Seperti dari judulnya, film Seediq Bale II: Warriors of the Rainbow ini merupakan film lanjutan dari film Seediq Bale I. Sepertimana filmnya yang pertama, film kedua ini masih berkisah tentang perlawanan rakyat pedalaman Taiwan yang dipimpin oleh Muna Rudao menghadapi tentara pendudukan Jepang yang kala itu tengah gencar untuk membangun infrastruktur demi kepentingan mereka.
Dalam film pertama, kita diperlihatkan bagaimana kehidupan suku Seediq yang harus hidup dalam pendudukan Jepang, dan dipaksa untuk meninggalkan berbagai kegiatan tradisional yang menjadi kebudayaan mereka. Bahkan, pemerintah Jepang juga melarang kaum laki-laki suku Seediq mentato wajahnya. Padahal, menato wajah bagi suku Seediq adalah pertanda bahwa laki-laki dari suku tersebut telah resmi menjadi seorang manusia sejati. Hingga pada akhirnya, dengan dipimpin oleh Mona Rudao yang menjadi saksi masa pendudukan Jepang selama 30 tahun, mereka mengangkat senjata dan menyerang pemukiman Jepang yang ada di sana. Di kemudian hari, pergolakan ini dikenal luas dengan nama “Peristiwa Wushe”. Sekadar informasi, dalam peristiwa Wushe tersebut, para Seediq yang dipimpin oleh Mona Rudao, berhasil menewaskan hampir semua warga Jepang, sehingga secara otomatis memantik pemerintah Jepang untuk menuntut balas.
Pasca pemberontakan yang terjadi di Wushe, Mona Rudao dan para prajuritnya melanjutkan peperangan dengan cara gerilya. Meskipun sadar bahwa peperangan tersebut mustahil untuk dimenangkan, namun Mona Rudao menolak untuk menyerah demi menjaga harga diri mereka sebagai seorang ksatria sejati dari klan Seediq.
Dan benar saja, Jepang yang memiliki keunggulan jumlah pasukan dan juga peralatan militer, mulai mampu mendesak perlawanan yang dikobarkan oleh Mona Rudao bersama dengan para ksatria Seediq. Hal ini diperparah dengan terjadinya perpecahan di antara mereka yang berimplikasi pada melemahnya kekuatan dari dalam. Namun, demi menjaga martabat dan juga kehormatan mereka sebagai seorang “Seediq Bale”, Mona Rudao lebih memilih untuk menolak menyerah kepada Jepang.
Di akhir film, Mona Rudao dan para pejuangnya memang mengalami kekalahan. Namun, tentu saja jalan perjuangan yang mereka tempuh akan sangat layak untuk ditonton secara langsung oleh teman-teman pecinta film. Karena, dengan menonton film ini kita bisa tahu bahwa mempertahankan tanah air adalah sebuah hal yang sangat mulia, dan harus dilakukan meskipun harus bertaruh nyawa. Merdeka!
Baca Juga
-
GegerIsu Naturalisasi, Media Vietnam Berikan Contoh Hukuman yang Bisa Didapatkan Malaysia
-
Diterpa Rumor Naturalisasi Ilegal, Pejabat FAM Ramai-Ramai Berikan Klarifikasi! Panik?
-
Indonesia Sudah Otomatis, Bagaimana Perhitungan Rasio Kelolosan Tim-Tim ASEAN ke AFC U-17?
-
Dihuni 15 Pemain Kaliber Timnas Senior, Gerald Vanenburg Wajib Bawa Kembali Piala AFF U-23
-
Pemain Sepak Bola Nyambi Jadi Abdi Negara, Bukti Persepakbolaan Indonesia Belum Menjanjikan?
Artikel Terkait
-
Sinopsis Wanalathi, Teror Horor di Dalam Hutan Belantara
-
Artis Indonesia Perankan Tokoh Presiden dalam Film, Siapa Paling Mirip?
-
7 Fakta Menarik Orphan: First Kill, Film Horor yang Diduga Terinspirasi dari Kisah Nyata
-
Ulasan Film Violence Action: Kisah Kocak Kanna Hashimoto sebagai Pembunuh Bayaran
-
Ryan Gosling Dikabarkan Akan Bergabung di Reboot Film Oceans Eleven Bareng Margot Robbie
Entertainment
-
Gagal Pikat Penonton, Rating Film The Old Guard 2 di Rotten Tomatoes Jeblok
-
Spill Tur Dunia di Tahun 2026, BTS Bersiap Garap Album Baru di US
-
Doh Kyung Soo Ajak Kita Nyanyi Bersama di Preview Lagu Terbaru Sing Along!
-
Retak Jari Kaki, Youngjae TWS Tetap Tampil Live Sambil Duduk
-
Manga Black Clover Comeback! Tiga Chapter Baru Siap Dirilis 12 Agustus 2025
Terkini
-
Tips Menguasai Teknik Dasar Futsal: Kunci Bermain Efektif di Lapangan Kecil
-
Lebih Dekat Mengenal Futsal, Lapangan Kecil Penuh Strategi
-
Mauro Zijlstra Selangkah Lagi Bela Indonesia, Naturalisasi Hampir Rampung?
-
Sejarah Futsal: Olahraga Kecil dengan Dampak Besar
-
Pesut Mahakam: Nyawa Sungai yang Perlahan Menghilang