Dilema Manusia dan Alien: Refleksi Etis dalam Film 'The Host'

Hernawan | Athar Farha
Dilema Manusia dan Alien: Refleksi Etis dalam Film 'The Host'
Foto Film The Host (IMDb)

Apakah manusia hanya definisi dari bentuk fisiknya, ataukah lebih dari sekadar kulit dan tulang yang membatasi esensi kita? Dalam film "The Host" yang rilis pada tahun 2013, pertanyaan ini menjadi inti dari perjalanan emosional dan filosofis yang menggugah pikiran. Disutradarai oleh Andrew Niccol dan berdasarkan novel Stephenie Meyer, "The Host" membawa penonton ke dunia yang diinvasi oleh parasit alien yang menguasai tubuh manusia. 

Penasaran kisahnya sepertinya apa? Lanjut baca ya biar kamu tahu. Jadi, "The Host" mengisahkan tentang sosok gadis bernama Melanie Stryder (diperankan oleh Saoirse Ronan). Dia hidup di dunia yang diinvasi oleh parasit alien yang dikenal sebagai "Soul". Melanie menjadi tuan rumah (inang) bagi makhluk alien bernama Wanderer. Namun, bukannya tubuh Melani sepenuhnya dikendalikan, justru Melanie masih memiliki kesadaran dan mempertahankan jiwa dan tubuhnya atas pengendalian si alien, alias Melani hidup bersama dengan alien di dalam tubuhnya. 

Pada awalnya, Wanderer (si alien) bertentangan dengan Melanie, tapi seiring waktu, keduanya mulai saling memahami dan berkolaborasi. Ya, Melani sering bercakap-cakap dengan si alien melalui obrolan hati. Dan dari situlah, Melani mulai memahami perasaan si alien. Maka, di suatu hari, Melani dan Wanderer berusaha untuk melindungi orang-orang yang mereka cintai.

Ulasan:

Salah satu tema yang dominan dalam "The Host" adalah pertanyaan tentang identitas. Film ini menggali konsep tentang apa yang membuat seseorang menjadi manusia, termasuk cinta, kegembiraan, kesedihan, dan penderitaan. Pertanyaan etis muncul tentang hak dan kewajiban Wanderer (si alien) terhadap tubuh Melanie, serta hak Melanie untuk mempertahankan identitasnya.

Selain itu, film ini juga menyelidiki tema kebaikan versus kejahatan, menunjukkan bahwa baik dan jahat nggak selalu terkait dengan identitas fisik, tapi lebih pada pilihan yang dibuat oleh individu.

Dan sepanjang nonton, bahkan sampai berkali-kali kutonton, pada akhirnya, aku bisa memahami moralitas dalam "The Host", yang tecermin dalam hubungan antara Wanderer dan Melanie. Meskipun ada konflik awal antara mereka, mereka akhirnya menemukan cara untuk hidup bersama dan bekerja sama untuk tujuan yang lebih besar. Ini menggambarkan pesan tentang pentingnya empati dan pemahaman dalam mengatasi perbedaan dan konflik.

Karakter-karakter dalam film juga seringkali mengambil risiko besar untuk melindungi orang-orang yang mereka cintai, bahkan jika itu berarti menempatkan diri mereka sendiri dalam bahaya. Ini menggambarkan bahwa kebaikan dan pengorbanan merupakan nilai-nilai yang sangat berharga dalam menghadapi situasi sulit.

Terlepas Film The Host punya plot yang sangat lambat, dan lebih menonjolkan sisi dramatisasi dan romantisasi antara sesama manusia dan alien, ketimbang adegan aksi sebagaimana kebanyakan film tentang invasi makhluk asing. Namun, tampaknya cukup mengaburkan kekecewaan penonton dengan keindahan visual dan pesan-pesan yang ingin disampaikan film ini. Jadi, turunkan saja ekspektasimu jika mau nonton ini karena keseluruhan isi film nggak sebanding dengan keseruan yang ditampilkan trailernya. Ups. 

Bisa kubilang, "The Host" cukup berhasil menggugah pikiran, dengan menggabungkan elemen fiksi ilmiah, cerita romantis, dan pertempuran antara kebaikan dan kejahatan dalam ‘versi tanpa banyak kekerasan’. Maka dari itu, "The Host" bukan cuma hiburan yang menarik, tapi juga merangsang refleksi hidup untuk didiskusikan. 

Skor dariku: 6/10, sebagai penonton yang dulu tertipu trailernya dan korban ekspektasi ketinggian. Kamu mau nonton film ini? Jangan ragu ya. Jika kamu sudah paham terkait filmnya yang mengedepankan drama, maka nggak perlu menuntut lebih. Selamat nonton ya. 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak