Review Film 'Emma', Adaptasi Novel Klasik Jane Austen yang Dibalut Komedi

Hayuning Ratri Hapsari | Gigi Ann
Review Film 'Emma', Adaptasi Novel Klasik Jane Austen yang Dibalut Komedi
Emma. (IMDb.com)

Kisah-kisah romansa di zaman klasik memang selalu berhasil menyentuh hati.

Setelah sukses dengan Pride & Prejudice, kini dunia perfilman Hollywood kembali mengadaptasi novel klasik populer dari penulis Jane Austen berjudul Emma.

Film Emma merupakan film bergenre komedi romantis yang disutradarai oleh Autumn de Wilde dan resmi tayang sejak tahun 2020 lalu. Diperankan oleh Anya Taylor-Joy, film ini berkisah tentang seorang gadis cantik dari keluarga terpandang bernama Emma Woodhouse. 

Emma dikenal sebagai mak comblang untuk kisah cinta teman-temannya sendiri. Lucunya, Emma selalu menjodohkan teman-temannya dengan para pria yang berasal dari keluarga dengan status sosial tinggi. Namun, usahanya itu kerapkali berujung pada kekacauan di antara orang-orang yang terlibat.

Banyak kesalahpahaman yang terjadi ketika Emma menjadi cupid untuk hubungan teman dekatnya, Harriet Smith (Mia Goth).

Selama perjalanan kisahnya, Emma juga harus berhadapan dengan Mr. Knightley (Johnny Flynn), seorang teman lama keluarganya yang selalu mengkritik semua kelakuan Emma. 

Film ini menyoroti tema-tema klise, seperti kisah benci jadi cinta, ego, hingga kelas sosial pada era Regency di Inggris. Seluruh tema tersebut memang sudah menjadi ciri khas dari banyak novel karya Jane Austen lainnya.

Meski begitu, premis tersebut juga berhasil menjadi keunggulan film Emma untuk dapat mudah ditonton dan dinikmati oleh para penonton. 

Keunggulan lain dari film Emma adalah bagaimana Autumn de Wilde sukses menggabungkan cerita klasik dengan sentuhan bergaya kekinian.

Sepanjang film, kisah Emma dipenuhi oleh canda dan kepintaran sang gadis yang menjadikan film ini memiliki warna berbeda dibanding film adaptasi novel Jane Austen lainnya. 

Salah satu hal lainnya yang perlu disoroti dari film bertema period adalah tentang desain kostum dan properti yang digunakan.

Set, kostum, hingga pemilihan lokasi tampak sempurna dalam menggambarkan visual khas film-film berlatar waktu zaman kerajaan klasik lainnya. 

Uniknya, meski menggunakan visual yang klasik dan penuh keanggunan, sejumlah adegan di film Emma justru turut menyoroti para karakter dengan kecerobohan mereka layaknya manusia pada umumnya.

Perpaduan ini berhasil memberikan sudut pandang baru terkait kisah-kisah bertema period yang selalu lekat dengan keanggunan dan kesopanan. 

Film Emma menjadi cara baru dalam menikmati kisah romansa klasik dengan diselimuti humor segar yang sayang untuk dilewatkan. 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak