Bahkan pasangan yang harmonis dan sangat cocok satu sama lain pun pernah bertengkar. Karena pertengkaran yang baik, sebenarnya jadi tanda bahwa kamu dan pasangan memiliki komunikasi yang terbuka. Bisa saling jujur terhadap pendapat masing-masing.
Karena karakter orang beda-beda, hal itu akan tampak dari bagaimana sikapnya ketika bertengkar. Di bawah ini ada beberapa tipe orang saat terjadi cekcok. Pasanganmu kira-kira tipe yang mana, ya?
1. Tukang ngambek
Karakter pertama yang sering ditemukan saat terjadi cekcok adalah tipe tukang ngambek. Ngambeknya ini bisa terjadi setelah selesai pertengkaran, dan karena nggak mau mengalah, akhirnya mendiamkan pasangan.
Tapi ada juga yang ngambeknya sendirian. Merasa ada yang nggak sreg dengan kelakuan pasangannya, bukan dikonfrontasi, malah ngambek sendiri. Yang bingung pasangannya, pusing memikirkan dia sudah melakukan salah apa.
2. Tipe ahli sejarah
Mungkin tampak lucu ya, dari sebutannya. Tapi ada lho, tipe orang yang lihai banget mengingat sesuatu. Saat cekcok, keluarlah fakta-fakta itu.
Misalnya saja, dia mampu mengingat kesalahan yang sama, yang dulu pernah kamu lakukan 5 tahun lalau. Dia pun mampu mengingat janji kamu saat bulan lalu, dan sebagainya.
3. Tipe agresif
Ada lagi tipe pasangan yang kalau sedang marah, perilakunya sangat agresif. Banting-banting pintu, pecahkan perabot, memukul tembok, dan lain-lain. Seram, ya!
4. Tipe roller coaster
Orang dengan tipe roller coaster ini kalau marah bisa tiba-tiba dan meledak-ledak, tapi redanya juga bisa seketika. Tipe yang seperti ini bisa bikin pasangan jadi tertekan karena jadi terus merasa khawatir apakah dia akan tiba-tiba marah.
5. Tipe mulut pedas
Tipe lain yang sering ada saat pertengkaran adalah si mulut pedas. Nggak cuma suaranya yang keras, tapi kata-katanya pun menyakitkan hati. Tipe seperti ini sering kali melakukan kekerasan verbal yang bisa membuat pasangan jadi rendah diri atau tak merasa dicintai.
Nah, dari tipe-tipe di atas, ada tipe pasanganmu? Untuk menjaga hubunganmu tetap harmonis, ada baiknya kamu dan pasangan berusaha belajar untuk bisa marah dengan lebih sehat. Yakni, marah yang tanpa menyakiti (verbal maupun fisik).