Review Drama Korea Duty After School, Aksi Melawan Monster Bola yang Mendebarkan

Hayuning Ratri Hapsari | Inggrid Tiana
Review Drama Korea Duty After School, Aksi Melawan Monster Bola yang Mendebarkan
Poster drama All Of Us Are Dead (Netflix)

Dengan latar belakang sebuah kota di Korea Selatan, "Duty After School" adalah sebuah drama Korea bergenre fiksi thriller sebanyak 10 episode yang menceritakan tentang perjalanan para siswa senior di SMA Seongjin.

Mereka tanpa sadar dihadapkan pada makhluk asing menyerupai bola yang menyerang kota, sementara mereka khawatir akan ujian, mencari nilai tambahan, dan terlibat dalam persaingan kecil. Namun, saat bahaya datang, mereka dipaksa menjalani pelatihan militer.

Sebagai imbalannya, negara menawarkan poin tambahan untuk membantu nilai CSAT mereka. Ironisnya, para siswa terlihat khawatir akan ujian dan masuk perguruan tinggi, bahkan ketika nyawa mereka dipertaruhkan.

Hal ini mencerminkan daya saing yang sangat ditekankan dalam masyarakat di mana mendapatkan satu poin tambahan dianggap lebih penting daripada kebahagiaan hidup.

Review drama Korea Duty After School

Para siswa SMA yang tidak terlatih dihadapkan pada pilihan antara bertahan atau menyerah, dan penulis Yoon Soo memanfaatkan konflik internal antar siswa untuk menunjukkan perjalanan karakter dari penyangkalan menuju kesadaran hingga penerimaan.

Bagaimana mereka menghadapi kehilangan, kesedihan, dan menemukan kebahagiaan dalam kekacauan, membuat "Duty After School" menjadi tontonan yang mendebarkan.

Meskipun episode pertama punya adegan yang padat, fokus pada serangan makhluk bola dan pertarungan, episode kedua, terutama dua episode terakhir, terasa lebih kompleks.

Meski klimaksnya cukup mengejutkan, tidak menambah ketegangan, dan perjalanan yang telah difokuskan pada enam episode pertama.

"Duty After School" punya narasi pertumbuhan yang nyata. Awalnya, karakter-karakter tersebut bersikap egois dan membawa masalah, tetapi seiring waktu, mereka membangun ikatan dengan sesama siswa dan mengutamakan kesejahteraan orang lain di atas diri sendiri dan hal ini sangat menyentuh.

Chemistry antar karakter selama proses ini juga menjadi aspek yang menyenangkan dari drama ini.

Namun, kecuali untuk beberapa adegan, sikap karakter-karakter tersebut terkadang terlihat childish membuat mereka terlihat lebih seperti "anak-anak prasekolah" daripada remaja. Hal ini mengurangi potensi dramatik dari cerita ini.

Meskipun mungkin tindakan mereka dimaksudkan untuk meningkatkan ketegangan dalam cerita, jika kejadian yang tidak logis terulang kali ditampilkan, sulit bagi penonton untuk sepenuhnya terlibat dalam cerita dan merasa empati terhadap karakter.

Episode terakhir membuat saya merasa menghabiskan waktu berjam-jam untuk menonton drama ini karena banyak adegan yang tidak masuk akal, terutama karena hanya diindikasikan satu episode sebelumnya. Banyak peristiwa penting yang dibangun sepanjang cerita tidak pernah dibahas lagi dan terkesan kurang jelas.

Di sisi lain, efek visual dalam drama ini mampu manjakan mata, menyajikan setiap karakter dengan baik. Tiap momen yang ditampilkan, baik romantis maupun hening, akan membuat penontonnya terkesan.

Drama ini juga menampilkan beberapa pekerjaan kamera yang menarik, meskipun tidak mencapai standar seperti drama "All of Us Are Dead" yang mungkin dianggap sebagai tolak ukur oleh banyak penonton internasional.

Namun, jika kamu suka drama seperti "All Of Us Are Dead" saya tetap merekomendasikan drama ini terutama bagi para penonton yang suka drama dengan alur yang mendebarkan.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak