Saat Gen Z Jogja Melawan Stres dengan Merangkai 'Mini Hutan'

M. Reza Sulaiman | Agnes Clarissa Adristy
Saat Gen Z Jogja Melawan Stres dengan Merangkai 'Mini Hutan'
Contoh Terrarium (Instagram/@terramori_id)

Di tengah hiruk pikuk Yogyakarta yang penuh kemacetan, polusi, dan ritme kerja cepat, sekelompok anak muda menemukan pelarian sederhana namun menyegarkan: terarium mini atau "mini hutan kaca".

Tren indoor gardening ini kian populer di kalangan Gen Z urban yang kekurangan akses ke ruang hijau.

TerraMoriyk, sebuah komunitas kreatif asal Tangerang yang kini melakukan ekspansi ke Jogja, menawarkan workshop merangkai terarium di Bolivar Coffee Lt. 2 sebagai sarana self-healing dan gaya hidup mindful.

Workshop yang Menenangkan Jiwa Urban

TerraMoriyk hadir dengan misi menghadirkan workshop terarium yang berkualitas, menyenangkan, dan mudah diikuti, sekaligus membangun ruang kreatif yang menenangkan.

Berlatar belakang kehidupan kota modern yang memicu stres, seperti tuntutan pekerjaan, kemacetan, dan minimnya taman, inisiatif ini menjembatani jarak antara manusia dengan alam melalui wadah kaca mungil berisi tanaman, lumut, dan ornamen lucu. Peserta diajak merangkai diorama mini hutan, mengubah hobi menanam menjadi ekspresi artistik pribadi.

Acara workshop berlangsung meriah, dengan peserta yang awalnya tampak lelah berubah menjadi berbinar saat tangan mereka sibuk menyusun lapisan tanah, batu, dan dedaunan.

Suasana Bolivar Coffee Lt. 2 berubah menjadi oasis hijau sementara, tempat tawa dan obrolan ringan menyatu dengan aroma tanah basah. Transformasi ini mencerminkan visi TerraMoriyk: dari beton perkotaan ke ketenangan pribadi dalam genggaman.

Wawancara Pemilik: Menumbuhkan Hijau di Tengah Beton

Vivien, pemilik TerraMoriyk yang juga berperan sebagai mentor, berbagi cerita di balik bisnis ini. "Kami membuka TerraMoriyk untuk menumbuhkan ruang hijau di dalam hiruk pikuk perkotaan," katanya.

Ekspansi dari Tangerang ke Yogyakarta lahir dari pengamatan bahwa anak muda di kota sulit memiliki kebun rumah yang besar karena keterbatasan lahan. Workshop ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga upaya edukasi pelestarian alam, mengajak peserta memahami keseimbangan ekosistem mini yang bisa bertahan sendiri.

Ia menekankan manfaat psikologis dari terarium, mirip dengan kebun rumah yang terbukti meningkatkan kesejahteraan mental. Riset menunjukkan bahwa interaksi rutin dengan tanaman dapat menurunkan stres dan menciptakan rasa tenang.

"Di sini, peserta belajar bahwa alam bisa ada di meja kerja mereka, membantu melawan kelelahan harian," tambahnya.

Perspektif Peserta: Dari Penat ke Refreshing

Dinda, seorang karyawan salah satu startup di Jogja, hadir setelah melewati hari yang melelahkan. "Saya datang karena penat bekerja, mencari hiburan," ujarnya sambil tersenyum memegang terarium hasil karyanya. Meski berbinar saat proses merangkai, Dinda ragu untuk mengulangi menanam tanpa workshop.

"Ini menyenangkan sekali, tapi sendirian mungkin malas. Lebih ke hiburan sesekali," akunya. Pengalamannya menggambarkan tren Gen Z: mencari terapi instan sebagai jeda dari deadline dan meeting virtual.

Berbeda dengan Dinda, Allen, seorang mahasiswa UGM yang baru selesai Ujian Akhir Semester (UAS), melihat workshop ini sebagai awal yang lebih panjang. "Ini sangat refreshing setelah UAS yang berat. Tanaman membuat pikiran segar kembali," katanya antusias.

Allen berencana melanjutkan hobi menanam untuk menambah ruang hijau di sekitarnya. "Saya mau membuat banyak di kamar kos, biar suasana lebih hijau dan tenang," ujarnya.

Dukungan Psikiater: Bukti Ilmiah Self-Healing

Seorang psikiater yang diwawancarai menegaskan nilai terapeutik dari terarium. "Aktivitas ini mirip dengan berkebun di rumah, yang menurunkan kortisol stres melalui sentuhan tanah dan pengamatan pertumbuhan," jelasnya.

Studi oleh Dr. Feytie Magda Mawey, Sp.KJ., membuktikan bahwa interaksi dengan tanaman urban dapat meningkatkan suasana hati, efek serupa berlaku untuk semua gender di kota padat seperti Jogja.

"Terarium menjadi self-healing yang murah, aksesibel, dan estetis untuk Gen Z yang sibuk," tambahnya.

Transformasi peserta, dari wajah lelah menjadi senyum lebar saat memamerkan hasil karyanya, menunjukkan kekuatan dari aktivitas ini.

Tren Indoor Gardening Gen Z di Jogja

Fenomena ini selaras dengan naiknya tren indoor gardening pascapandemi, di mana Gen Z di Jogja mencari mindful living. TerraMoriyk bukan hanya workshop, tetapi juga komunitas terarium yang edukatif.

Lokasi di Bolivar Coffee menambah nuansa kekinian, mengundang pekerja kreatif dan mahasiswa. Dengan visi membangun ruang kreatif yang menenangkan, TerraMoriyk berpotensi menjadi tren tahunan di Jogja.

Peserta seperti Dinda dan Allen merepresentasikan dua sisi: hiburan sementara versus komitmen jangka panjang. Sang pemilik optimistis bahwa ekspansi ini akan menginspirasi lebih banyak anak muda.

"Mari ubah meja kerja menjadi mini hutan," ajaknya. Workshop selanjutnya akan segera diumumkan, menjanjikan ruang hijau bagi jiwa urban yang haus akan ketenangan.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak