Bayangkan jika wajahmu ada luka yang nggak bisa dihilangkan, dan karena itu, dunia memperlakukanmu seolah-olah dirimu nggak layak dicintai. Orang-orang berbisik di belakangmu, menatapmu dengan jijik, atau bahkan menjauh seakan-akan kamu adalah kutukan.
Inilah yang dialami Saida dalam Film Jagal Teluh buatan Sutradara George Hutabarat. Film yang diproduksi Suhita Zenza Sinema ini menghadirkan kisah kelam seorang perempuan yang terobsesi dengan kecantikan hingga rela menempuh jalan mistis. Dibintangi Elina Joerg, Selvi Kitty, Ferdi Ali, Danita Rebecca, Udin Penyok, Mastur, Jho Rizky, Kelono Gambuh, Sarah Sofea, Devi Grace, dan Putri Cindy, film ini siap menerormu di bioskop.
Standar Kecantikan yang Lebih Seram dari Setan
Saida dikucilkan karena wajahnya yang dianggap "buruk". Dia sulit mendapatkan perhatian laki-laki, sebuah tekanan sosial yang masih relevan di kehidupan nyata hingga saat ini. Di dunia nyata, perempuan seringkali dinilai berdasarkan penampilan fisik mereka. Ukuran tubuh, warna kulit, hingga bentuk wajah menjadi standar yang, entah siapa yang menetapkan, tapi terasa begitu kejam.
Lewat karakter Saida, Film Jagal Teluh bisa jadi refleksi atas betapa kerasnya masyarakat menilai seseorang dari penampilannya. Saat Saida akhirnya memilih jalur mistis demi kecantikan, dia bukan hanya sekadar karakter horor, tapi juga simbol dari mereka yang merasa nggak cukup baik di mata dunia.
Ketakutan yang Lebih Nyata dari Setan
Horor dalam Film Jagal Teluh bukan hanya datang dari ritual ilmu hitam atau sosok menyeramkan di kegelapan. Ada horor yang lebih nyata, yaitu bagaimana masyarakat memperlakukan mereka yang dianggap "berbeda". Film ini bisa jadi sindiran tajam terhadap bagaimana standar kecantikan mempengaruhi hidup seseorang, kadang hingga titik yang berbahaya.
Kisah Saida juga bisa dikaitkan dengan fenomena operasi plastik ekstrem, diet ketat yang menyiksa, hingga tren kecantikan yang terus berubah. Semua ini menunjukkan, terkadang, manusia bisa lebih menakutkan daripada setan.
Antara Horor dan Kritik Sosial
George Hutabarat dikenal dengan horor-horornya seperti dalam Film Bidadari Pulau Hantu dan Film Kesurupan Jumat Kliwon. Namun, jika ‘Jagal Teluh’ mampu menggali lebih dalam tema diskriminasi berbasis penampilan, ini bisa menjadi horor yang lebih dari sekadar jumpscare.
Film ini bisa jadi tontonan horor yang menyeramkan, tapi juga menyimpan pesan yang menggelitik: Apakah kita benar-benar takut pada hantu, atau justru pada penilaian manusia lain?
Bila kamu penasaran dengan filmnya, kamu bisa nonton di bioskop pada 27 Februari 2025. Yeay, nggak lama lagi tayang!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Review Film Holly: Tenang di Permukaan tapi Gelisah di Dalam
-
Review Film Ballerina: Spin-off John Wick yang Kurang Nampol?
-
Konflik Agraria yang Menggetarkan dalam Film Seribu Bayang Purnama
-
Review Film Black Box Diaries: Catatan Kelam yang Menguak Pelecehan Seksual
-
Review Film Tornado: Perjalanan Visual dan Cerita yang Mengalir Lambat
Artikel Terkait
-
Sempat Banjir Kritik, Captain America: Brave New World Puncaki Box Office
-
Mau Nonton 'Film Rumah Teteh: Story of Helena?' Simak Dulu Plus Minusnya!
-
Cinta dan Penerimaan Diri dalam Film Pantaskah Aku Berhijab
-
Sinopsis Badass Ravi Kumar, Film Action India Dibintangi Himesh Reshammiya
-
Kate Winslet Siap Debut Jadi Sutradara Lewat Film Goodbye June
Entertainment
-
Buntut Kasus Lee Sun-kyun, Pihak Kepolisian dan Jurnalis Ikut Didakwa
-
YooA OH MY GIRL Resmi Gabung Agensi SARAM, Siap Jajaki Dunia Akting
-
Takut Spoiler, Pemeran Loki Hati-hati Bahas Perannya di Avengers: Doomsday
-
F4 Dirumorkan Akan Reuni pada 2026
-
Lakukan Adegan Parasut Terbakar, Tom Cruise Sabet Guinness World Record
Terkini
-
Ulasan Don Quixote: Perjalanan Ksatria Gila dan Khayalannya
-
SHINee Ring Ding Dong: Anthem Ikonik K-Pop saat Cinta Datang Tak Diundang
-
Khutbah Idul Adha: Dosen UNY Serukan Kemandirian Pangan
-
Qurban di Zaman Digital: Tantangan dan Harapan Generasi Muda
-
Review Film Holly: Tenang di Permukaan tapi Gelisah di Dalam