Strategi Milenial Amankan Finansial

Tri Apriyani | Surya Adhi Nugroho
Strategi Milenial Amankan Finansial
Ilustrasi dompet kosong

Generasi milenial, begitulah sebutan yang kerap kali disematkan untuk kelompok demografis yang lahir pada tahun 1980 sampai tahun 2000-an. Sebagai generasi yang hidup di era yang serba praktis, milenial dikenal sebagai kalangan yang dinamis, cepat belajar, dan memiliki gaya hidup yang konsumtif.

Pada tahun 2020 mendatang, populasi milenial di Indonesia diperkirakan mencapai 34 persen dari total populasi penduduk Indonesia. Dengan jumlah yang fantastis ini, generasi milenial digadang-gadang akan memberikan warna dan pengaruh positif dalam menciptakan sumber daya manusia unggul sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional.

Oleh karenanya, wawasan akan literasi keuangan mengenai strategi investasi yang terstruktur perlu digaungkan di kalangan milenial dalam menghadapi ketidakpastian di masa mendatang.

Faktanya, menurut hasil survei bertajuk The Future Money, sebanyak 44 persen milenial Indonesia ternyata hanya berinvestasi sekali dalam satu atau dua tahun. Bahkan sebanyak 20 persen di antaranya tidak menginvestasikan kekayaannya.

Minimnya edukasi tentang pengelolaan keuangan ini menjadi salah satu penyebab utama milenial memilih untuk tidak berinvestasi. Padahal, dengan ketidakpastian perubahan zaman dan teknologi yang semakin berkembang, tentu menjadi konsekuensi logis bagi para milenial untuk lebih memperhatikan kondisi finansialnya.

Lantas, strategi apa saja yang harus ditempuh untuk mengamankan finansial kita?

Poin pertama dan paling mendasar yang harus dilakukan oleh generasi milenial adalah memahami pentingnya literasi keuangan secara mumpuni. Dengan literasi keuangan yang baik, para milenial mampu melakukan perencanaan keuangan  dengan memilih dan memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan sesuai kebutuhan.

Selain itu kita juga dapat terhindar dari aktivitas investasi pada instrumen keuangan yang tidak jelas. Literasi keuangan menjadi elemen penting yang wajib dikuasai dalam memulai strategi investasi.

Selanjutnya tahap kedua yang harus dilakukan adalah menyusun perencanaan keuangan bulanan. Kondisi keuangan yang sudah menipis di pertengahan bulan mengindikasikan bahwa kita belum memiliki rencana keuangan yang baik. Salah satu solusi yang mudah untuk dilakukan adalah membuat rencana keuangan dengan formula 50-30-20 yang didasarkan pada penghasilan bulanan.

Artinya anggaran 50 persen dari gaji bulanan akan dialokasikan untuk kebutuhan mendasar, 30 persen untuk kebutuhan hiburan, dan 20 persen untuk kebutuhan investasi. Proporsi ini tentu bisa diubah sesuai prioritas kebutuhan kita dengan catatan komitmen menyisihkan anggaran investasi harus selalu dijaga.

Ketiga, hal yang patut diperhatikan adalah kontrol gaya hidup. Generasi milenial cenderung selalu mengikuti tren perkembangan teknologi dan lebih mementingkan gengsinya. Tak jarang traveling dan nongkrong  di tempat yang mahal menjadi hobi yang acap kali tak terkendali.

Gaya hidup seperti inilah yang harus diminimalisasi. Apalagi jika gaji yang kita peroleh terbilang kecil, maka gaya hidup mewah tidak akan bisa mengimbangi pemasukan. Karenanya, mulai dari sekarang jadilah generasi yang bijak dalam mengendalikan pengeluaran sesuai prioritas kebutuhan untuk mencegah sikap boros, termasuk mengendalikan gaya hidup konsumtif.

Terakhir, manfaatkan teknologi untuk mengatur keuangan. Saat ini sudah banyak berkembang aplikasi pengatur keuangan yang dapat diperoleh secara gratis maupun berbayar. Dengan menggunakan aplikasi sebagai “asisten” finansial, kita dapat mencatat pemasukan dan pengeluaran secara digital sehingga dapat dengan mudah memantau dan mengatur keuangan pribadi.

Catatan yang tersusun secara otomatis dan sistematis ini dapat kita akses kapan saja dan di mana saja. Anggaran yang kita alokasikan khusus untuk saving juga dapat terkontrol secara realtime. Bahkan, beberapa aplikasi pengatur keuangan dilengkapi fitur layanan rekomendasi untuk menentukan alternatif instrumen investasi yang tepat dengan berbagai tingkat pengembalian dan risiko.

Maka dari itu, sebagai generasi milenial yang hidup di zaman serba modern ini, kita  harus pandai menangkap berbagai kemudahan dengan memanfaatkan teknologi yang sudah semakin maju. Sebab dengan teknologi, para milenial mempunyai akses yang lebih luas untuk belajar mengelola keuangan termasuk mengatur pengeluaran dan memilih instrumen investasi secara tepat.  

Pada akhirnya, merangkum empat strategi di atas, pengetahuan dan keahlian mengelola keuangan sudah menjadi barang pasti wajib dimiliki oleh para milenial. Namun perlu digarisbawahi bahwa keberhasilan mengelola keuangan ditentukan oleh kedisiplinan untuk menjaga konsistensi gaya hidup secara hemat dan cerdas.

Gaya hidup hemat bukan berarti menekan pengeluaran sehingga mengganggu kualitas hidup, melainkan mengontrol pengeluaran sesuai skala prioritas dengan mengutamakan kebutuhan di atas keinginan semata. Selamat mencoba J

Oleh: Surya Adhi Nugroho, Mahasiswa D IV Akuntansi PKN STAN

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak