300 Juta Orang Terpapar Panas Ekstrem, Deforestasi Jadi Pemicu Utama

Bimo Aria Fundrika
300 Juta Orang Terpapar Panas Ekstrem, Deforestasi Jadi Pemicu Utama
Ilustrasi deforestasi (Pexels/Arlind D)

Penelitian terbaru menunjukkan adanya korelasi signifikan antara deforestasi tropis dengan angka kematian akibat cuaca panas. Setiap tahunnya, sekitar 28.000 orang diperkirakan meninggal akibat panas ekstrem yang dipicu deforestasi.

Publikasi terbaru Nature Climate Change melaporkan bahwa deforestasi tropis telah meningkatkan paparan panas bagi 300 juta individu secara global. Lalu kondisi ini dikaitkan dengan sekitar 28.000 kematian per tahun atau hampir setengah juta dalam dua dekade.

Populasi yang paling terdampak berada di negara-negara dengan tingkat deforestasi tinggi. Di Indonesia, sekitar 48 juta jiwa terpapar dampaknya, disusul Republik Demokratik Kongo dengan 42 juta jiwa, serta Brasil dengan 21 juta jiwa yang kehilangan hutan di sekitar kawasan tempat tinggal mereka.

Ilustrasi pemanasan global (Pixabay.com/ geralt)
Ilustrasi pemanasan global (Pixabay.com/ geralt)

Studi yang dipimpin Dr. Carly Reddington dan Prof. Dominick Spracklen dari Universitas Leeds menyoroti dampak serius deforestasi pada wilayah Amerika Tengah, Amerika Selatan, Afrika, dan Asia Tenggara. 300 juta orang lebih terpapar suhu panas ekstrem. Hilangnya hutan yang biasanya mendinginkan iklim lewat naungan, pelepasan kelembaban, dan penyimpanan karbon, terbukti meningkatkan risiko kematian akibat panas.

"Dampaknya cepat sekali, hanya dalam hitungan hari setelah hutan ditebang," ujar Spracklen. Ia menambahkan, hutan bekerja layaknya pendingin alami dengan memompa air dari tanah ke atmosfer sehingga udara jadi lebih sejuk.

Laju deforestasi sangat mengkhawatirkan. Data dari World Resources Institute (WRI) dan Google DeepMind mencatat, dalam periode 2001-2024, sekitar 177 juta hektare atau 34% persen hutan yang musnah kini tergolong permanen karena kecil kemungkinan untuk regenerasi alami. Dari data tersebut 95% disebabkan oleh ekspansi pertanian.

Eropa kini menjadi sorotan dan dinilai belum serius mengatasi deforestasi. Uni Eropa masih kesulitan penerapan masuknya produk non-deforestasi ke pasar. Padahal regulasi tersebut semestinya berlaku akhir 2024 namun terpaksa ditunda selama 12 bulan

Regulasi ini akan mewajibkan pasokan minyak sawit, kayu, kopi, hingga daging sapi untuk membuktikan produk mereka tidak termasuk deforestasi. Sayangnya, regulasi ini ditunda hingga akhir tahun untuk perusahaan besar, dan hingga 2026 bagi usaha kecil-menengah. Ini menimbulkan kekhawatiran karena produk terkait deforestasi dikhawatirkan akan tetap masuk ke pasar domestik tanpa pengawasan memadai.

Hutan tropis menjadi benteng alami yang melindungi manusia dari suhu ekstrim sekaligus berbagai penyakit. Deforestasi terbukti membawa bencana serius bagi kesehatan. Asap dari kebakaran hutan, misalnya, memperburuk kualitas udara dan kaitannya dengan risiko malaria di sejumlah wilayah.

Tanpa langkah yang nyata, masyarakat di daerah tropis berpotensi menghadapi tekanan hidup lebih berat, paparan panas berlebih, sistem kesehatan yang kewalahan, hingga meningkatnya risiko kematian 

"Penelitian ini menggarisbawahi urgensi untuk segera mengurangi laju deforestasi di kawasan tropis," ujar Spracklen.

Penulis: Muhammad Ryan Sabiti

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?