tempat-tempat umum. Hal ini tidak terlepas dari peran orang dewasa yang merokok.

Rokok menyebar di semua kalangan masyarakat, kaya atau miskin. Rokok telah mejadi barang pokok bagi perokok. Jika tidak merokok dalam sehari, mereka mengeluh mulut ini terasa asam.

Faktor Penyebab
Saat ini di Indonesia, penghasilan industri rokok sangat tinggi. Banyak remaja yang membeli rokok dengan mudah.

Adapun faktor yang mempengaruhi  seseorang mengonsumsi rokok, yaitu lingkungan yang buruk dan bebas, rasa ingin tahu yang tinggi, kurangnya pengawasan orangtua hingga pemasaran rokok yang gampang diakses oleh anak-anak.

Penyebab anak-anak merokok, yang pertama adalah ketika bermain bersama dengan teman-temannya. Pergaulan yang buruk tidak hanya menjerumuskan anak-anak dalam kegiatan merokok, tapi juga bisa mengarahkan mereka kepada perilaku menyimpang, seperti antisosial, narkoba, dan kegiatan kriminal lainnya.

Ya, karena umumnya kita berada di Indonesia, banyak sekali para orang dewasa merokok jadi anak-anak sewajarnya penasaran terhadap sesuatu yang dilihatnya. Ini menjadi sisi negatif untuk anak-anak yang ingin berkembang.

Perilaku merokok pada anak-anak juga merupakan bentuk atau simbol pemberontakan. Masa kanak-anak dan remaja merupakan sebuah fase atau masa dimana anak-anak mencari jati dirinya. Pencarian jati diri ini biasanya sangat dipengaruhi oleh faktor pergaulan bebas yang dimiliki.

Ketika pergaulan ini semakin mempengaruhi si anak dan fungsi peran pengawasan orangtua kurang, maka hal ini akan membuat anak mudah mendapat pengaruh negatif. Perilaku ini sering muncul pada saat remaja, yaitu ingin melakukan sesuatu yang baru.  Akibat mempunyai tingkat penasaran yang tinggi, mereka mudah dipengaruhi hal-hal negatif.

Orangtua terkadang terlalu sibuk dengan pekerjaanya, sehingga hal ini kemudian menyebabkan pengawasan mereka menjadi berkurang. Anak-anakpun menjadi mudah mendapat pengaruh  negatif.

Dari segi peraturan sendiri, memang hal ini belum ditegakkan dengan baik dan sempurna. Apalagi rokok sangat mudah didapatkan di Indonesia.

Kurangnya perhatian masyarakat akan bahaya rokok sangat minim, sehingga hal ini membuat rokok mudah didapatkan.

Pencegahan
Ketika kita masih kecil, kita mungkin penasaran seperti apa rasanya merokok. Anak dan remaja memang punya rasa ingin tahu yang besar dan tak ragu jika ingin mencoba-coba. Namun dari mencoba-coba, bisa jadi ketagihan merokok. Lalu bagaimana caranya mencegah anak merokok?

1. Larangan merokok di dalam rumah
Anak belajar mengambil keputusan dan berperilaku lewat orangtuanya. Jadi berhentilah merokok kalau tidak mau anak merokok.

2. Mengedukasikan anak dari sisi negatif merokok
Pendidikan soal bahaya rokok harus dimulai sejak dini, meskipun anak masih duduk di bangku taman kanak-kanak atau sekolah dasar. Orangtua harus terus mengingatkan anak soal dampak negatif merokok.

3. Rutin berkomunikasi dengan anak
Dengan berkomunikasi dengan anak, kita bisa selalu mengawasi anak. Mengawasi bukan berarti mengekang. Biarkan anak bermain dengan teman sebayanya dan beri edukasi tentang bahaya rokok, sehingga mereka akan menolak ajakan untuk merokok.

4. Mengenal teman-teman anak
Dengan mengenal teman-teman anak, kita melihat apakah mereka memiliki kecendrungan untuk merokok atau tidak.

5. Meningkatkan kepercayaan diri anak
Anak dan remaja mungkin mulai merokok karena ingin merasa diterima oleh teman-temannya. Bisa juga karena merokok membuat mereka merasa seperti orang dewasa. Ini berarti anak kurang kepercayaan diri.

Untuk mecegah anak merokok, kita harus bisa meningkatkan kepercayaan diri anak, mengajarkan  bahwa rokok bukanlah hal yang membuat kita terlihat dewasa atau keren. Sebaliknya, hal yang membuat kita dewasa adalah hal-hal yang telah kita lakukan dan yang pernah kita capai dengan prestasi.

Kini perokok sangat mudah ditemukan indonesia, dewasa hingga anak-anak. Mudahnya akses untuk membeli rokok dan peraturan yang minim membuat masyarakat, khususnya remaja mudah mendapatkan rokok. Mirisnya, kita sebagai masyarakat merasa, rokok adalah sesuatu hal yang wajar dalam pergaulan.

Seberapa jauh kepedulian kita kepada masyarakat, khususnya pada kaum anak dan remaja untuk mulai mengingatkan dan mengajak bergaya hidup sehat?

Pengirim: Citra Tiaradewi, London School of Public Relations Jakarta

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak