Bahari adalah seorang jurnalis dari Jawa Pos yang ditugaskan oleh tim redaksi untuk melakukan perjalanan haji lewat jalur darat. Perjalanan ini tentu sangat menarik. Perjalanan itu dimulai pada tanggal 5 Agustus 2011 berangkat dari Surabaya, Jawa Timur. Tentu saja ini adalah perjalanan yang tak biasa, semua harus ditempuh lewat jalur darat. Naik bus, kapal, dan transportasi darat lainnya. Meskipun sudah ada pesawat yang jauh lebih mudah dan cepat, tapi di sinilah letak tantangannya.
Perjalanan Bahari naik haji ini total telah melewati 12 negara, yaitu Malaysia, Thailand, Myanmar, Laos, Kamboja, Vietnam, Nepal, India, Pakistan, dan Oman. Ada banyak rintangan yang menghadang sepanjang perjalanan. Cerita Bahari menempuh perjalanan lewat jalur darat ini dimuat juga di surat kabar Jawa Pos hingga 79 seri atau selama tiga bulan lebih. Sudah jadi hal biasa di Jawa Pos pasti ada hal istimewa yang dilakukan untuk menakhlukkan tantangan baru di setiap masa.
Ternyata memang tak mudah melakukan perjalanan ini. Bahari harus berhadapan dengan situasi yang kadang menegangkan. Medan yang sulit, cuaca yang buruk, bahkan keadaan politik di negara atau daerah yang disinggahi juga mempengaruhi. Pernah ketika ia berada di Myanmar, ia sepertinya tak bisa melanjutkan perjalanan di negara berikutnya. Masalahnya negara tersebut tertutup untuk orang asing masuk. Ini adalah daerah terlarang.
Perjalanan sejauh 100 kilometer dari Yangoon rasanya sia-sia. Di situasi ini, pada saat itu memang sangat mendesak dan tak ada pilihan. Ia juga tak bisa dihubungi karena kendala jaringan, keputusan untuk terbang dari Myanmar ke negara selanjutnya dengan pesawat adalah jalan terakhirnya. Namun, saat ia berhasil terbang melewati Myanmar, pihak redaksi memintanya kembali untuk melanjutkan perjalanan lewat jalur darat saja. Bahari pun terbang lagi ke Myanmar dan menyusun rencana bersama tim redaksi untuk berputar haluan melewati negara yang berbeda dari jalur yang ditetapkan sebelumnya. Ini juga atas usul Dahlan Iskan waktu itu.
Sungguh, 89 hari adventurreligi yang berani, menginspirasi, dan menyentuh hati. Aku yang baca juga jadi ikut tegang kadang-kadang. Belum lagi jurnalis satu ini juga dicurigai sebagai mata-mata, bahkan kurir narkoba. Bisa-bisa nyawa melayang di negeri orang karena salah paham. Namun, karena tidak ada barang bukti yang ditemukan akhinya Bahari dibebaskan. Belum lagi setiap kali ditahan di kantor imigrasi, atau di negara tempatnya singgah selalu saja ada uang pelicin untuk mempermudah perjalanannya. Ujung-ujungnya minta duit.
Sebelumnya aku juga pernah baca sih petualangannya Agustinus Wibowo di bukunya yang lewat jalur-jalur yang tak biasa juga. Membaca buku semacam ini jadi ikutan kebawa euforia blusukan di berbagai negara. Seru banget.
Oiya, selama perjalanan ini, Bahari juga merahasiakan tentang identitas aslinya sebagai jurnalis saat itu. Tentu saja supaya tidak terlalu ribet urusannya nanti. Ia kadang mengaku sebagai Insinyur penata taman. Hal ini untuk mempermudah perpindahannya dari satu negara ke negara lainnya. Tetap saja pihak keamaan akhirnya mengetahui soal profesi sebenarnya, seperti pada saat ia tertangkap pertama kali di Gwadar. Ia diperiksa intel dan digeledah semua barang-barangnya. Surat rekomendasi dari Dubes yang mengatakan dia adalah jurnalis itu membuatnya kembali lagi ke Karachi.
Ah seru sekali petualangan haji nekat lewat jalur darat ini. Akhirnya Bahari bisa sampai di Arab Saudi dari Oman pada tanggal 1 November 2011. Hampir 3 bulan, tepatnya 89 hari perjalanan darat berhasil ia tempuh untuk melaksanakan haji. Mission complete.