Dokumenter 'Madaniya': Cara Mohamed Subahi Suarakan Revolusi tanpa Senjata

Hayuning Ratri Hapsari | Latifah ..
Dokumenter 'Madaniya': Cara Mohamed Subahi Suarakan Revolusi tanpa Senjata
Madaniya (variety.com)

Setiap perjuangan punya cerita, dan Mohamed Subahi memilih kamera sebagai senjatanya untuk menyuarakan revolusi. Melalui dokumenter Madaniya, ia mengabadikan momen-momen penting dari Revolusi Sudan 2019, yang berujung pada runtuhnya kekuasaan Omar Al-Bashir selama 30 tahun.

Kamu akan menemukan cerita yang menggugah dari orang-orang biasa, yang meski berbeda latar belakang, memiliki mimpi yang sama: kebebasan. Subahi tidak hanya menyoroti politik, tetapi juga harapan, keberanian, dan sisi kemanusiaan yang jarang terlihat.

Berikut ini beberapa hal menarik dari dokumenter ini yang wajib kamu ketahui:

1. Mengangkat kisah orang biasa sebagai pahlawan revolusi

Subahi memilih karakter dari kalangan masyarakat biasa. Ada Esra, seorang seniman muda yang melukis mural; Mou'men, pengrajin kulit yang mendokumentasikan perjuangan lewat seni; hingga Django, sopir bus sekaligus ayah dari anak-anak kecil.

Mereka adalah simbol keberagaman Sudan, bersatu dengan satu tujuan: menciptakan pemerintahan sipil.

2. Menyuarakan keberagaman Sudan yang sering terlupakan

Sudan dikenal dengan keragamannya, tapi sering kali direpresentasikan secara sempit di media internasional. Subahi ingin mengubah pandangan itu.

Ia menunjukkan bagaimana masyarakat Sudan, baik Muslim maupun Kristen, saling mendukung bahkan di tengah protes. Contohnya, saat salat Jumat, umat Kristen membantu melindungi Muslim dari panas matahari.

3. Dokumentasi dari sudut pandang yang unik

Karena bahaya besar dari pihak militer, Subahi dan timnya sering menggunakan ponsel untuk merekam. Ini membuat dokumenter ini terasa sangat nyata dan mendekatkan penonton pada risiko yang dihadapi para demonstran.

Salah satu momen paling mengerikan adalah saat tragedi Pembantaian Juni, yang terekam dengan detail mengguncang.

4. Momen kecil yang menunjukkan sisi manusiawi revolusi

Meski penuh ketegangan, Madaniya juga menampilkan momen-momen tenang, seperti jeda untuk salat Jumat atau protes yang diiringi nyanyian dan seni. Ini mengingatkan kamu bahwa revolusi bukan hanya tentang perlawanan, tapi juga tentang harapan dan identitas budaya.

5. Film sebagai senjata melawan perang dan ketidakadilan

Subahi punya misi jelas: melawan perang dan ketidakadilan dengan filmnya. Ia percaya bahwa cerita yang disampaikan lewat sinema dapat menggerakkan dunia untuk berhenti melihat perang sebagai solusi. Ia bahkan berharap suatu hari bisa kembali ke Sudan untuk membantu membangun kembali negaranya.

Melalui Madaniya, Mohamed Subahi membuktikan bahwa kamera bisa menjadi senjata yang lebih kuat daripada peluru. Film ini bukan hanya dokumentasi revolusi, tetapi juga pesan harapan untuk masa depan Sudan yang lebih baik.

Jika kamu ingin memahami kekuatan seni dalam membawa perubahan, dokumenter ini adalah salah satu jawabannya. Apa yang dilakukan Subahi mengingatkan kita bahwa perjuangan besar dimulai dari langkah kecil, dan terkadang, dari lensa kamera.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak