Sejarah bagi saya adalah sesuatu yang berharga dan sangat menarik untuk ditelusuri lebih dalam. Namun, kebanyakan orang yang saya kenal beranggapan bahwa sejarah adalah sesuatu yang tidak menarik dan bahkan tidak berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Wajar saja jika mereka berpikir demikian, karena di sekolah, pembelajaran sejarah sering disampaikan dengan metode ceramah atau hafalan yang terkesan sangat monoton. Bisa dibayangkan betapa membosankannya, terutama jika mata pelajaran tersebut diberikan di jam-jam siang yang membuat kita cepat tertidur di kelas.
Memang benar bahwa ada yang berpendapat bahwa pelajaran sejarah itu membosankan mungkin karena mereka memang tidak menyukai sejarah, terlepas dari metode pengajarannya. Namun, kita bisa sepakat bahwa metode yang digunakan kebanyakan kurang menarik, membosankan, dan bikin ngantuk.
Melihat kondisi tersebut, sudah saatnya metode penyampaian sejarah diubah menjadi lebih menarik. Akhir-akhir ini, saya menemukan metode baru untuk menikmati sejarah dengan lebih menyenangkan, yaitu melalui heritage walking tour.
Pertama kali mengetahui tentang heritage walking tour ini melalui media sosial Instagram @mlakumagelang, yang merupakan komunitas yang memperkenalkan sejarah Kota Magelang, Jawa Tengah, melalui kegiatan jalan kaki. Dalam kegiatan tersebut, peserta diajak untuk menjelajahi beberapa rute di Kota Magelang yang memiliki nilai sejarah.
Konsep heritage walking tour ini sebenarnya bukanlah hal baru di Indonesia. Konsep serupa sering ditemukan di tempat wisata seperti museum, candi, dan wisata bersejarah lainnya. Namun, heritage walking tour Mlaku Magelang menawarkan pengalaman yang lebih mendalam kepada pesertanya.
Berdasarkan pengalaman saya mengikuti heritage walking tour bersama Mlaku Magelang, kami diajak menelusuri sejarah Kota Magelang hingga ke tempat-tempat yang sebelumnya tidak pernah saya sadari memiliki cerita sejarah yang menarik. Misalnya, di Kota Magelang, ada beberapa rute yang bisa dipilih, seperti Badaan Zuid En Kampong Botton, Groote Weg Noord Pontjol, Bajeman West, Sigarenfabriek Ko Kwat Ie En Zonen, Stadswijk Kawarasan, dan lainnya.
Tour ini biasanya diadakan setiap akhir pekan, pada hari Sabtu atau Minggu, dengan estimasi waktu 2-3 jam, baik pagi maupun sore hari. Informasi lebih lanjut bisa diakses melalui Instagram @mlakumagelang. Kegiatan ini terbatas, dan pendaftaran bisa ditutup sewaktu-waktu jika kuota pendaftar sudah penuh, biasanya diikuti oleh sekitar 30 orang setiap kali tour.
Sistem pembayaran di Mlaku Magelang menggunakan model "pay as you wish," di mana peserta dapat membayar sesuai dengan kepuasan mereka selama mengikuti tour. Beberapa waktu lalu, saya mencoba mengikuti tour ini sendirian karena teman-teman saya tidak tertarik dengan sejarah. Meski begitu, saya tetap menikmati walking tour tersebut dan bertemu banyak teman baru.
Waktu itu, saya mengikuti rute Badaan Zuid En Kampong Botton di Kota Magelang. Rute ini sangat menarik karena dimulai dari Taman Badaan, yang sebelumnya tidak pernah saya bayangkan memiliki cerita sejarah. Kami juga menjelajahi Kampung Botton, di mana saya dapat melihat deretan bangunan rumah era Belanda yang masih otentik. Destinasi terakhir adalah Museum Soedirman, di mana saya mendapatkan banyak pengetahuan baru tentang Panglima Perang Gerilya.
Hal yang menarik lagi, walking tour Mlaku Magelang tidak menetapkan tarif khusus. Kamu bisa membayar seikhlasnya sesuai dengan kepuasan selama mengikuti tour. Bagaimana, sudah merasa tertarik untuk mengikuti walking tour bersama Mlaku Magelang?
Saya rasa sudah saatnya tour serupa diadakan di beberapa kota lain. Selain sebagai sarana rekreasi, peserta juga bisa lebih mengenal sejarah kota sendiri dengan cara yang lebih menyenangkan. Bagi warga Magelang, saya sangat merekomendasikan untuk mencoba walking tour ini setidaknya sekali seumur hidup.
Saya yakin kalian tidak akan menyesal, malah mungkin akan ketagihan. Magelang, di mata saya sebagai perantau, adalah kota yang kaya akan cerita sejarah menarik untuk dipelajari. Masak kalian yang warga lokal tidak tertarik dengan cerita sejarah kota kelahiran sendiri?
BACA BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE