Bencana tragis menimpa Cianjur pada 21 November 2022 lalu. Menurut laporan BMKG, sebanyak kurang lebih 321 orang menjadi korban kejadian naas tersebut. Penyebabnya adalah sesar Cugenang.
Melansir Antara, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati memaparkan karena sesar tersebut melewati kecamatan Cugenang, maka nama Sesar Cugenang diambil menjadi nama sesar yang menjadi penyebab gempa Cianjur yang berkekuatan 5,6 magnitudo itu.
Sekilas tentang Sesar Cugenang
Berdasarkan identifikasi BMKG, sesar Cugenang melewati sembilan desa di kecamatan ini, yaitu Desa Cibeureum, Desa Ciputri, Desa Nyalindung, Desa Mangunkerta, Desa Cibulakan, dan Desa Sarampad.
BACA JUGA: Anda Gabut? Ini 4 Website Menarik dan Informatif untuk Mengusir Rasa Bosan
Desa lainnya yang menjadi akhir dari sesar Cugenang adalah Desa Nagrak. Menurut hasil temuan BMKG, sembilan desa tersebut masuk zona merah dan disarankan untuk direlokasi sampai 8,09 m2.
Sesar Cugenang membentang sepanjang 9 KM dengan radius berbahaya kiri dan kanannya sekitar 300-500 meter.
“Saat terjadi gempa di titik tersebut, tidak ada bangunan yang ambruk dan menimpa warga dan menimbulkan korban jiwa. Namun, intinya lahan tersebut dilarang dibangun,” papar Dwikorita.
Setelah dikeluarkannya imbauan tersebut, diharapkan BMKG dapat meminimilasir kejadian buruk seperti yang terjadi beberapa waktu lalu. Dan tentunya, pihaknya berharap pemerintah tetap waspada dan siaga pada Sesar Cugenang yang aktif yang melewati daerah Cianjur tersebut.
BMKG dan jajarannya sudah merilis peta sesar dan sudah diserahkan kepada pemerintah Kabupaten Cianjur sebagai tolak ukur untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat Cianjur dan sekitarnya.
Zona Merah Sesar Cugenang Masih Bisa Dimanfaatkan
BACA JUGA: 3 Bunga Populer yang Punya Makna Mendalam, Cocok Dijadikan Hadiah!
Kendati sembilan desa di Kecamatan Cugenang termasuk zona merah, pihak BMKG masih mengizinkan masyarakat untuk memanfaatkan wilayah tersebut untuk bercocok tanam dan kegiatan non-struktural seperti menanam palawija, sayuran dan tanaman kecil lainnya.
Selain itu pula, wilayah tersebut bisa digunakan sebagai wilayah serapan air, daerah wisata dan hutan konservasi.
Pembelajaran yang bisa diambil dari sesa Cugenang adalah bahwa pemerintah harus fokus pada perhatian pergerakan sesar yang aktif seperti sesar ini dan sesar-sesar lainnya di Indonesia. Hal ini bertujuan agar dapat melakukan tindakan relokasi bangunan berteknologi tahan gempa sekaligus memperhatikan aturan tata ruang di wilayah-wilayah rawan bencana.