Feature: Pejuang Kehidupan

Tri Apriyani
Feature: Pejuang Kehidupan
Ilustrasi nenek dan cucu (unsplash)

Perjuangan seorang Ibu tidak terhenti saat ia mengandung dan melahirkan buah hatinya dengan nyawa sebagai taruhannya. Seorang Ibu akan melakukan apapun agar anaknya dapat hidup dengan bahagia. Kerutan di wajahnya menjadi bukti bagaimana pengorbanan yang telah ia lakukan sangat luar biasa.

Mungkin, disebagian benak banyak orang, Nenek adalah sosok yang lemah dan lembut. Tapi, tidak begitu dengan nenekku. Namanya Tinah. Perawakannya sejak dahulu tinggi, begitu pula badannya yang masih tampak kurus, kulitnya yang semula kencang kini keriput, rambutnya pun sudah memutih semua.

Banyak orang yang menilai nenekku adalah sosok yang tegas dan keras. Mungkin, karena Nenek sudah banyak ditempa oleh keadaan agar tidak menjadi lemah. Ia telah menjalani betapa keras dan getirnya roda kehidupan.

Menginjak usia tujuh tahun, Nenek sudah menjadi yatim piatu. Ayahnya, dipanggil Tuhan karena sakit. Tak lama waktu berselang, ibunya pun menyusul. Ibunya meninggal tersambar petir saat sedang bertani di sawah. Untungnya Nenek tak turut menjadi korban karena ia pun berada di lokasi pada saat kejadian.

Orang tuanya meninggalkan nenekku berserta adik-adiknya yang masih kecil. Untungnya, ada beberapa saudara yang mau mengasuh mereka. Setidaknya, Nenek serta adik-adiknya tak perlu berjuang sendirian mengingat umur mereka yang masih sangat belia.

Nenekku tidak bisa membaca ataupun menulis. Ia tidak pernah mengenyam bangku pendidikan. Walau begitu, ia memiliki impian bahwa semua anak-anaknya harus menempuh pendidikan setinggi-tingginya.

Dari pernikahannya dengan kakekku, Nenek mempunyai enam orang putra. Karena bukan berasal dari keluarga kaya raya, mereka berjuang mati-matian mencari rupiah demi rupiah agar anak-anak mereka bisa mengejar cita-citanya.

Sehari-hari, Nenek tinggal di Solo bersama keenam putranya. Sedangkan kakekku, pergi merantau ke ibu kota untuk mencari nafkah dan hanya pulang beberapa bulan sekali.

Akhirnya, mimpi mereka bisa terlaksana. Bagaimana tidak, putra pertama mereka sudah selesai menjalani pendidikannya dan menjadi sarjana. Dari foto yang terpajang di dinding, aku bisa melihat wajah bahagia mereka dengan mulut tersenyum lebar dan mata berbinar menatap anak sulungnya mengenakan toga.

Jumat itu mungkin menjadi hari yang paling dibenci oleh Nenek. Bak tersambar petir disiang bolong, Nenek mendapat kabar Kakek telah meninggal dunia. Lagi-lagi ia harus merasa kehilangan kesekian kalinya. Orang yang dicintainya meninggalkannya untuk selamanya. Sedih sudah pasti ia rasakan. Namun, ia harus terlihat tabah dan tegar dihadapan putra-putranya.

Demi menyambung hidup. Nenek memilih bertani sebagai jalannya untuk menghidupi anak-anaknya. Tetes demi tetes keringat yang keluar, digunakannya untuk menggarap sawahnya. Ia tidak pernah putus asa dan tetap berjuang hingga titik darah penghabisan. Walaupun tanpa suami, ia akan meneruskan impiannya mengirim putra-putranya hingga perguruan tinggi.

Banyak orang yang mencaci-maki perjuangan nenek. Mereka bilang bahwa nenek terlalu pelit bahkan untuk keperluan sehari-hari. Padahal, itu semua ia lakukan untuk menekan pengeluaran agar bisa membayar biaya pendidikan putra-putranya.

Setelah menunggu waktu yang cukup lama. Pengorbanannya pun berbuah manis. Keenam putranya kini sudah lulus dan mendapat kehidupan yang baik berkat Nenek. Nenek sudah bisa bernapas lega karena ia telah mencapai impiannya walau membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Nenek mengajariku banyak hal. Salah satunya, Tuhan hanya akan mengirimkan cobaan kepada hamba-Nya yang kuat. Dari cobaan itu, kita bisa menjadi pribadi yang lebih dewasa dalam menyikapi persoalan yang ada.

Semoga Nenek sehat selalu dan diberikan umur yang panjang. Saat sudah lulus dan memiliki penghasilan sendiri, membahagiakan Nenek merupakan impianku sedari dulu. Walapun tidak seberapa dengan semua pengorbanannya. Namun, aku akan berusaha membahagiakannya.

Oleh : Diani Ratna Utami / Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta Progam Studi Jurnalistik
Email: [email protected]

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak