Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam: Melawan Tradisi Kawin Tangkap

Hernawan | Nida Aulia
Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam: Melawan Tradisi Kawin Tangkap
Novel 'Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam' (Gramedia)

Novel Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam karya Dian Purnomo diterbitkan pada tahun 2020 oleh Gramedia Pustaka Utama dengan jumlah halaman 320.

Sinopsis

Magi Diela diculik dan dijinakkan seperti binatang. Sirna sudah impiannya membangun Sumba. Kini dia harus melawan orangtua, seisi kampung, dan adat yang ingin merenggut kemerdekaannya sebagai perempuan. 

Ketika budaya memenjarakan hati Magi yang meronta, dia harus memilih sendiri nerakanya: meninggalkan orangtua dan tanah kelahirannya, menyerahkan diri kepada si mata keranjang, atau mencurangi kematiannya sendiri. 

Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam ditulis berdasarkan pengalaman banyak perempuan korban kawin tangkap di Sumba. Tradisi kawin tangkap menggedor hati Dian Purnomo untuk menyuarakan jerit perempuan yang seolah tak terdengar bahkan oleh Tuhan sekalipun.

Potret Perjuangan Perempuan Melawan Kawin Tangkap di Sumba

Magi Diela adalah seorang perempuan muda yang riang dan pemberani. Sebagai sarjana pertanian, dia memiliki impian untuk memajukan tanah kelahirannya, Sumba, melalui sektor pertanian. 

Impiannya untuk membangun Sumba tertunda karena dia menjadi korban kawin tangkap. Magi diculik dan dilecehkan oleh para penculiknya. Dia dipaksa menikah dengan seorang laki-laki yang tidak dicintainya. 

Perlakuan para penculiknya terhadap Magi seperti barang yang dipakai sesuka hati menggambarkan betapa rendahnya martabat dan hak-hak perempuan dalam konteks budaya yang masih terbelakang.

Konflik Sosial di Kampung Tradisional Sumba

Cerita berlangsung di Kampung Karang di Kota Waikabubak, Sumba, menggambarkan kehidupan sederhana dan kental dengan tradisi. Hanya ada 35 rumah, kampung ini terasa intim dan erat hubungan antar warganya. Namun, di balik kesederhanaan itu, tersimpan permasalahan sosial yang menjadi konflik utama dalam novel ini.

Gaya Penulisan Dian Purnomo: Deskriptif dan Mudah Dipahami 

Dian Purnomo berhasil menghadirkan pengalaman membaca novel Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam yang mendalam dengan gaya penulisannya yang mudah dipahami dan naratifnya yang deskriptif. Deskripsi yang penuh detail membuat saya seolah-olah ikut merasakan suasana dan emosi para tokoh.

Pesan Inspiratif dari Novel Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam

Novel Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam mengangkat tema budaya dan tradisi Sumba, khususnya praktik Yappa Mawine (kawin tangkap) yang masih terjadi di sana. 

Novel ini memberikan banyak pesan moral yang menginspirasi saya. Perjuangan tokoh utama, Magi Diela, yang tak kenal lelah, meski menghadapi banyak rintangan, mengajarkan kita untuk tetap teguh pada pendirian dan tidak mudah menyerah dalam memperjuangkan keadilan, bahkan jika keluarga sendiri menentang.  

Novel ini juga menjadi inspirasi bagi perempuan untuk berani melawan ketidakadilan dan menjadi pribadi yang tangguh dan mandiri.

Kelebihan

Penggabungan elemen budaya kawin tangkap dengan tragedi keluarga serta persahabatan Magi Diela dan Dangu Toda menjadi kekuatan utama novel ini. Dengan memadukan elemen-elemen tersebut, Dian Purnomo berhasil menciptakan alur cerita yang kompleks, penuh intrik, dan memikat.  

Penggambaran budaya Sumba yang kental dan konflik batin Magi dalam menghadapi tradisi yang merugikannya membuat novel ini semakin menarik untuk dibaca.

Kekurangan

Penggunaan dialek Sumba dalam novel Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam menjadi tantangan bagi saya yang tidak familiar dengan bahasa tersebut.

Namun, Dian Purnomo telah mengatasi kendala ini dengan menambahkan footnote untuk menerjemahkan kata-kata bahasa daerah. Hal ini cukup membantu saya untuk memahami dialog tokoh dan menikmati cerita secara utuh.

Meskipun demikian, menurut saya, penggunaan bahasa daerah dalam novel ini juga memiliki nilai positif. Saya dapat belajar dan mengenal lebih jauh tentang kekayaan bahasa daerah di Indonesia.

Kesimpulan

Novel Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam karya Dian Purnomo layak dibaca, terutama bagi pembaca yang tertarik pada isu-isu sosial, perjuangan perempuan, dan budaya Indonesia. Novel ini memberikan wawasan berharga tentang praktik kawin tangkap yang masih terjadi di Sumba.

Kisah Magi Diela yang berjuang melawan tradisi yang mengekangnya menawarkan pesan inspiratif dan kekuatan tokoh perempuan yang menginspirasi pembaca untuk tidak menyerah dalam memperjuangkan hak dan kebebasan diri sendiri.

Dengan gaya penulisan yang mudah dipahami dan kemampuan Dian Purnomo menggambarkan emosi dan suasana cerita secara detail, novel ini mampu menarik saya ke dalam cerita yang penuh intrik, konflik batin, dan persahabatan. 

Meskipun penggunaan dialek Sumba bisa menjadi tantangan bagi sebagian pembaca, footnote yang disediakan membantu memahami cerita tanpa kehilangan esensi budaya lokal.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak