Beda Introver dan Ekstrover dalam Menghadapi Pandemi

Tri Apriyani | febriani rahma
Beda Introver dan Ekstrover dalam Menghadapi Pandemi
Ilustrasi introvert dan ekstrover. (Shutterstock)

Di masa pandemi COVID-19 ini, sudah hampir 2 bulan pemerintah mengimbau kita untuk bekerja dan bersekolah dari rumah. Sebagai seorang pekerja, ada sebagian yang merasa senang dan terbebas dari rutinitas harian ke kantor.

Kejenuhan akan suasana dan lingkungan kantor membuat sedikit lega bisa bekerja dari rumah. Mereka bisa menghabiskan lebih banyak waktu di rumah.

Namun ada juga yang merasa stres tidak bisa bertemu orang dan “mati gaya” karena bingung entah harus melakukan kegiatan apa lagi di rumah. Mereka ingin segera bisa kembali bekerja dan melakukan rutinitas di luar rumah.

Kondisi di atas menimbulkan pertanyaan mengapa ada yang merasa senang dan ada juga yang merasa stres saat diharuskan berada di rumah saja? Kepribadian berperan penting dalam mempengaruhi perilaku seseorang sehingga akan memunculkan reaksi yang berbeda terhadap suatu hal.

Carl Gustav Jung, seorang psikiatris, memperkenalkan tipe kepribadian yang sudah tidak asing lagi di telinga kita yaitu ekstrover dan introver.

Salah satu pertanyaan yang dapat mengarahkan seseorang itu ekstrover atau introver biasanya dengan pertanyaan sederhana “Jika kamu memiliki libur 1 hari, apakah kamu lebih suka menghabiskan waktu berada di rumah seharian atau keluar rumah bertemu dengan orang banyak?”.

Diibaratkan sebagai sebuah baterai, seorang introver memerlukan ketenangan pikiran untuk mengisi ulang dayanya. Mereka lebih suka menyendiri melakukan kegiatan seperti membaca buku, menonton, atau berkebun.

Introver lebih menyukai pemikirannya sendiri daripada berbicara dengan orang lain sehingga mereka mudah lelah apabila berada di antara percakapan orang-orang. Energi mereka mulai surut dan biasanya pelan-pelan mereka akan keluar dari kerumunan serta mencari tempat untuk menyendiri.

Sementara ekstrover malah akan lebih bersemangat berada dalam keramaian. Baterai mereka terisi kembali saat berinteraksi dengan orang banyak. Mereka sangat bersemangat membahas berbagai hal dan melakukan kegiatan dengan orang-orang. Pikiran, perasaan dan tindakan orang ekstrover didominasi oleh pengaruh lingkungan sosialnya. Karena inilah mereka terkenal mudah bergaul dan memiliki banyak teman.

Dalam keadaan saat ini siapa yang sebenarnya lebih beruntung, orang dengan kepribadian introver ataukah ekstrover. Pada dasarnya memang introver yang lebih unggul dalam menghadapi situasi sekarang ini.

Namun tetap saja jika mereka tidak bisa memiliki waktu untuk  'me time' dan malah disibukkan dengan kegiatan rumah, alhasil si introver tidak bisa mengisi ulang daya baterainya. Terlebih bagi yang memiliki anak kecil karena mereka harus terus bersama sepanjang hari.

Sementara orang ekstrover, mereka lebih rentan stres karena terbatas bertemu banyak orang. Karena pribadi mereka yang dinamis dan variatif, situasi rumah dan rutinitas yang monoton membuat stabilitas emosional orang yang ekstrover menjadi tidak menentu.

Daya baterai mereka selalu lemah sehingga membuat mereka mudah gelisah, cemas, tertekan, dan marah karena minimnya stimulasi sosial yang mereka dapatkan. Pada masa pandemi ini sebenarnya tidak ada pihak yang benar-benar merasa diuntungkan. Semuanya merasakan dampak yang diakibatkan oleh virus corona. Jadi bagaimana perasaanmu menghadapi masa pandemi ini?

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak