Buku novel Roman Picisan inilah yang mengantarkan saya untuk memburu karya-karya Eddy D. Iskandar yang lain, seperti novel Bunga Putih Abu-Abu, Aisyah & Adinda, Cahaya Surga di Matanya, Bunga Cinta Kasih, dan Gita Cinta dari SMA.
Bahkan, boleh dikatakan, selain Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih, novel Roman Picisan inilah yang mengundang jiwa saya untuk menggemari bacaan-bacaan novel.
Sebagai pengarang novel, menurut saya Eddy D. Iskandar tidak pernah gagal meramu kata-kata, hingga memukau. Ia memilih diksi yang pas dan konflik yang mengalir apa adanya. Pembaca pun dibuat betah, tidak bosan, dan semakin penasaran untuk segera menuntaskan bacaan sampai halaman terakhir.
Novel Roman Picisan mengisahkan seorang remaja bernama Roman. Berusia sembilan belas tahun, kelas dua SMA jurusan IPS. Roman jago ngebut, tapi penakut sama cewek.
Di kelasnya, ia beken dengan julukan "Roman Picisan". Soalnya ia pintar mengarang dengan bahasa yang indah. Jika berjumpa dengan gadis anggun, Roman langsung bisa melukiskannya seperti, "matanya berkilau bagai telaga. Senyumnya merekah menantang rembulan. Hidungnya antik tiada terperi. Rambutnya panjang bergelombang berkilau-kilauan tertimpa sinar mentari pagi." Pokoknya: maut!
Berkat keahliannya itu, pelajaran mengarang, Roman selalu mendapatkan angka tertinggi. Soalnya, kebetulan guru bahasa dan sastra Indonesia kelas dua IPS, pengagum Angkatan Pujangga Baru.
Keahlian dalam merangkai kata-kata yang indah, membuat Roman jadi langganan pemesan surat cinta. Tiap temannya yang jatuh cinta, selalu pesan surat pernyataan cinta kepada Roman. Tarifnya dua puluh lima ribu rupiah persurat. Anehnya, surat cinta made in Roman itu cukup ampuh. Sering kali berhasil, daripada gagal. Buktinya: pasangan Toto dan Titi, pasangan Momo dan Mimi, pasangan Caca dan Cucu, pasangan Tono dan Tini, adalah hasil surat cinta versi Roman.
Meski enggan berpacaran, entah kenapa Roman sangat suka kepada siswi baru di sekolahnya yang bernama Wulandari. Wulandari digambarkan sebagai seorang cewek remaja yang ceria, pintar, baik, dan sayang terhadap keluarga.
Namun, Wulan tiba-tiba langsung berubah menjadi cewek yang ketus, jutek, dan bawel kalau bertemu Roman. Ketika awal masuk, Wulandari sudah disukai oleh banyak cowok di sekolah barunya, seperti Samuel dan Devon.
Tetapi pada akhirnya, sikap benci Wulandari tersebut berubah menjadi perasaan kasih sayang yang sangat tulus kepada Roman. Awalnya saling membenci, sampai-sampai baik Roman maupun Wulan selalu memperhatikan sikap dan perilaku kesehariannya. Setiap bertemu, mereka terus saja berselisih. Namun, di saat sendirian, keduanya saling mengingat sikap dan perilakunya ketika sedang bertemu. Inilah awal timbulnya perasaan di antara mereka.
Salah satu kekuatan novel Eddy D. Iskandar, terletak pada daya ungkap dan dialog-dialognya yang mengalir lancar dan tetap aktual, serta tidak terpengaruh perubahan trend remaja. Bahkan para pengamat sastra seperti H. B. Yassin, Jakob Sumardjo, Umar Yunus, Umar Kayam, Sapardi Djoko Damono, sempat mengulas atau mengungkap novel popnya Eddy. Berdasarkan kenyataan itulah, sejumlah novel klasik dan novel best seller Eddy D. Iskandar diterbitkan ulang oleh beberapa penerbit.
Selamat membaca!
Identitas Buku
Judul: Roman Picisan
Penulis: Eddy D. Iskandar
Penerbit: Gagas Media
Cetakan: I, Februari 2004
Tebal: 234 Halaman
ISBN: 979-3600-05-5