Film Air Mata di Ujung Sajadah menceritakan tentang konflik yang pelik antara ibu kandung dan ibu angkat yang memperebutkan hak asuh atas seorang anak.
Pada awal film, adegan-adegannya cukup klise, menampilkan sepasang kekasih yang cintanya tidak direstui karena perbedaan status sosial. Aqila, yang kaya raya dari lahir, memiliki kekasih seorang yatim piatu dan bekerja sebagai karyawan restoran. Ibunda Aqila tidak merestui hubungan mereka, sehingga mereka melakukan kawin lari.
Singkat cerita, suami Aqila meninggal karena kecelakaan, dan Aqila yang sedang hamil besar pulang ke rumah ibunya. Ibunya menyimpan suatu rahasia dari Aqila selama bertahun-tahun, yaitu membohongi Aqila dengan mengatakan anaknya telah meninggal padahal anaknya diserahkan kepada karyawan almarhum suaminya bernama Arif dan istrinya bernama Yumna.
Aqila akhirnya mengetahui rahasia itu dan ingin mengambil anak kandungnya untuk tinggal bersama. Konflik semakin memuncak ketika Aqila sering mendatangi keluarga Arif dan bertemu dengan Baskara, anak kandungnya. Dia dan Baskara menjadi semakin akrab membuat keluarga angkatnya khawatir kehilangan anak yang telah dirawat selama tujuh tahun dengan penuh kasih sayang.
Penonton dibuat serba salah, apakah harus berpihak kepada Aqila, ibu yang terpisahkan bertahun-tahun dengan anak kandungnya, atau Yumna, ibu angkat yang telah merawat Baskara bertahun-tahun dengan cinta dan kasih sayang sepenuh hati. Konflik internal yang sama-sama kuat ini membuat film semakin menarik dan menguras emosi.
Film Air Mata di Ujung Sajadah menghadirkan cerita yang sederhana tetapi memiliki konflik yang cukup rumit. Bagian paling menarik dalam film ini adalah pada bagian ending yang mana terdapat plot twist yang tidak terduga.
Sayangnya, alur film ini mudah ditebak dan tidak terlalu membuat penasaran. Andaikan rahasia yang disembunyikan ibunya Aqila tidak ditampilkan di awal, mungkin akan lebih membuat kesan misterius. Penonton dibuat bertanya-tanya tentang siapakah orang tua Baskara sebenarnya, mengapa Aqila tiba-tiba mengaku sebagai ibu kandung Baskara, dan mengapa Baskara bisa diasuh oleh keluarga Arif.
Judul film ini, Air Mata di Ujung Sajadah terasa kurang relevan dengan isi ceritanya yang hanya sekali menampilkan adegan sholat atau berdoa di atas sajadah. Seharusnya, fokus dari film ini jika disesuaikan dengan judulnya adalah tentang keistiqomahan seseorang untuk beribadah kepada Allah seberat apa pun masalahnya.
Secara umum, film Air Mata di Ujung Sajadah ini unggul dalam dramatisasi yang menguras emosi penonton dan ceritanya yang bersumber dari kehidupan sehari-hari sehingga banyak penonton merasa relate. Film ini sedang trending satu di Netflix Indonesia ketika artikel ini dibuat.