Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | I Gusti Putu Narendra Syahputra
Cuplikan serial televisi Stranger Things 4 Vol.1 (IMDb)

Stranger Things 4 Vol.1 menceritakan tentang geng Hawkins yang menyelidiki kekuatan jahat di balik aksi pembunuhan berantai, sebagaimana menimpa beberapa teman mereka yang memiliki trauma pahit dan masa lalu suram. Namun, ada sudut pandang lain yang diangkat dan patut ditunggu oleh para fans, yaitu mengungkap masa lalu Eleven yang kelam, sebagai satu-satunya cara jitu untuk mengembalikan kekuatan supernya yang hilang.

Setelah terpaksa hiatus selama dua tahun akibat pandemi Covid-19, Netflix kembali merilis serial televisi terbaiknya, Stranger Things. Serial yang telah memasuki musim keempat penayangannya ini terbagi ke dalam dua bagian, yakni Vol.1 dirilis pada 27 Mei 2022 dan Vol.2 dirilis pada 1 Juli 2022.

Kali ini, serial televisi Netflix yang diproduksi oleh studio produksi 21 Laps Entertainment dan Monkey Massacre tersebut hadir dengan warna baru yang ditunjukkan dengan adanya sedikit perubahan pada setiap karakter utama, mulai dari tinggi badan, jenjang pendidikan, sampai dengan cara berpikir yang mulai dewasa secara bertahap. 

Stranger Things 4 Vol.1 dibuka dengan Eleven (Millie Bobby Brown) yang memulai kehidupan baru bersama dengan anggota keluarga Byers yang terdiri dari Will (Noah Schnapp), Joyce (Winona Ryder), dan Jonathan (Charlie Heaton) di Lenora Hills, California. Di Hawkins, Indiana, Max Mayfield (Sadie Sink), Lucas Sinclair (Caleb McLaughlin), Dustin Henderson (Gaten Matarazzo), dan Mike Wheeler (Finn Wolfhard) juga mulai mengarungi kehidupan baru sebagai pelajar SMA Hawkins. Pertama kali menginjakkan kaki ke dalam dunia remaja membuat kelimanya disibukkan dengan upaya mencari identitas dan jati diri yang sebenarnya dengan bergabung dalam kegiatan klub sekolah.

Dari generasi senior, kakak perempuan Mike, Nancy Wheeler (Natalia Dyer), Steve Harrington (Joe Keery), dan Robin Buckley (Maya Hawke) juga mulai disibukkan dengan pekerjaan sampingan dan persiapan masuk kuliah. Namun, hehidupan damai yang mereka jalani harus terusik oleh peristiwa pembunuhan berantai yang dilakukan oleh kekuatan misterius jahat dan menargetkan remaja SMA dengan pengalaman trauma buruk masa lalu. Merasa ada kejanggalan yang menyeruak ke permukaan, anak-anak Hawkins kembali menyatukan kekuatan untuk menggali sejumlah informasi tentang sang pelaku pembunuhan. 

Sementara itu, Eleven dipanggil kembali oleh dua orang mantan mentornya di Lab Hawkins, yakni Dr. Sam Owens (Paul Reiser) dan Dr. Martin Brenner (Matthew Modine), ke salah satu fasilitas militer rahasia yang tersembunyi di gurun pasir Nevada. Keduanya memandu Eleven untuk menjalani terapi pemulihan kekuatan super dengan teknologi canggih dan memori masa lalu sampai Eleven siap untuk membantu anak-anak Hawkins melawan kekuatan jahat yang sedang mengincar kota tempat tinggal mereka.

Ketika anak-anak Hawkins saling bekerja sama mengungkap misteri di balik pembunuhan berantai yang melanda kota kecil mereka, Joyce dan Murray Bauman (Brett Gelman) merencanakan operasi penyelamatan terhadap Jim Hopper (David Harbour), mantan kepala polisi Hawkins yang ditawan oleh tentara Uni Soviet di penjara Kamchatka setelah berhasil selamat dari insiden Mal Starcourt pada musim ketiga.

Formula yang digunakan oleh tim penulis naskah Stranger Things dalam menyebarkan kepingan cerita ke dalam tiga grup, yaitu grup Hawkins yang dipimpin oleh Nancy, grup California yang dipimpin oleh Eleven, dan grup Soviet yang dipimpin oleh Hopper, merupakan keputusan yang berani sekaligus berisiko tinggi karena dapat mempengaruhi rating serial televisi secara keseluruhan. Sayangnya, tim penulis naskah gagal dalam mengeksekusi alur cerita yang terlihat dari pembagian peristiwa kompleks ke dalam masing-masing grup yang tidak proporsional.

Contoh nyatanya terlihat jelas dari alur cerita grup California yang sulit dipahami maksud dan tujuan di balik adegan tersebut. Grup California yang beranggotakan Mike, Will, Jonathan, dan Argyle (Eduardo Franco), karakter pendatang baru yang berperan sebagai sahabat baik Jonathan hanya menampilkan adegan filler yang cenderung tidak terlalu penting dan justru menghamburkan durasi tayang episode. 

Kelemahan grup California juga semakin terlihat jelas ketika adanya salah satu tindakan karakter yang bertujuan untuk mencairkan suasana yang tegang, tetapi justru membuat penonton gagal paham terhadap maksud di balik tindakan tersebut. Hal ini terlihat dari respons Argyle terhadap segala cerita serius Jonathan dengan melemparkan lawakan garing dan mengarahkan pembicaraan pada PalmTree Delight yang merupakan nama lain dari daun ganja atau mariyuana.

Di satu sisi, penyuguhan karakter Argyle yang memiliki kepribadian nyeleneh cukup unik karena semakin menambah warna kepribadian karakter di dalam semesta Stranger Things yang notabene menjunjung tinggi keberagaman dan inklusivitas. Kendati pun demikian, jika terlalu mengekspos keunikan karakter Argyle, maka tentu saja ini dapat mengaburkan fokus yang bisa bikin penonton gagal paham tentang esensi adegan yang ditampilkan.

Kegagalan eksekusi cerita grup California tersebut membuat penonton ingin cepat berpindah ke adegan selanjutnya yang menceritakan grup lain. Meski begitu, dua grup lain memiliki alur cerita yang lebih aman, ramah untuk ditonton, dan mampu mengeksekusi alur cerita dengan konflik batin yang menyayat hati dan menggugah pikiran. Hal ini tentu mampu mengisi kekosongan makna cerita grup California.

Dari segi ritme cerita, episode Stranger Things 4 Vol.1 memiliki ritme yang beragam. Ada episode yang dimulai dengan ritme cerita datar, tetapi ada juga episode yang langsung dibuka dengan ritme yang tinggi dan intens.

Hal yang selalu ditunggu dari Stranger Things adalah nuansa cerita thriller yang dibumbui sedikit action, yang mampu memicu adrenalin. Namun, pada Vol.1 ini, nuansa action dikurangi dan diganti dengan nuansa gore brutal mendominasi alur cerita yang merekam tindakan pembunuhan sebagaimana dilakukan oleh karakter antagonis. 

Nuansa gore di dalam cerita sangat terlihat dari rangkaian aksi pembunuhan yang dilakukan oleh Vecna, karakter antagonis yang menjadi villain utama, di mana ia mampu menyihir setiap korbannya dengan pesan surga yang manis sembari meremukkan tulang korban satu demi satu dengan cara yang sangat mengerikan. Sentuhan gore bercampur dengan perang urat saraf (psychological war) di dalam diri yang cukup rumit untuk dihadapi mampu memancing penasaran sekaligus perasaan iba yang mengaduk emosi. 

Pada Stranger Things 4 Vol.1 ini, mayoritas karakter tidak mengalami pengembangan karakteristik secara signifikan. Meski begitu, pengembangan karakteristik masih terlihat pada tiga karakter utama, yaitu Eleven, Max, dan Dustin.

Ujian kekuatan karakter Eleven sebagai gadis remaja normal terlihat kentara ketika dirinya di-bully oleh teman-teman sekolahnya. Tidak hanya dari kehidupan masa kini, Eleven memiliki masa lalu yang kelam, di mana ia dirundung oleh sesama pasien Lab Hawkins yang iri terhadap kekuatan supernya. Tidak hanya itu, Eleven juga harus melawan tekanan mental dari One, mantan pasien sekaligus perawat yang ingin menghancurkan potensi dirinya. 

Keteguhan hati dan kekuatan pikiran positif membentuk soliditas mental Eleven untuk menghadapi semua itu. Akting Millie Bobby Brown yang natural dan mengalir mampu menggambarkan sosok Eleven yang kuat dan tegar menghadapi segala cobaan mental sehingga mampu memantik perasaan iba penonton untuk menaruh empati kepadanya.

