Kesehatan Mental Tak Terkendali di Masa Pandemi, Ini Gejala dan Faktornya

Hikmawan Muhamad Firdaus | Grania Nipha Maheswari
Kesehatan Mental Tak Terkendali di Masa Pandemi, Ini Gejala dan Faktornya
Ilustrasi wanita stres.[Unsplash]

Tahukah kalian semua bahwa ternyata pandemi ini menimbulkan beberapa permasalahan baik dari segi ekonomi, politik, sosial, pendidikan dan juga dari sisi kesehatan. Di saat saat ini pemerintah dan masyarakat memfokuskan diri terhadap penanganan dan juga pencegahan Covid-19, sehingga pada akhirnya menimbulkan kekhawatiran serta rasa takut yang sangat berkepanjangan.

Rasa khawatir dan rasa takut menimbulkan permasalahan baru salah satunya yaitu permasalahan kesehatan mental. Apakah benar, bahwa masalah kesehatan mental ini hanya menyerang remaja saja ? Tentu salah, karena masalah kesehatan ini ternyata menyerang berbagai kalangan dan usia, dan bukan hanya pada remaja saja.

Masalah kesehatan mental telah menjadi masalah yang belum terselesaikan di tengah-tengah masyarakat sampai saat ini, Kata “Kesehatan mental” belum familiar di kalangan masyarakat dan terkadang terabaikan. Sehingga perlunya sosialisasi pada masyarakat akan pentingnya menjaga kehatan mental.

Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional. Dari hasil penelitian Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) Kesehatan Mental pada saat pandemi semakin meningkat dengan 63% responden mengalami cemas dan 66% responden mengalami depresi akibat pandemi Covid-19.

Perlu kalian ketahui juga bahwa terdapat 3 jenis kondisi yang paling umum terjadi pada masalah kesehatan mental diantaranya gangguan kecemasan, stres, dan depresi. Faktor Resiko yang mempengaruhi terhadap permasalahan kesehatan mental tersebut adalah faktor psikososial.

Faktor psikososial ini berupa peristiwa kehidupan dan stresor lingkungan, kepribadian, psikodinamika. Contoh: semua pekerja bekerja dengan WFH (work from home), profesi seorang guru diharusnya mengajar tidak secara tatap muka langsung sehingga menyebabkan timbul suatu permasalahan dan beban, seorang siswa yang belajar secara daring, dengan tugas banyak, bahkan ada beberapa karyawan yang di PHK karena krisis di suatu perusahaan akibat pandemi sehingga menimbulkan permasalahan kesehatan mental.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan penularan infeksi Coronavirus-2019 (COVID-19) antar manusia pada 31 Desember 2019 di Wuhan, China. Penyebaran Virus ini menyebar dengan cepat sehingga miliaran orang di seluruh dunia telah terpengaruh oleh pandemi COVID-19, yang berdampak pada kondisi kesehatan tubuh baik secara fisik atau mental. Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) menyatakan bahwasebanyak 63% responden mengalami cemasdan 66% responden mengalami depresi akibat pandemi COVID-19. Gangguan kesehatan mental adalah gangguan utama dalam pemikiran, perasaan, atau perilaku seseorang yang disebabkan adanya masalah dalam fungsi mental (mental health problem).

Dari hasil beberapa penelitian nasional dan internasional terdapat dampak negative terhadap kesehatan mental banyak terjadi pada masa remaja dimana rentan pada usia 19-21.

Menurut WHO, remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Usia remaja ini mengalami beberapa perubahan berupa perubahan fisik, emosional maupun pola pikir.

Faktor Resiko yang mempengaruhi terhadap kesehatan mental adalah:

1. Faktor genetic

Penelitian genetik dan keluarga menunjukkan bahwa angka resiko di antara anggota keluarga tingkat pertama dari individu yang menderita depresi berat (unipolar) diperkirakan 2 sampai 3 kali dibandingkan dengan populasi umum. Angka keselarasan sekitar 11% pada kembar dizigot dan 40% pada kembar monozigot.

2. Faktor psikososial

Faktor psikososial yang mempengaruhi depresi meliputi peristiwa kehidupan dan stresor lingkungan, kepribadian, psikodinamika.

3. Faktor biologi

Hipersekresi yang terjadi diduga akibat adanya defek pada sistem umpan balik kortisol di sistem limbik atau adanya kelainan pada sistem monoaminogenik dan neuromodulator yang mengatur CRH. Sekresi CRH dipengaruhi oleh emosi. Emosi seperti perasaan takut dan marah berhubungan dengan Paraventriculer nucleus (PVN), yang merupakan organ utama pada sistem endokrin dan fungsinya diatur oleh sistem limbik. Emosi mempengaruhi CRH di PVN, yang menyebabkan peningkatan sekresi CRH.

Pada saat pandemi ini, faktor psikososial sangat mempengaruhi akan kesehatan mental tiap individu dan berbagai profesi. Misalnya semua pekerja bekerja dengan sistem WFH (work from home), profesi seorang guru diharuskan mengajar tidak secara tatap muka sehingga menyebabkan timbul suatu permasalahan dan beban, seorang siswa yang belajar secara daring dengan tugas banyak, bahkan ada beberapa karyawan yang di PHK karena krisis di suatu perusahaan akibat pandemi. Situasi ini dapat membuat seseorang pekerja merasa khawatir dan menimbulkan berbagai permalahan kesehatan mental. Dampak yang mungkin muncul ketika kita merasa tidak aman dalam bekerja berdampak pada kesehatan psikologis dan fisik (cemas, depresi, stres, perasaan tidak berharga, putus asa, berkurangnya rasa percaya diri, psikosomatik, peningkatan tekanan darah, hingga gangguan jantung).

Gejala gangguan kesehatan mental sebagai berikut:

1. Perubahan mood yang sangat drastis

2. Mengalami delusional

3. Merasa ketakutan secara berlebihan

4. Kerap merasa sangat marah

5. Perubahan kondisi fisik seperti sakit kepala, nyeri punggung, sakit perut

6. Menarik diri dari kehidupan sosial

Nah, dari beberapa penjelasan diatas, tentunya kalian sudah mengetahui bahwa dalam menghadapi stressor dan juga permasalahan hidup kita semua yang dimulai dari hal yang kecil sampai ke hal yang besar, kita harus selalu tetap menjaga kesehatan mental kita, karena itu adalah hal yang paling penting. Dengan memiliki mental yang sehat, pada akhirnya kita semua akan menjalankan semua aktivitas dengan baik tanpa suatu halangan ataupun stres yang berkepanjangan. Yuk mulai sekarang, mari hidup sehat demi mental yang kuat ! 

Referensi : 

-Sohail N. Stress and academic performance among medical students. J CollPhysicians Surg Pak. 2013;23(1):67-71. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23286627 -Diakses Januari 2018-

-World Health Organization (2017). Mental disorders fact sheets. WorldHealth Organization. https://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs396/en/

-World Health Organization. Mental health action plan 2013-2020.Switzerland: World Health Organization. 2013. https://apps.who.int/iris/bitstream/10665/89966/1/9789241506021_eng.pdf?ua=1 -DiaksesDesember 2017

-Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak