Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Anggia Khofifah P
Poster film Film Perayaan Mati Rasa. (Instagram/@perayaanmatirasa.film)

Film 'Perayaan Mati Rasa' merupakan karya terbaru dari Sinemaku Pictures, yang sebelumnya merilis 'Bolehkah Sekali Saja Kumenangis' pada tahun 2024.

Film ini kembali membawa tema yang menguras emosi, tetapi dengan pendekatan yang terasa berbeda dibandingkan karya-karya sebelumnya.

Dengan eksplorasi mendalam mengenai duka dan hubungan keluarga, film ini menghadirkan kejutan yang tidak disangka-sangka.

Plot dan Pengembangan Karakter

Disutradarai oleh Umay Shahab, 'Perayaan Mati Rasa' mengisahkan hubungan kakak-beradik Ian Antono dan Uta Antono yang menghadapi duka mendalam setelah kehilangan sosok ayah.

Ian, diperankan oleh Iqbaal Ramadhan, adalah seorang musisi indie dengan band bernama Midnight Serenade. Sementara itu, Uta (Umay Shahab) adalah seorang podcaster sukses yang lebih dekat dengan orang tua mereka.

Film ini menampilkan dinamika sibling relationship yang terasa realistis. Kepribadian Ian digambarkan sebagai seseorang yang tenggelam dalam dunia musiknya, penuh perasaan kalah terhadap adiknya, kehidupan, dan bahkan dirinya sendiri. Sementara itu, Uta menjadi karakter yang lebih rasional dan stabil.

Salah satu keunggulan film ini adalah cara menggambarkan emosi kehilangan yang terasa autentik. Namun, beberapa adegan dan dialog Ian terkesan terlalu dipaksakan untuk menunjukkan ketidakstabilan emosionalnya, berbeda dengan karakter lainnya yang tampil lebih natural.

Meskipun begitu, Iqbaal Ramadhan berhasil memberikan performa luar biasa sebagai Ian. Perannya sebagai kakak yang penuh beban benar-benar tersampaikan dengan baik.

Umay Shahab sebagai Uta berperan sebagai karakter penyeimbang yang memiliki sisi emosional tersendiri. Meskipun ia lebih rasional dibandingkan Ian, hubungan kakak-adik mereka tetap terasa tegang akibat perbedaan cara mereka menghadapi kehilangan.

Selain itu, salah satu penampilan terbaik dalam film ini datang dari Unique Priscilla, yang memerankan ibu mereka. Aktingnya di bagian akhir benar-benar menguras emosi dan menjadi salah satu faktor yang membuat klimaks film ini begitu kuat.

Begitu juga dengan debut Priscilla Jamail sebagai Dinda Juwita, sahabat Ian yang memberikan kehangatan di tengah konflik film.

Teknik Sinematografi dan Kejutan Menarik

Film ini menawarkan banyak peningkatan dalam aspek teknis dibandingkan film-film sebelumnya dari Sinemaku Pictures. Umay Shahab bereksperimen dengan cara menahan dan mempermainkan emosi penonton melalui visual dan tata suara yang kuat.

Dari segi sinematografi, terdapat kontras menarik antara dunia Ian yang penuh dengan warna dan cahaya di atas panggung bersama Midnight Serenade, dengan dunia rumahnya yang terasa lebih dingin dan suram. Visual ini mempertegas perbedaan antara pelarian Ian dalam musik dan realita yang ia hadapi di rumah.

Midnight Serenade sendiri bukan hanya sekadar elemen pendukung dalam film. Musik yang dimainkan oleh band ini berfungsi sebagai narasi alternatif yang mencerminkan perasaan Ian yang sulit ia ungkapkan dalam kata-kata.

Selain itu, kejutan lainnya adalah penggunaan teknologi AI dalam alur cerita, di mana suara sang ayah dipalsukan demi menenangkan keluarga. Inovasi ini berhasil memberikan sentuhan segar dalam film.

Penutup: Film yang Meninggalkan Bekas di Hati

'Perayaan Mati Rasa' bukan hanya sekadar film drama keluarga biasa. Dengan kombinasi narasi emosional, musik yang menyatu dengan cerita, serta akting kuat dari para pemerannya, film ini berhasil menciptakan pengalaman menonton yang intens dan mengesankan.

Walaupun ada beberapa kekurangan dalam penyampaian narasi yang terkadang terasa kurang organik, keseluruhan film tetap menyampaikan pesan yang kuat mengenai kehilangan dan proses menerima duka.

Film ini juga memberikan rasa lega setelah menontonnya—seperti perasaan ketika akhirnya bisa melepaskan beban berat di dada.

Tidak berlebihan jika saya menyebut 'Perayaan Mati Rasa' sebagai film terbaik dari Sinemaku Pictures hingga saat ini, serta salah satu karya terbaik yang pernah disutradarai oleh Umay Shahab.

Anggia Khofifah P