Ulasan Buku Artefak Rindu, Pentingnya Fokus pada Niat dan Tujuan Awal

Hayuning Ratri Hapsari | Rozi Rista Aga Zidna
Ulasan Buku Artefak Rindu, Pentingnya Fokus pada Niat dan Tujuan Awal
Buku Artefak Rindu (Dok. Pribadi/Fathorrozi)

Menyesal adalah kata yang lazimnya hadir di akhir kisah atau kejadian. Menyesal berasal dari sesal yang berarti kecewa akibat perbuatan yang kurang baik.

Kita umumnya tidak ingin mengakhiri hidup dengan menelan penyesalan. Paling tidak, kita tidak ingin apa yang kini kita lakukan berujung penyesalan.

Maka dari itu, sebelum bertindak kita mesti waspada dan menimbang sisi baik dan buruknya. Menghitung antara positif dan negatif yang paling mendominasi nanti di akhir perbuatan.

Semisal, ketika kita benci terhadap seseorang atas perbuatan buruknya kepada kita, lalu kita ingin membalas kesalahannya dengan cara setimpal. Seperti hinaan dibalas dengan hinaan.

Ujaran kebencian dibayar juga dengan ujaran yang sama. Harusnya kita lebih dulu memperhitungkan langkah efektif, apakah dengan balasan demikian ia lalu sadar dan berubah menjadi baik? Jika tidak, maka carilah alternatif lain yang lebih jitu.

Berbicara soal penyesalan, terdapat cerita unik yang menarik perhatian untuk diulas. Cerita ini terdapat dalam buku Artefak Rindu yang ditulis oleh Fakhrul Khakim.

Cerita tersebut bertajuk Laptop Tahun Baru. Betul-betul menarik dan bagus isinya. Saking bagusnya, cerita pendek ini menjadi pemenang pertama Aneka Yess! Short Story Contest 2011 lalu dimuat di Aneka Yess! edisi 17: 15-26 Agustus 2011.

Adalah Cahyo seorang mahasiswa yang ingin sama dengan temannya yang lain; punya laptop untuk mengerjakan tugas. Ia pun menelpon ibunya di kampung agar dikirimkan uang untuk membeli laptop.

Sebulan kemudian, Cahyo telah punya laptop baru yang cukup canggih. Mulanya ia berniat menggunakan laptop untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah, namun ia malah keasyikan dengan berbagai situs jejaring sosial hingga tugas-tugas kuliahnya kerap kali terbengkalai. 

Sebenarnya ada satu hal yang membuat nyaris seluruh hidup Cahyo tersita di depan laptop dan internet. Dia seorang gadis manis bernama Riefa. Dari foto profilnya yang terpampang di situsnya, cewek itu benar-benar fotogenik. Membuat Cahyo benar-benar terpikat (halaman 19).

Cahyo mulai kenalan dengan gadis tersebut lalu berjanjian untuk ketemuan pada malam tahun baru sambil menyaksikan pesta kembang api. Tetapi, Cahyo harus menerima kenyataan dan menelan pahitnya penyesalan.

Dalam perjalanan untuk bertemu Riefa merayakan malam tahun baru, di tempat sepi ia kena rampok. Semua hartanya dijarah, termasuk sepeda motor dan laptopnya. Sementara itu, tubuhnya dilempar ke dasar sungai yang sangat dalam. Tidak seorang pun tahu keberadaan Cahyo. Dunia Cahyo kini dalam penyesalan.

Cerita ini mengandung makna tersirat bahwa betapa pentingnya kita fokus kepada niat dan tujuan awal. Jika niat dan tujuan semula ingin memiliki laptop untuk kebutuhan tugas kuliah, maka jangan disalahgunakan agar tidak mendatangkan masalah baru yang runyam, yang akhirnya menyeret ke lembah penyesalan.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak