Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono lahir pada 20 Maret 1940 di Surakarta. Ia merupakan pujangga kebanggaan Indonesia. Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada 19 Juli 2020 di usia 80 tahun, akibat penurunan fungsi organ tubuh. Sekalipun kini sosok Sapardi sudah tak ada lagi di dunia, namun karya-karya puisinya akan tetap abadi di hati para penikmat sastra.
Untuk memahami karya sastra, tentu setiap orang tidak sama. Bisa jadi, dua orang pembaca yang merasa telah memahami suatu karya sastra, tetapi ternyata keduanya memiliki penafsiran yang berbeda.
Memahami makna yang terkandung dalam karya sastra terutama puisi, memang tak mudah dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Tetapi, saat kita sudah terlanjur dapat memahami makna puisi, kita akan ketagihan untuk selalu menggali makna dari puisi-puisi yang kita baca.
Gerimis bukan berarti hujan, bunga belum tentu berarti kembang. Begitulah penyair memainkan gaya bahasa. Gaya bahasa yang dimainkan oleh seorang penyair tidak bisa diartikan secara harfiah. Seringkali penyair bilang begini, tapi maksudnya begitu.
Maka, lewat buku Bilang Begini Maksudnya Begitu ini, kita akan diajari untuk lebih mudah memahami makna puisi. Melalui buku terbitan Gramedia Pustaka Utama ini, Sapardi Djoko Damono mengajak kita untuk mengapresiasi puisi melalui pengenalan sejumlah alat kebahasaan dasar yang digunakan penyair untuk menyampaikan ide, gagasan, sikap, dan suasana, dengan bahasa yang ringan serta mudah dicerna.
Sapardi menyatakan tidak jarang usaha untuk memahami puisi mengalami kesulitan, karena pembaca tidak menyadari pentingnya gambar dalam puisi. Dalam berbagai acara pembacaan puisi, sering kita saksikan para remaja berusaha menghasilkan bunyi sajak yang dibawakannya sebaik-baiknya tanpa memberi kesan bahwa mereka telah memahaminya.
Kekurangpahaman itu sering disebabkan oleh tidak adanya usaha sungguh-sungguh untuk menyusun gambar dari puisi yang dibaca. Padahal puisi bisa menjadi bacaan yang menarik apabila pembaca berhasil menyusun serangkaian gambar yang ditampilkan.
Dalam membaca gambar puisi, penulis mengutip puisi berjudul Syair Kadatangan Raja Siam di Betawi yang ditulis pada tahun 1871.
Pukul anam nyang pagi-pagi
Datang samua bala kompani
Dari Senen dan Messter lagi
Tambur dan musik pada berbunyi
Yang dimaksud adalah pada pukul enam pasukan Kompeni berdatangan, diiringi musik, dari arah Senen dan Mester. Di balik penggambaran ini, penyair tidak menyembunyikan makna lain. Bisa dikatakan penyair dalam hal seperti ini bertindak sebagai juru warta yang bertugas menyampaikan berita seperti apa adanya.
Inilah ulasan dari buku Bilang Begini Maksudnya Begitu karya penyair tersohor kebanggaan rakyat Indonesia, Sapardi Djoko Damono. Selamat membaca!
Identitas Buku
Judul: Bilang Begini, Maksudnya Begitu
Penulis: Sapardi Djoko Damono
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I, Mei 2016
Tebal: 138 Halaman
ISBN: 978-602-03-1122-7