Sejarah Hari Ini: Mengenal Drone Kamikaze, Senjata Murah tapi Menjadi Momok Perang Modern

Ayu Nabila | zahir zahir
Sejarah Hari Ini: Mengenal Drone Kamikaze, Senjata Murah tapi Menjadi Momok Perang Modern
Drone 'Kamikaze' Shahed-136 Buatan Iran (wikipedia)

Perang di era modern ini tidak terlepas dari penggunaan beragam teknologi mutakhir yang telah dikembangkan dalam beberapa tahun ke belakangan. Salah satu penggunaan teknologi dalam beragam konflik yang terjadi di belahan dunia adalah teknologi UAV (Unmaned Aerial Vehicle) atau yang lebih populer dengan nama Drone. Penggunaan kendaraan tanpa awak ini seringkali digunakan dalam beragam kepentingan di sebuah perang. Mulai dari melakukan pengintaian hingga melakukan serangan kepada pihak musuh.

Seiring perkembangan teknologi, pertempuran menggunakan drone sebagai senjata di peperangan kian masif dilakukan di berbagai konflik terakhir. Salah satunya yang baru-baru ini terjadi di Ukraina yang di mana penggunaan drone dalam pertempuran modern kian terlihat dan salah satu drone yang digunakan dalam perang ini adalah Loitering Munition atau yang lebih populer dengan nama drone ‘kamikaze’.

Sesuai dengan nama yang disematkan padanya, drone ini bekerja dengan cara menabrakkan dirinya yang membawa bahan peledak kepada senjata atau instalasi milik lawan sehingga menimbulkan kerusakan terhadap lawan. Cara tersebut tentunya mirip dengan strategi yang dilakukan oleh pihak Jepang, yakni dengan cara menabrakkan pesawatnya yang membawa bom kepada kapal musuh saat Perang dunia Ke-2.  Berikut ini adalah fakta-fakta unik mengenai drone ‘kamikaze’ tersebut dalam pertempuran di era modern.

1. Lahir pada Periode 1980-an

AGM-136 'Tacit Rainbow' di Museum (wikipedia)
AGM-136 'Tacit Rainbow' di Museum (wikipedia)

Meskipun mulai populer dan seringkali diberitakan dalam perang di Ukraina dalam setahun ini, akan tetapi ternyata pengembangan loitering munition atau drone ‘kamikaze’ sudah dilakukan sejak periode tahun 1980-an. Negara yang pertama kali mengembangkan drone jenis ini adalah Amerika Serikat dengan AGM-136 ‘Tacit Rainbow’, serta Israel yang mengembangkan varian loitering munition dari rudal Delilah.

Namun, bentuk loitering munition di era tersebut masih cenderung mirip dengan rudal udara ke darat konvensional (air-to-surface missile). Dilansir dari wikipedia.org, pengembangan drone ‘kamikaze’ yang lebih modern dan berbeda mulai dilakukan Israel pada akhir tahun 1980-an dengan melahirkan drone IAI Harpy yang diyakini sebagai drone ‘kamikaze’ pertama di dunia. Hal ini kemudian diikuti oleh negara-negara lainnya untuk mengembangan senjata serupa seperti Iran yang mengeluarkan varian dari drone Ababil-1.

2. Lebih Murah dari Rudal Jelajah Atau Serangan dengan Jet Tempur

Rudal Konvensional (pexels/shuaizhi tian)
Rudal Konvensional (pexels/shuaizhi tian)

Salah satu hal yang mempengaruhi penggunaan drone ‘kamikaze’ dalam pertempuran modern adalah dari segi biaya atau harga jauh lebih murah daripada dengan penggunaan rudal jarak jauh yang dibawa dengan jet tempur atau rudal jelajah. 

Merangkum dari wikipedia.org, sebagai contoh yakni rudal jelajah milik Amerika Serikat yakni BGM-109 Tomahawk memiliki harga sekitar 1.5 juta dolar, bahkan rudal varian terbarunya bisa mencapai 2 juta dolar per unitnya, atau rudal jelajah milik Russia yakni keluarga KH yang bisa mencapai harga 13 juta dolar per unitnya untuk beberapa varian.

BACA JUGA: Denise Chariesta Tuding Istri RD Juga Selingkuh Sebut Dapatkan Informasi Dari Kak Bulan

Bandingkan dengan harga dari drone ‘kamikaze’ atau loitering munition yang kemungkinan hanya sekitar 20% atau jauh lebih murah lagi dari harga beragam rudal tersebut. Belum lagi penggunaan beberapa rudal yang harus dilakukan dengan jet tempur atau platform lain membuat pilihan menggunakan loitering munition yang jauh lebih murah menjadi pilihan yang menarik.

Meskipun terlihat murah, akan tetapi ada beberapa hal yang membuat penggunaan rudal tersebut masih tidak tergantikan. Salah satunya adalah jarak yang lebih jauh daripada penggunaan drone ‘kamikaze’ dan juga daya ledak yang umumnya jauh lebih besar.

3. Lebih Mudah Dioperasikan dan Dirawat

Alat Peluncur Drone 'Kamikaze' Switchblade 300 (wikipedia)
Alat Peluncur Drone 'Kamikaze' Switchblade 300 (wikipedia)

Penggunaan drone ‘kamikaze’ ini selain lebih murah dari segi harga dibandingkan dengan rudal konvensional juga lebih mudah dari segi pengoperasian dan perawatan. Hal ini dikarenakan beberapa komponen yang terdapat dalam drone tersebut bukanlah komponen yang perlu mendapatkan perawatan khusus. Salah satunya yakni drone ‘kamikaze’ buatan Iran yakni Shahed-136 yang sedang naik daun dalam konfik di Ukraina di tahun 2022.

Dikutip dari situs military-today.com, drone ini hanya dibekali sebuah mesin piston konvensional yang terpasang di bagian belakang drone. Mesin berpenggerak baling-baling ini memang hanya mampu membuat drone tersebut terbang dengan kecepatan 185 km/jam, serta hanya mampu mencapai ketinggian sekitar 4 km. Namun, hal ini sudah cukup membuat drone tersebut ditakuti oleh pihak lawan karena keefektivannya.

Belum lagi kemampuan terbang rendah yang dimiliki drone ‘kamikaze’ tersebut membuat drone ini susah dideteksi oleh sistem radar anti-pesawat. Bahkan, beberapa drone 'kamikaze' seperti keluarga Switchblade 300 maupun 6000 dapat dioperasikan dengan satu hingga dua orang saja karena ukurannya yang cukup kecil dan ringkas.

Namun, beberapa kelemahan yang dimiliki oleh drone ini yakni terbangnya yang cukup lambat membuat drone ini juga rentan tertembak jatuh oleh sistem anti pesawat konvensional seperti Anti-aircraft gun kaliber 20 hingga 30 mm atau lebih maupun dijatuhkan dengan MANPADS (Man-portable-air-defense-system).

Selain itu, drone tersebut juga cukup berisik sehingga cukup mudah diketahui keberadaannya. Oleh karena itu, umumnya penyerangan menggunakan drone ‘kamikaze’ lazimnya dilakukan dengan cara bergerombol atau swarming sehingga lebih susah ditangkis.

Video yang Mungkin Anda Suka.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak