Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Agung Rifna Ajie
Godfred Orindeod dalam potongan film Kakak Boss [Instagram/imajinari.id]

Film "Kakak Boss" karya terbaru dari Imaginary Picture, adalah sebuah drama komedi yang disutradarai oleh Arie Kriting dan Kristo Immanuel serta dibintangi oleh Godfred Orindeod, Glory Hillary, Ernest Prakasa, dan lainnya.

Film ini mengangkat cerita tentang seorang pemimpin usaha jasa keamanan di Indonesia Timur yang ingin membanggakan anak semata wayangnya dengan menjadi seorang penyanyi, meskipun ia tidak memiliki bakat menyanyi sama sekali. Konflik ini menjadi inti dari cerita yang menggabungkan humor dengan pesan emosional yang kuat

Cerita film ini terasa segar karena menggambarkan karakter dari Indonesia Timur dalam konteks yang berbeda. Biasanya, film-film yang berlatar di Indonesia Timur sering kali menyoroti aspek kesedihan atau kesulitan.

Namun, "Kakak Boss" menampilkan kehidupan sehari-hari mereka dengan humor yang natural dan situasi yang relatable. Karakter Kakak Boss, yang diperankan oleh Godfred, adalah seorang ayah yang berusaha keras agar anaknya, Angel, bangga padanya, meskipun itu berarti mencoba menjadi sesuatu yang bukan dirinya

Film ini juga menampilkan perspektif lain dari masyarakat Indonesia Timur, yang sering kali diasosiasikan dengan stereotip tertentu. Dalam "Kakak Boss," kita melihat sisi yang lebih manusiawi dan adil dari karakter-karakternya.

Ada banyak momen di mana konflik yang sepertinya akan memanas, justru diselesaikan dengan damai, memperlihatkan kuatnya nilai-nilai kekeluargaan dan kedisiplinan hukum di kalangan mereka. Ini merupakan salah satu nilai tambah dari film ini yang berhasil mengangkat karakter Indonesia Timur dengan cara yang segar dan mendalam.

Akting para pemain dalam film ini patut diacungi jempol. Gloria Hilary sebagai Angel memberikan penampilan yang natural dan mendalam, sementara Ernest Prakasa yang juga berperan sebagai produser memberikan sentuhan komedi yang menggelitik melalui dialog-dialog yang cerdas dan lucu. Kombinasi pemain yang belum terlalu dikenal namun memiliki kemampuan akting yang kuat membuat film ini terasa autentik dan tidak terkesan dipaksakan.

Salah satu aspek yang menonjol dari "Kakak Boss" adalah kemampuannya untuk menyampaikan humor dengan cara yang alami dan tidak berlebihan. Kehadiran komika-komika Timur seperti Mamat Alkatiri dan Abdur Arsyad memberikan warna tersendiri pada film ini.

Celetukan-celetukan khas mereka sangat menghidupkan suasana dan menambah kesan lucu dalam berbagai situasi yang dihadirkan. Tidak hanya itu, film ini juga berhasil menyeimbangkan antara komedi dan drama, sehingga penonton bisa tertawa terbahak-bahak di satu momen, lalu tersentuh dengan adegan yang emosional di momen berikutnya.

Soundtrack yang digunakan juga mendukung nuansa film ini. Lagu utama yang diambil dari hits populer era 2000-an membawa nostalgia dan sesuai dengan tema cinta seorang ayah kepada anaknya. Musik tersebut mampu memperkuat emosi dalam beberapa adegan penting, membuat penonton merasakan kedalaman perasaan karakter utama.

Namun, "Kakak Boss" masih memiliki beberapa kelemahan. Misalnya, dialog-dialog yang menggunakan bahasa Indonesia Timur kadang sulit dipahami karena kurangnya subtitle pada beberapa bagian, yang bisa membuat penonton kehilangan beberapa detail penting. Selain itu, beberapa subplot terasa kurang dieksplor, seperti kisah backstory dari istri Kakak Boss, yang socially awkward. Hal ini bisa menjadi peluang untuk pengembangan cerita di film berikutnya, jika ada.

Secara keseluruhan, "Kakak Boss" adalah sebuah film komedi-drama yang menawarkan perspektif baru dalam sinema Indonesia. Meskipun bukan film yang sempurna, eksekusi dan keberanian film ini dalam menyajikan tema yang jarang diangkat patut diapresiasi. Imajinari Pictures berhasil menghadirkan cerita yang menghibur sekaligus menyentuh hati, memperlihatkan bahwa komedi Indonesia tidak hanya bisa datang dari satu wilayah atau budaya saja, melainkan bisa lebih beragam dan inklusif.

Agung Rifna Ajie