Setali tiga uang, karakter Max Mayfield juga mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perasaan bersalah yang dirasakan setelah membiarkan kakak laki-laki tirinya, Billy Hargrove, terbunuh dalam peristiwa Starcourt bercampur aduk dengan perasaan kesal melihat sikap orang sekitar yang mulai meninggalkan dirinya dan mendikte kehidupan pribadinya. Sadie Sink mampu menjiwai karakteristik baru Max, sehingga membentuk citra Max sebagai gadis penyendiri dan pemurung yang tidak memiliki tujuan hidup. 

Karakter utama yang ahli dalam berstrategi, Dustin, juga mengalami perkembangan karakteristik yang sangat pesat. Sebagai anggota junior Hellfire Club, Dustin kagum terhadap Eddie Munson (Joseph Quinn), karakter pendatang baru yang berperan sebagai ketua Hellfire Club, berkat ketegasan dalam memimpin klub, sikapnya yang tidak peduli terhadap perkataan orang lain apa pun alasannya, dan rela berkorban untuk orang terdekat. 

Berkat Eddie, Dustin semakin percaya diri dengan versinya sendiri, di mana ia selalu berani berpendapat terhadap segala hal yang dianggapnya tidak sesuai dengan tujuan awal atau dapat mengancam keutuhan grup menggunakan gayanya yang blak-blakan dan menggunakan kata-kata sumpah serapah yang unik untuk didengar.

Selain itu, Dustin juga mulai menerima fakta bahwa dirinya adalah sebagai remaja kutu buku yang tidak terkenal dan dicemooh oleh teman-teman sekolahnya. Penerimaan jati diri secara ikhlas yang ditunjukkan oleh sikap Dustin ini dapat dijadikan sebagai referensi sekaligus inspirasi buat anak-anak Gen Z yang masih merasa insecure terhadap identitas dan jati diri saat ini untuk lebih percaya diri terhadap diri sendiri dan menyikapi berbagai penolakan yang dialami dari lingkungan sekitar sebagai kesempatan menunjukkan kemampuan terbaik yang dimiliki.

Dari segi pemilihan lagu tema, lagu “Running Up That Hill” yang dirilis pada tahun 1985 dan dinyanyikan oleh penyanyi Inggris era 1980-an, Kate Bush, mampu mengiringi adegan yang mungkin sederhana, tetapi dapat menentukan kekuatan cerita. Lagu tersebut mampu menggambarkan perasaan Max yang putus asa dan membutuhkan pemahaman, dukungan, serta perasaan cinta dari para sahabatnya untuk membantunya keluar dari keterasingan dan mengatasi trauma yang mengganggu ketenangan jiwanya. 

Suara Kate Bush yang nyaring dan tebal mampu memanjakan telinga dan memiliki efek getar yang sangat kuat dalam mengiringi perjuangan epik Max melawan rayuan maut Vecna. Lagu “Running Up That Hill” yang mengiringi adegan memorable dan mindblowing Max tersebut pantas dinobatkan sebagai adegan Stranger Things dengan komposisi sinematik terbaik di dalam semesta Stranger Things.

Itulah ulasan penulis tentang serial Stranger Things 4 Vol.1. Dari indikator yang telah dijelaskan di atas, maka penulis memberikan nilai 4.8/5 untuk serial televisi besutan The Duffer Brothers ini.

Sebenarnya, pesan moral yang ingin disampaikan dari cerita Stranger Things 4 Vol.1 ini sederhana, tetapi dapat menentukan cara pandang seseorang terhadap dirinya, terutama ketika sedang dirundung masalah pelik. Jika sedang berinteraksi dan bergaul dengan orang lain, terutama dengan sahabat dekat, maka sebaiknya hindari sikap jaim atau jaga image atau citra diri secara berlebihan dan berupaya untuk menjadi diri sendiri yang mengedepankan kejujuran dan keterbukaan.

Jadi, ketika ada hal duka dan pahit yang dirasakan dan ingin disampaikan, maka hati dan pikiran akan lebih mudah untuk menyusun kata dan kalimat yang tepat untuk menceritakan hal tersebut sehingga akan timbul perasaan lega setelah berhasil melepaskan sedikit beban pikiran yang membelenggu.

Hal ini sangat berguna untuk menghindari risiko stres berlebihan yang dapat mengarah pada depresi dan berujung pada tindakan bunuh diri. Kamu pasti gak mau merasakan perasaan berbahaya itu, kan?

I Gusti Putu Narendra Syahputra