Banyak senyum dan tertawa tak berarti sedang bahagia. Bisa jadi, orang sedang menutupi kesedihan dalam dada. Pun, banyak bicara cinta bukan berarti hati sedang berbunga-bunga. Banyak bicara asmara bisa jadi sedang kesepian dalam hidupnya.
Hal tersebutlah yang dirasakan sosok Richard, seorang jomlo akut yang sering membicarakan cinta dan memberi motivasi asmara ketika berbincang dengan kawannya. Di novel berjudul Love For Sale ini dikisahkan, Richard adalah seorang bos di perusahaan percetakan warisan keluarga. Di kalangan karyawan, ia dikenal sebagai bos yang cerewet, pelit, suka marah-marah, tak bisa santai.
Richard gemar bermain media sosial dan hampir setiap saat berkicau di Twitter tentang kata-kata cinta. Kecerewetan, kegalakan, dan sikap sok bijak soal asmara, baik di hadapan karyawan dan juga media sosial, bisa jadi sekadar tameng Richard untuk menutupi kesepiannya.
Suatu ketika, Richard dan teman-temannya sepakat untuk taruhan; siapa yang tak membawa pasangan saat kondangan pernikahan akan diminta menambahi uang yang dikumpulkan untuk membeli kasur satu set untuk kawan yang menikah. Richard sepakat, tapi gelisah. Bukan soal uang, ini soal harga diri!
Richard memutar otak mencari perempuan yang mau menemani. Setelah pikirannya buntu, ia “memesan” jasa pacar sewaan di LoveInc. Perempuan itu bernama Arini Kusuma. Perempuan cantik, ramah, dan cerdas. Di kondangan, teman-teman Richard mengakui kehebatan Richard, meski tetap ada yang curiga.
Momen kondangan berlalu dan Richard merasa telah memenangkan taruhan. Namun, persoalan besar menantinya: usai kondangan, Arini menolak pulang dan menjelaskan bahwa Richard telah memesan layanan maksimal 45 hari. Richard kebingungan, tetapi Arini merengek dan menjelaskan bahwa ia bisa dipecat perusahaan jika bekerja tak sesuai waktu. Arini juga menjelaskan bahwa ia menjadi tulang punggung keluarga dan sedang mencari uang untuk biaya pengobatan ayahnya.
Pikiran Richard kalut. Merasa kasihan dan tak tahu harus berbuat apa, Richard pasrah Arini mengikutinya ke rumah. 45 hari Arini tinggal bersama Richard. Arini selalu ramah dan berwajah manis di harapan Richard. Ia menyiapkan sarapan, membersihkan rumah, dan selalu siap sedia menemani Richard berbincang. Richard canggung dengan segala keadaan tersebut. Puluhan tahun hidup sendiri, tiba-tiba ia harus hidup bersama seorang perempuan yang baru ia kenal.
Namun, lama-lama sikap perhatian Arini membuat Richard nyaman. Richard sempat sadar jika sikap Arini mungkin sebatas tuntutan pekerjaan. Namun, mereka berdua saling terbuka; berbagi perasaan, keluh-kesah, sehingga sepakat membiarkan semua mengalir.
Kian hari, kehadiran Arini benar-benar membuat sosok Richard berubah. Ia jarang bermain medsos dan menulis kata-kata galau. Richard kini gampang tersenyum dan tak lagi mudah marah pada karyawan. Arini membuat hidup Richard kembali berwarna.
Pada satu titik, Richard merasa sudah waktunya jujur tentang perasaannya pada Arini. Richard tak menyangka, Arini juga menyimpan perasaan padanya. Bersama Richard, Arini merasakan kenyamanan yang tak pernah ia rasakan bersama klien lain. “Kamu mengajarkan aku, bahagia tak sekadar murah dan mewah, tapi bagaimana satu sama lain saling mengusir resah,” kata Arini (hlm 254).
Love for Sale membawa kita pada kisah cinta yang unik, kocak, tapi tetap manis dan mengesankan. Ketidaksengajaan membuka jalan bagi Richard menemukan tambatan hati setelah puluhan tahun sendiri. Novel adaptasi dari film dengan judul yang sama ini juga mencerminkan bagaimana keterbukaan bisa menciptakan kenyamanan serta menumbuhkan bibit-bibit perasaan.
Belenggu kehidupan Richard, rasa gengsi, kesepian, seakan terurai sejak kehadiran Arini. Sedangkan Arini, sebagai perempuan yang bekerja di perusahaan penyedia jasa pacar sewaan, menemukan tempat bersandar menuangkan segala kegelisahan pada sosok Richard.