Kepala Staf Presiden Jenderal (Purn) Moeldoko membagikan momen manis ketika ia bertemu dengan beberapa teman semasa kecilnya. Momen itu diunggah Moeldoko lewat akun Instagram pribadinya, Selasa (10/1/2023).
Moeldoko bertemu dengan teman-teman lamanya di kampung halaman, Dusun Pesing, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Kabarnya, ia awalnya melihat temannya sedang di sawah, lantas diajaklah berbincang-bincang.
"Kangen sama teman masa kecil. Siapa yang masih main sama temen masa kecilnya sampai sekarang?" tanya Moeldoko dalam unggahannya, seperti dikutip Yoursay.id.
Dalam videonya, Moeldoko awalnya menghampiri pria yang sedang beraktivitas di sawah. Moeldoko tampak santai menginjak area sawah yang ternyata merupakan milik temannya.
Eks Pangdam Siliwangi tersebut pun tak ragu menyapa pria yang ditemuinya. Ia adalah Cak Narto, teman lama Moeldoko.
"Cak Narto, iki sawahmu (ini sawahmu ya)?," kata Moeldoko akrab.
"Iya pak," jawab Cak Narto.
Moeldoko lalu bertanya pada Cak Narto soal sawah yang dikelola. Ia lantas memuji temannya itu lantaran bisa mengelola sawah yang cukup luas.
Setelah bertegur sapa, Moeldoko lalu mengajak Cak Narto berbincang-bincang. Sambil memegang cangkul, Cak Narto menyetujui ajakan dan mengikuti Moeldoko yang berjalan sekitar 6 meter.
Setibanya di lokasi obrolan, sudah ada beberapa pria yang berkumpul. Para pria itu dikabarkan merupakan teman masa kecil Moeldoko yang berprofesi sebagai petani.
Suasana akrab tampak pada pertemuan di area persawahan itu. Moeldoko bahkan mengenang berbagai momen kebersamaan dulu.
Salah satunya, Moeldoko mengenang salah satu pria yang duduk di sebelahnya. Pria itu kata dia merupakan teman kecil saat di musala.
"Koncoku neng langgar iki. (Kawanku waktu di musala ini)," kata Moeldoko menunjuk pria itu.
Setelah bercengkrama dengan kawannya itu, Moeldoko lalu kembali berbincang dengan Cak Narto. Ia membicarakan soal hasil garapan sawahnya.
Cak Narto menjelaskan, hasil pertaniannya lumayan bagus. Moeldoko pun tak luput bertanya soal hasil sekali panen di area persawahan teman-temannya itu.
"1 hektar piro kira-kira?" tanya Moeldoko.
"Kalau Dusun Pesing itu pak antara 9 sampai 10," jawab salah satu teman menipali.
Moeldoko tampak terkejut mendengar jawaban dari temannya. Alhasil ia pun bertanya lagi apa jenis sawahnya. Ternyata, sawah di sana rata-rata menanam padi atau jagung, dengan omset yang sama.
Perubahan yang Dirasakan Petani
Moeldoko tak luput bertanya soal perubahan yang dirasakan oleh petani. Sontak teman-teman kecilnya tak ragu membeberkan beberapa keluhan.
Ada beberapa keluhan yang disebutkan, mulai dari area lahan gambut, hingga masalah pupuk.
Meski ada masalah pupuk, tetapi untungnya para petani itu punya solusi. Alhasil, Moeldoko pun ikut memuji.
"Iya, harus inisiatif dong. Masa hanya ngeluh doang. Bisa cari alternatif kan," puji Moeldoko.
Sebagai warga lokal, Moeldoko lantas diminta oleh salah satu teman untuk memberikan bantuan. Tidak menolak, Moeldoko mengaku bisa saja memberikan bantuan pada petani di tempat kelahirannya.
"Loh iso (bisa). Awakmu (kamu) nggak mengajukan ya ora iso (nggak bisa)," ungkap Moeldoko.
Kendati begitu, Moeldoko menerangkan bahwa proses pemberian bantuan harus melewati proses pengajuan terlebih dahulu. Ada mekanisme yang harus dilewati agar dapat menerima bantuan dari pemerintah.
Sampai akhir, Moeldoko dan teman-teman lainnya akrab mengobrol satu salam lain. Percakapan terus berlanjut hingga terungkap keluhan soal harga gabah.
Seraya tertawa, Moeldoko menyentil kebiasaan kalangan petani kalau harga bagus atau lagi naik, akan diam saja. Namun, jika harga turun, nyalahin pemerintah.
"Kalau harganya apik (bagus) diem aja. Kalau harganya turun nyalahin pemerintah terus," ujar Moeldoko.
Di akhir pembicaraan, Moeldoko berpesan agar teman-teman masa kecilnya itu terus semangat demi keluarga.