Mengenal Sosok Al-Biruni, Seorang Ilmuwan Muslim Pencetus Bumi Bulat

Ayu Nabila | Faisal Guntara
Mengenal Sosok Al-Biruni, Seorang Ilmuwan Muslim Pencetus Bumi Bulat
Sosok Al-Biruni (wikipedia.org)

Abu Raihan Muhammad bin Ahmad Al-Biruni atau yang lebih di kenal dengan Al-Biruni, lahir pada tanggal 5 september 973 M di desa kecil Khawarizmi, Tukmenistan pada masa kekaisaran Persia. 

Al-Biruni, sedari kecil seperti anak-anak yang lainnya pada masa itu ia sudah hafal Al-Qur'an sebelum balig. Selanjutnya ia juga belajar ilmu fiqih dasar dengan bersungguh-sungguh sehingga pada saat ia sudah balig Biruni sudah mengenal semua syariat Islam yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. 

Merangkum dari Buku Tokoh Muslim Luar Biasa, pada usia 17 tahun, Al-Biruni sudah menghitung posisi lintang bujur dari Kath, Khawarizmi dengan metode tinggi matahari. Ia juga memecahkan persamaan geodesi kompleks untuk menghitung jari-jari bumi, dan menghitung angka sekitar 6339,9 km, hanya berselisih 16,8 km dari nilai modern yaitu 6356, 7 km.

Dalam buku itu juga menuliskan, pada usia 22 tahun Al-Biruni sudah menulis sejumlah karya ilmiah, termasuk proyeksi peta, penggunaan sistem koordinat 3D-Cartesian (saat itu belum disebut Cartesian) dan transformasinya ke sistem koordinat polar. 

Wacana populer bentuk bumi bulat baru berkembang khususnya di Barat pada abad ke-16 SM. Seorang astronom Nicolaus Covernicus dengan teori heliosentrisnya. Kemudian, diikuti Galileo Galilei pada 1616 setelah melakukan berbagai penelitian dan mengungkapkan bumi itu bulat. Pada tahun 1492, Christopher Colombus memperkuat kesimpulan bahwa bumi itu bulat lewat berdasar penemuan benua Amerika. 

Namun, nyatanya Al-Biruni telah lebih dulu mengungkapkan teori bumi itu bulat. Dengan bermodal alat ukur derajat bintang yang disebut Astrolabe, gunung yang tinggi dengan pemandangan horizon yang rata sempurna, dan ketiga rumus trigonometri. Pendapat Al-Biruni diyakini lebih dekat dengan data-data empiris.

Berbeda dengan Ptolomeus yang hanya memilih data sesuai teorinya. Al-Biruni memilih data secara ilmiah, termasuk mengoreksi teorinya, dan ini membuat Teori Heliosentris Copernicus banyak didukung daripada Teori Geosentris Ptolomeus.

Al-Biruni wafat pada 13 Desember 1048 M di usia 75 tahun, di Kota Ghazna. Untuk mengenang jasa beliau, pada tahun 1970, International Astronomical Union (IAU) mencantumkan nama Al-Biruni dalam salah satu kawah di bulan "The Al Biruni Creater." Itu merupakan salah satu bentuk penghargaan pada Al-Biruni seorang tokoh atau ilmuwan muslim yang serba bisa.  

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak