Buntut Alquran Dibakar, Presiden Turki Erdogan Tolak Swedia Gabung ke NATO

Rizky Gura Saputra
Buntut Alquran Dibakar, Presiden Turki Erdogan Tolak Swedia Gabung ke NATO
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (Instagram/@rterdogan)

Kasus pembakaran kitab suci agama umat Islam, yakni Alquran di Swedia sebagai bentuk protes terhadap Turki oleh ekstremis sayap kanan Denmark-Swedia Rasmus Paludan telah menuai kecaman besar dari sejumlah negara.

Aksi pembakaran salinan Alquran yang disebut oleh Kementerian Luar Negeri Indonesia sebagai tindakan menodai toleransi antar umat beragama itu, kini kabar terbarunya dilaporkan berimbas pada semakin mempersulit Swedia untuk bergabung dengan NATO.

Seperti diketahui bahwa hingga kini, kedua negara seperti Nordik Swedia dan Finlandia tengah berjuang dalam memproses keanggotaan mereka untuk NATO.

Namun proses keanggotaan kedua negara tersebut terhalang oleh persetujuan Turki yang belum secara bulat menerima keanggotaan Swedia dan Finlandia karena menuding negara tersebut memiliki kelompok kurdi.

Hal itu terjadi lantaran terkait Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dituding sebagai kelompok teror dan bertanggung jawab atas peristiwa upaya kudeta pada tahun 2016 silam.

Namun lebih dari itu, proses keanggotaan Finlandia dan Swedia saat ini menemukan tantangan baru, terutama dengan adanya isu pembakaran salinan Alquran yang dilakukan oleh Rasmus Paludan beberapa waktu lalu.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bahkan secara tegas menyatakan tidak akan menyetujui Swedia ke NATO, akibat adanya pembakaran salinan Alquran oleh Rasmus Paludan.

BACA JUGA: Farhat Abbas Sindir Bunda Corla Pakai Lirik Lagu, Netizen: Sepi Job Ya

"Swedia tidak perlu repot-repot mencoba pada titik ini. Kami tidak akan mengatakan 'ya' untuk masuknya Anda ke NATO selama mereka mengizinkan pembakaran Alquran," kata Erdogan seperti dikutip penulis dari Reuters pada Kamis (2/2/2023).

Sikap ini berbeda dengan Finlandia yang kini telah mendapatkan peluang persetujuan dari Turki untuk bergabung ke NATO.

"Posisi kami di Finlandia positif, tetapi tidak positif di Swedia," kata Erdogan.

Hal ini seperti juga telah diungkap oleh Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu pun yang menawarkan pertimbangan bagi kedua negara tersebut untuk memisahkan diri dalam proses keanggotaannya, agar dapat meloloskan Finlandia tanpa Swedia.

"Jika NATO dan kedua negara memutuskan proses keanggotaan terpisah, Turki tentu saja akan mempertimbangkan kembali keanggotaan Finlandia secara terpisah dan lebih menguntungkan," kata Mevlut Cavusoglu.

Meski mendapat respons positif dari Turki, Finlandia sejauh ini melalui Menteri Luar Negerinya, yakni Pekka Haavisto justru menyatakan pihaknya tidak akan meninggalkan Swedia dan akan tetap bersama-sama dalam memproses keanggotaan mereka di NATO.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak