"Lucy" merupakan film aksi fiksi ilmiah yang dirilis pada tahun 2014. Film ini disutradarai dan ditulis oleh Luc Besson. Film dengan durasi sekitar 80-an menit lebih, diproduksi oleh EuropaCorp (perusahaan produksi film yang didirikan oleh Luc Besson). Film Lucy kian menarik berkat aksi Scarlett Johansson sebagai Lucy.
"Lucy" mengisahkan sosok wanita bernama Lucy (Scarlett Johansson) yang secara nggak sengaja terlibat dalam perdagangan obat ilegal. Ketika sebuah paket obat yang ‘dikandungnya’ pecah di dalam tubuhnya, zat kimia yang terkandung dalam obat tersebut memberinya kemampuan untuk mengakses potensi otaknya yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Seiring waktu, Lucy menjadi semakin kuat dan cerdas, bahkan dapat mengendalikan pikirannya sendiri. Namun, sementara dia berusaha memahami dan mengontrol kekuatan barunya, dia juga berhadapan dengan bahaya dari para penjahat yang terlibat dalam perdagangan obat ilegal.
Ulasan:
Terkadang, sebagai penonton, aku agak terganggu dengan hal-hal yang nggak logis, kecuali untuk genre superhero, aku nggak terlalu ambil pusing. Namun, dalam "Lucy," terdapat beberapa aspek yang secara ilmiah, memang tampak nggak masuk akal. Salah satunya adalah konsep bahwa manusia dapat mengakses dan menggunakan seluruh kapasitas otak mereka secara simultan.
Meskipun konsep peningkatan kapasitas otak adalah subjek yang menarik dan telah menjadi bahan pembahasan dalam ilmu pengetahuan dan fiksi ilmiah, dalam konteks film ini, cara di mana Lucy mencapai kemampuan tersebut terasa nggak masuk akal.
Kemudian, cara di mana Lucy memperoleh kekuatan super juga nggak masuk akal dari sudut pandang ilmiah. Terpapar zat kimia yang mengubah otaknya secara drastis. Zat kimia itu secara ajaib memungkinkan Lucy untuk mengendalikan pikirannya, merasakan dan memanipulasi energi, serta mengubah materi. Kejadian macam itu mungkin premis yang menarik untuk genre superhero, tapi sangat nggak realistis untuk film fiksi ilmiah. Konsep itu bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar ilmu kimia dan biologi.
Lalu efek dari penggunaan kekuatan super Lucy, juga tampak nggak konsisten dan nggak masuk akal. Dia dapat mengendalikan materi dan energi dengan kekuatan pikirannya, tetapi cara di mana hal ini terjadi dan batas-batas kekuatannya nggak dijelaskan secara konsisten dalam film.
Seandainya "Lucy" secara total dijadikan film superhero, maka sebagian dari ketidakmasuk akalan dan ketidakrealistisannya mungkin lebih mudah diterima olehku. Kan, biasanya memang dalam genre superhero, penonton cenderung lebih ‘nggak terlalu peduli’ atau ‘suka-suka filmnya-lah’ saat ada scene memasukkan unsur fiksi ilmiah dan konsep-konsep yang nggak realistis (seperti kemampuan super), sebagai bagian dari premis film superhero. Intinya, dalam film superhero, penonton akan lebih terfokus pada aksi yang intens, perkembangan karakter, dan pertempuran antara pahlawan dan penjahat, daripada keakuratan ilmiah.
Nah, biarpun "Lucy" memiliki beberapa elemen yang mirip dengan film superhero, seperti karakter utama yang mendapatkan kekuatan luar biasa, aksi yang intens, dan pertempuran melawan penjahat, tapi secara umum film ini nggak dapat dikategorikan sebagai film superhero. Hal ini karena karakter Lucy nggak memiliki kostum khusus, identitas rahasia, atau misi untuk melindungi kota atau dunia dari ancaman. Sebaliknya, "Lucy" lebih merupakan sebuah film aksi fiksi ilmiah yang mengeksplorasi potensi otak manusia dan mempertanyakan konsep-konsep filosofis tentang kekuatan dan eksistensi.
"Lucy" memang film yang menarik dan menghibur. Hanya saja, buat yang mengharapkan representasi realistis dari ilmu pengetahuan dalam film, ini bukan film yang cocok buat kamu. Skor dariku: 6/10