Salah satu film Jepang paling menyayat hati yang pernah saya tonton adalah 'My Broken Mariko'. Film ini menghadirkan kisah seorang perempuan yang menempuh perjalanan panjang demi mengenang sahabatnya yang meninggal secara tiba-tiba.
Diadaptasi dari manga karya Waka Hirako, film ini menggali lebih dalam tentang kehilangan, duka, dan perjuangan seseorang menghadapi trauma.
Saya diajak untuk memahami bagaimana seseorang berjuang mati-matian melawan rasa sakit akibat luka yang diberikan oleh keluarga sendiri, serta pergumulan batin mereka yang terus-menerus dihantui oleh pikiran negatif yang sulit dikontrol.
Mei Nagano memberikan akting yang luar biasa sebagai Tomoyo Shiino, seorang perempuan yang terlihat tangguh dan ceria, tetapi sebenarnya hancur di dalam.
Dari luar, ia tampak seperti sosok yang tegar, tetapi kemarahan dan kesedihannya terus menghantui. Ia merasa gagal sebagai sahabat karena tidak bisa menyelamatkan Mariko dari hidupnya yang penuh penderitaan.
Kepergian Mariko yang mendadak dan tanpa perpisahan membuat Tomoyo kesulitan menerima kenyataan, hingga akhirnya ia memutuskan untuk 'menculik' abu sahabatnya dan membawanya dalam sebuah perjalanan terakhir yang penuh makna.
Saat Tomoyo berhenti menyangkal dan menerima kenyataan bahwa sahabatnya telah tiada, ada kesedihan yang dalam sekaligus kelegaan yang sulit saya ungkapkan. Momen ini begitu kuat dan emosional, hingga membuat saya ikut menangis bersamanya.
Meskipun film ini tidak mudah untuk ditonton karena mengangkat tema-tema sensitif seperti kekerasan dalam rumah tangga, self-harm, dan bunuh diri, 'My Broken Mariko' menyampaikan pesan yang begitu manusiawi.
Film ini mengajak kita untuk lebih memahami dan mendengar orang-orang di sekitar kita, tanpa menghakimi atau meremehkan masalah yang mereka hadapi.
Kehadiran sosok Mariko dalam kilas balik membuat pesan ini semakin terasa, memperlihatkan bagaimana kehidupan kerasnya membentuk keputusan tragis yang ia ambil.
Namun, di balik kisahnya yang begitu kelam, film ini juga menghadirkan harapan. Ada momen-momen hangat yang disisipkan, baik melalui humor maupun narasi humanisnya, yang mengingatkan kita untuk lebih peduli pada orang-orang yang kita kasihi.
'My Broken Mariko' bukan hanya film tentang kesedihan, tetapi juga tentang cinta, persahabatan, dan bagaimana kita harus tetap menjaga mereka yang ada di sisi kita.
Dengan durasi hanya 85 menit, film ini memberikan dampak emosional yang besar. Sutradara Yuki Tanada berhasil mengadaptasi kisah manga ini dengan cara yang menyentuh dan kuat, sementara naskah yang ditulis bersama Kosuke Mukai memperdalam pengalaman emosional karakter utamanya.
Melalui film ini, kita diingatkan bahwa kehilangan seseorang bukan hanya tentang meratapi kepergian mereka, tetapi juga tentang bagaimana kita terus hidup dengan kenangan mereka.
Tomoyo yang awalnya tenggelam dalam rasa bersalah akhirnya menemukan sedikit harapan untuk terus berjalan ke depan. Dalam rasa sakitnya, ada percikan kehidupan yang mulai menyala kembali.
Satu-satunya kekurangan film ini mungkin ada pada pacing yang sedikit terburu-buru di beberapa bagian. Ada momen di mana Tomoyo terasa didorong terlalu cepat ke adegan berikutnya, padahal seandainya diberikan sedikit lebih banyak ruang, dampak emosionalnya bisa lebih dalam.
Namun, secara keseluruhan, 'My Broken Mariko' tetap menjadi adaptasi yang luar biasa dari sebuah kisah yang menyayat hati.
Film ini adalah pengingat yang kuat bahwa duka bukanlah sesuatu yang bisa diabaikan atau diselesaikan dengan cepat. Ada proses yang harus dilalui, dan setiap orang mengalami proses itu dengan cara yang berbeda.
Melalui kisah Tomoyo dan Mariko, saya belajar bahwa meskipun seseorang telah pergi, cinta dan kenangan tentang mereka akan selalu hidup dalam diri kita.
Untuk yang ingin menyaksikan film ini, 'My Broken Mariko' bisa ditonton gratis di JFF Theater, ya! Siapkan tisu sebelum menonton, karena film ini benar-benar akan menghancurkan hatimu, sekaligus menghangatkannya kembali.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS