Kisah Cinta yang Tak Direstui dalam Buku 'Reruntuhan Musim Dingin'

Hayuning Ratri Hapsari | Rozi Rista Aga Zidna
Kisah Cinta yang Tak Direstui dalam Buku 'Reruntuhan Musim Dingin'
Buku Reruntuhan Musim Dingin (Dok. Pribadi/Fathorrozi)

Sungging Raga lahir di Situbondo pada 25 April 1987. Ia menyelesaikan sekolah di kota asalnya, lalu kuliah jurusan Matematika di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai aktif menulis cerita pendek sejak tahun 2009.

Karya-karyanya telah dimuat di berbagai media lokal dan nasional, juga ada beberapa yang telah dibukukan, salah satunya buku ini. Terdapat satu cerita yang paling berkesan menurut saya yang terhimpun dalam buku berjudul Reruntuhan Musim Dingin ini. Cerita tersebut bertajuk Selebrasi Perpisahan.

Cerita pendek berjudul Selebrasi Perpisahan ini mengisahkan tentang sepasang lelaki dan wanita di Terminal Tawang Alun kota Jember. Di terminal itulah keduanya akan berpisah.

Sebenar-benarnya perpisahan. “Kita tidak gagal. Kita hanya telah selesai melakukan perjalanan, dan kini sudah tiba di ujungnya. Setelah ini, kita melanjutkan perjalanan masing-masing ke arah yang berbeda,” ucap si wanita.

Sepasang kekasih itu telah bersepakat untuk tidak melibatkan air mata dalam perpisahan mereka. “Aku merantau ke Yogya untuk belajar melupakanmu, agar kita menjadi sangat jauh sehingga segalanya menjadi tidak mungkin. Sementara kau akan segera mendapat penggantiku, orang lain yang datang melamarmu,” ujar lelaki itu.

Rupanya, cinta keduanya tidak mendapat restu dari keluarga si wanita. Beberapa menit kemudian, bus malam Mila Discovery yang di kaca depannya tertulis Solo-Yogya berbelok masuk terminal. Lelaki itu bergegas menaikinya.

Sedangkan wanita itu mencoba untuk tegar, tapi wajahnya murung, disekanya pipi yang lembut itu. Keduanya lalu berbalik arah yang berlawanan. Keduanya mulai menjauh. Cerita ini ditutup dengan saling mendoakan, saling menyebut nama masing-masing.

Tak satupun saya temukan kelemahan atau kekurangan dari 22 cerita dalam buku terbitan Diva Press tahun 2016 ini, yang ada malah mendapatkan kelebihan dan banyak pesan tersirat.

Maklum, beberapa cerpen dalam buku ini telah dimuat di media-media besar. Sebagai misal, Melankolia Laba-Laba tayang di Tribun Jabar pada 31 Mei 2015, Serayu, Sepanjang Angin Akan Berembus nampang di Kompas pada 22 Juli 2012, Rayuan Sungai Serayu tayang di Jurnal Nasional pada 13 Oktober 2013, Lovelornia termuat di Media Indonesia pada 26 April 2015, Biografi Kunnaila tayang di Jawa Pos pada 4 November 2012, dan Diorama Angin nampang di Tabloid Nova pada 20 Februari 2012.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak