Dewasa ini, berbelanja tidak lagi hanya tentang membeli bahan pokok sehari-hari. Banyak orang berbelanja untuk kesenangan tersendiri maupun untuk show-off tentang kebahagiaan, power ataupun kesuksesan. Perilaku pembelian tersebut disebabkan oleh sifat materialistis.
Sifat materialistis menganggap bahwa kepemilikan barang sangatlah penting bagi identitas pribadi seseorang. Memiliki suatu barang dianggap bisa menggambarkan kesuksesan pribadi seseorang secara finansial, menaikkan popularitas dan status sosial.
Sifat materialistis tersebut juga bisa menimbulkan perilaku pembelian impulsif, yaitu perilaku pembelian yang terjadi secara tidak terencana dan mengambil keputusan pembelian tanpa berpikir panjang. Perilaku pembelian impulsif biasanya didorong oleh emosi sesaat dari dalam diri konsumen sebagai reaksi terhadap pemicu eksternal seperti lingkungan belanja, diskon produk, dan tentunya sifat materialistis.
Terlebih lagi, dalam era globalisasi ini, aktivitas berbelanja dipermudah dengan adanya internet. Dilansir dari statisca.com, pendapatan di pasar online diproyeksikan mencapai US $2.411.638 juta pada tahun 2020. Semakin bertumbuhnya pasar online dengan pesat, para pemasar harus melakukan berbagai cara untuk menarik perhatian konsumen. Dalam hal ini, pemahaman akan perilaku konsumen sangatlah diperlukan, tentunya perilaku impulsif konsumen adalah perilaku yang sangat diinginkan oleh pemasar.
Pemasar dapat memanfaatkan perilaku pembelian impulsif yang ada pada konsumen, dengan melakukan strategi pemasaran yang memanfaatkan sifat materialistis dari konsumen. Perasaan bahagia dan bangga yang didapatkan konsumen saat berbelanja dapat dimanfaatkan oleh pemasar untuk meningkatkan penjualan.
Dengan adanya sifat materialistis, para konsumen akan merasa bangga dan bahagia akan kepemilikan suatu barang. Sifat materialistis membuat konsumen mengonsumsi barang yang dapat menaikkan derajatnya tanpa memperhatikan manfaat barang yang dibeli.
Sebagai contoh, konsumen materialistis yang awalnya sedang menjelajahi online shop hanya untuk hiburan, akan bertindak impulsif dengan berbelanja secara spontan apabila tiba-tiba melihat diskon yang besar dan menggiurkan tanpa memedulikan nilai guna dari barang tersebut. Sifat materialistis ini, dan akses terhadap internet yang mudah dapat menimbulkan kecanduan pada diri konsumen untuk kerap melakukan kegiatan belanja yang bersifat impulsif secara online.
Kemudian, sebagai konsumen apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah perilaku pembelian impulsif? Ada beberapa cara yang bisa kita terapkan, seperti:
- Membuat daftar belanja
Sebelum melakukan belanja online, penting untuk membuat rencana dan daftar belanja untuk menghindari perilaku berbelanja tanpa rencana, dan tentunya penting untuk mematuhi daftar belanja tersebut.
2. Batasi budget untuk berbelanja
Batasi uang yang akan digunakan pada saat berbelanja, kemudian berbelanjalah dengan tidak melebihi budget yang sudah ditentukan sebelumnya.
3. Jangan langsung bayar, masukkan dulu ke dalam “wish list”
Pada saat ini, banyak fitur dalam platform belanja online seperti wish list, ataupun istilah lainnya. Sebelum melakukan pembayaran, masukkan dulu barang yang ingin kita belanjakan ke dalam wish list tersebut. Hal ini dapat memberikan kita waktu untuk berpikir, apakah kita benar-benar membutuhkan barang tersebut? Ataukah hanya emosi sesaat saja?
4. Lakukan research sebelum melakukan pembayaran
Pada saat melakukan kegiatan berbelanja online, ada kemungkinan besar barang itu sebenarnya tidak sesuai dengan yang konsumen cari. Terutama jika akan melakukan pembelian dalam jumlah besar, lakukan research mendalam terlebih dahulu sebelum melakukan pembayaran. Hal ini akan membantu mencegah rasa penyesalan konsumen setelah melakukan pembayaran.
5. Unsubscribe pemberitahuan diskon dan promo
Sering kali konsumen sering mendapat pemberitahuan promosi melalui e-mail, misalnya seperti “KHUSUS HARI INI SAJA! DISKON 70%”. Dengan melakukan unsubscribe pada pemberitahuan promosi tersebut, konsumen tidak akan tergoda untuk melakukan pembelian secara impulsif.
Pada akhirnya, sudah jadi kodrat manusia untuk tidak pernah puas dengan hal yang dimilikinya sekarang. Namun, sebagai konsumen yang bijak kita harus mengingat kembali batas kemampuan finansial kita sendiri. Membeli sesuatu karena didorong sifat materialistis bahkan sampai memaksakan diri sendiri bukanlah suatu hal yang baik. Konsumen sebaiknya dapat mengontrol diri sepenuhnya apabila sedang berbelanja online, jangan sampai dengan sifat materialistis yang ada pada diri konsumen, membuat konsumen terjebak pada perilaku impulsif saat berbelanja online.