Sebuah peristiwa yang terjadi bisa menjadi ide tulisan yang menarik, seperti yang dilakukan oleh seorang penulis buku ini. Terinspirasi dari peristiwa tragis Jumat Kelabu yang terjadi di Banjarmasin, tepatnya pada tanggal 23 Mei 1997, kisah ini lahir.
Identitas Buku
Judul Buku: May
Penulis: Sandi Firly
Penerbit: KataDepan
Jumlah Halaman: 270 Halaman
Cetakan Pertama, September 2019
Sinopsis Cerita
Kin, spesialis penulis novel percintaan yang merasa bosan dan gagal sebagai pengarang, memutuskan pergi meninggalkan Jakarta. Suatu malam, ia tiba di pelabuhan pada sebuah kota yang muram.
Di sebuah kedai, Kin bertemu May. May membisiki Kin tentang empat pengunjung setia kedai yang kehidupan mereka bersilangan; pak tua yang kehilangan anaknya dalam huru-hara, perempuan dewasa istri pengusaha batu bara yang menjadi liar karena dimadu, pemuda yang patah hati dan selalu mengalami sakit kepala setelah dihajar pengawal bos perebut pacarnya, dan seorang laki-laki pembunuh bayaran yang menyamarkan diri.
Berbagai kejanggalan dan hal tak terduga terus terjadi selama Kin menuliskan kisah para pengunjung kedai itu. Tak pernah dia curiga, bahwa May-lah sesungguhnya misteri terbesar yang harusnya dia pecahkan sejak awal, sebelum cinta membawanya terlalu jauh.
Ulasan Cerita
Cerita ini terinspirasi dari sebuah peristiwa tragis yang pernah terjadi di Banjarmasin. Aku sendiri berasal dari pulau yang sama, meski tidak terlalu dekat dengan kota Banjarmasin. Aku memang pernah mendengar tentang peristiwa ini, tetapi hanya sekilas karena memang tidak pernah dibahas terlalu dalam.
Berkat cerita ini, aku jadi penasaran dan berniat untuk mencari tahu lebih lanjut tentang kerusuhan tersebut.
Cerita ini memang penuh misteri, sejak halaman pertama. Sosok Kin yang digambarkan sebagai seorang pemuda pengarang yang tengah mencari inspirasi dengan berlayar dan akhirnya sampai di Banjarmasin, cukup menampilkan karakter yang kuat dan realistis.
Sedangkan sosok May, sejak awal kemunculannya di novel ini, memang menunjukkan kesan yang lebih misterius. Sepertinya segala sesuatu yang ada dalam cerita ini, mulai dari para tokoh, alur, tempat, semuanya misterius.
Salah satu hal yang cukup mengganjal atau jika bisa disebut kekurangan bagiku adalah gaya percakapan yang digunakan dalam cerita ini. Terlalu kaku dan terkesan sangat dibuat-buat, alias tidak terasa ‘mengalir’.
Aku awalnya mengira akan diselipkan satu dua kalimat menggunakan bahasa daerah atau bahasa Banjar, tetapi ternyata hingga halaman terakhir tidak ada. Hal ini membuat cerita terasa cukup kaku dan kurang luwes.
Meski demikian, cerita ini tetap menarik karena hingga halaman terakhir pun pembaca akan tetap dibuat penasaran tentang siapa sebenarnya May, siapa sebenarnya yang bisa dipercaya.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS