"When No One Is Watching" merupakan novel bergenre thriller psikologis dengan nuansa politik dan sosial yang kuat, karya Alyssa Cole. Dikenal sebagai penulis fiksi romantis dan sejarah, dalam novel ini Cole menunjukkan sisi berbeda dengan mengangkat isu rasisme, gentrifikasi, dan ketidakadilan sistemik dalam balutan misteri yang mencekam.
Cerita berpusat pada Sydney Green, seorang wanita kulit hitam yang kembali ke kampung halamannya di Brooklyn, New York. Namun, lingkungan yang dulu akrab kini berubah drastis. Para tetangga yang ia kenal satu per satu menghilang, digantikan oleh pendatang kulit putih yang tampak terlalu ramah tapi menyimpan motif mencurigakan.
Di tengah kekacauan ini, Sydney memutuskan untuk membuat tur sejarah lokal agar tidak melupakan jejak komunitas kulit hitam di wilayah tersebut. Dalam usahanya, ia tak sengaja bekerja sama dengan Theo, seorang pria kulit putih yang baru pindah ke lingkungan itu bersama pacarnya.
Keputusan untuk bekerja sama dengan Theo menjadi dilema bagi Sydney. Ia mencurigai semua pendatang baru, termasuk Theo. Namun, seiring penyelidikan mereka berlangsung, terungkap bahwa ada lebih dari sekadar perpindahan penduduk yang terjadi di lingkungan tersebut.
Ketegangan cerita berkembang saat Sydney dan Theo menemukan bahwa para tetangga kulit hitam yang "pindah" tidak benar-benar pergi secara sukarela. Ada konspirasi besar yang melibatkan penggusuran paksa, manipulasi finansial, dan bahkan kekerasan fisik yang disamarkan sebagai kebijakan perbaikan kota.
Alyssa Cole menggunakan latar Brooklyn dengan sangat efektif. Ia tidak hanya menggambarkan perubahan fisik kota, bangunan baru, pertokoan mahal, wajah-wajah asing tetapi juga kehilangan identitas budaya dan komunitas akibat gentrifikasi.
Novel ini tidak hanya sekadar thriller, melainkan juga potret sosial yang menohok. Cole menyelipkan kritik tajam terhadap cara sistem kapitalis dan institusi negara secara halus tapi brutal menghapuskan keberadaan komunitas kulit hitam dari wilayah mereka sendiri.
Sydney sebagai protagonis digambarkan dengan penuh lapisan. Ia cerdas, skeptis, dan emosional, tokoh yang hidup dengan trauma, tetapi tetap memiliki semangat untuk melawan. Perjuangannya bukan hanya tentang menyelamatkan rumahnya, tapi juga mempertahankan sejarah dan identitasnya.
Sementara Theo adalah karakter yang lebih kompleks dari yang terlihat. Ia bukan sekadar "pria kulit putih yang ingin membantu". Ia juga harus berhadapan dengan kenyataan bahwa dirinya adalah bagian dari sistem yang menindas, bahkan jika tidak ia sadari.
Relasi antara Sydney dan Theo menjadi simbol dari ketegangan rasial yang dihadirkan dalam novel. Mereka dipaksa bekerja sama di tengah kecurigaan, ketimpangan kekuasaan, dan trauma kolektif yang tidak bisa diabaikan begitu saja.
Salah satu aspek yang paling mencolok dalam novel ini adalah transformasi genre yang halus namun mengganggu. Cerita dimulai seperti novel kontemporer biasa, berkembang menjadi misteri, dan akhirnya melonjak menjadi thriller konspiratif dengan unsur horor psikologis.
Alyssa Cole menunjukkan kemampuan naratifnya dengan memadukan gaya penulisan yang dinamis, dialog yang tajam, dan monolog batin yang reflektif. Narasi bergantian antara sudut pandang Sydney dan Theo, memungkinkan pembaca melihat konflik dari dua sisi berbeda.
Atmosfer ketegangan dibangun perlahan namun mantap. Setiap kejadian kecil, seperti hilangnya seorang tetangga, renovasi yang mencurigakan, atau kehadiran polisi membawa bobot emosional yang besar bagi Sydney.
Cole juga menggunakan elemen teknologi untuk menunjukkan bagaimana kekuasaan bekerja di era modern. Surveillance, kontrol media, dan informasi palsu menjadi bagian dari senjata yang digunakan dalam perang gentrifikasi.
Walau novel ini memiliki unsur romantis, hubungan antara Sydney dan Theo tidak pernah mengalihkan fokus dari isu utama. Sebaliknya, dinamika mereka memperlihatkan bagaimana hubungan lintas-ras bisa menjadi kompleks dan penuh luka tersembunyi, terutama di tengah ketidaksetaraan struktural.
Di bagian akhir novel, aksi semakin intens. Sydney menghadapi bahaya fisik nyata, dikejar oleh pihak-pihak yang ingin membungkamnya. Namun, justru di tengah kekacauan itu, ia menemukan kekuatan solidaritas dan keberanian untuk melawan balik.
"When No One Is Watching" bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga ajakan untuk merenungkan ketidakadilan yang kerap tersembunyi di balik retorika pembangunan dan kemajuan. Alyssa Cole berhasil membuat pembaca merasakan ketakutan yang sangat nyata dan relevan.
Buku ini tidak segan-segan menunjukkan bahwa rasisme tidak selalu hadir dalam bentuk kekerasan terang-terangan. Sering kali, ia berwujud dalam proses yang legal, bertahap, dan terorganisir yang bahkan didukung oleh hukum dan institusi.
Sebagai penutup, "When No One Is Watching" adalah karya penting yang memadukan thriller, kritik sosial, dan narasi komunitas secara cerdas. Novel ini menggugah, menegangkan, dan membuka mata terhadap kenyataan yang selama ini mungkin tidak ingin kita lihat. Sangat direkomendasikan untuk pembaca yang mencari cerita dengan substansi dan makna mendalam.
Identitas Buku
Judul: When No One Is Watching
Penulis: Alyssa Cole
Penerbit: William Morrow Paperbacks
Tanggal Terbit: 1 September 2020
Tebal: 352 Halaman