Bagaimana jika ada sebuah kota yang nggak terlihat mata manusia biasa, tapi dipercaya benar-benar ada? Bagi masyarakat Sulawesi Tengah, Uwentira bukan sekadar mitos. Kota gaib ini diyakini berada di antara Palu dan Parigi Moutong, tempat para makhluk halus bersemayam. Misteri itulah yang diangkat dalam film horor terbaru Uwentira: Kota Jin buatan Nur Afni Eka Muslim.
Diproduksi sama Celebest Film Productions, film ini menghadirkan kisah Dewi, seorang perempuan yang datang ke Palu untuk mencari kenalannya, Salena. Namun, saat dia menyebut nama "Uwentira," ekspresi Tiara, temannya, berubah aneh. Tiara merasa ada sesuatu yang berbeda dengan Dewi, seolah-olah dia bukan lagi orang yang sama.
Film ini dibintangi Mariam Muslim, Fial Magfira, Julia Kirana, Zazkiamelia, Refaldi Anugrah, Mutiara Dawali, Gilang Rahman, Afifah K. Amarsah, Fira, Chandra, Moh. Alif, Moh. Fikran, Defri Triadi, dan Rian Sasiah.
Dengan jajaran cast yang (tampaknya) menjanjikan, bakal seseru apa ya filmnya? Lanjut baca sampai akhir ya.
Mitos Uwentira, Kota yang Nggak Kasat Mata
Uwentira (Wentira) bukan sekadar cerita lama yang diceritakan turun-temurun, tapi juga bagian dari kepercayaan masyarakat setempat. Konon, kota ini memiliki gerbang yang hanya bisa dilihat sama orang-orang tertentu. Beberapa pengemudi yang melintas di sekitar lokasi Uwentira mengaku pernah melihat gerbang emas atau bahkan mendapat undangan dari makhluk gaib untuk masuk ke dalamnya.
Film Uwentira: Kota Jin menarik karena mengangkat mitos ini ke layar lebar. Pertanyaannya, apakah film ini akan mengeksplorasi Uwentira sebagai tempat yang benar-benar ada dalam dunia gaib, atau justru membangun misteri yang lebih luas? Jika dilihat dari sinopsisnya, ada kemungkinan elemen supernatural akan dikombinasikan dengan ketegangan psikologis. Mungkin ya.
Sentuhan Budaya dan Nuansa Lokal
Daya tarik film ini ada pada keberanian tim produksi untuk menampilkan aktor dan aktris asli dari Palu. Ini berarti sudah ada keaslian tersendir, baik dalam dialog, aksen, hingga cara mereka berinteraksi. Selain itu, Uwentira: Kota Jin berpotensi menampilkan budaya Sulawesi Tengah, baik dari segi latar tempat, adat istiadat, maupun nuansa kehidupan masyarakatnya.
Jika film ini mampu menggambarkan Uwentira dengan atmosfer yang mencekam tapi tetap menghormati kepercayaan lokal, ini bisa menjadi salah satu film horor Indonesia yang berbeda dari yang lain. Ditambah lagi, sineas dari luar Jakarta mulai mendapat perhatian lebih dalam industri film nasional lho.
Dengan premis yang menarik dan akar cerita yang kuat dalam budaya lokal, Film Uwentira: Kota Jin patut dinantikan. Apakah film ini akan membawa kita masuk ke dunia yang Nggak kasat mata? Kita tunggu jawabannya pada 13 Maret 2025 di bioskop!
Baca Juga
-
Momen Emas Film Jumbo, Animasi Lokal yang Nggak Boleh Dianggap Remeh!
-
Review Film Drop: Dinner Romantis Berujung Teror Notifikasi Maut
-
Review Film Warfare: Tunjukkan Perang dan Kekacauan dengan Utuh serta Jujur
-
Review Film Without Arrows: Dokumenter yang Diam-Diam Menancap di Hati
-
Review Film Muslihat: Ada Setan di Panti Asuhan
Artikel Terkait
-
Segera Tayang di Bioskop, Begini Kisah di Balik Penggarapan Film Terikat Jalan Setan
-
Dibintangi Marlon Wayans, Film Horor Bertajuk Him Bagikan Teaser Perdana
-
Jessica Chastain Bintangi Film Horor Bertajuk Incidents Around the House
-
Review Film Muslihat: Ada Setan di Panti Asuhan
-
Film Angkara Murka: Bukan Horor Biasa
Entertainment
-
Jadi Million Seller, NCT Wish Jual 1 Juta Copy Album Poppop dalam Sepekan
-
Menguak Kekuatan Dragon di One Piece, Mungkinkah Buah Iblis Dewa Hujan?
-
4 Drama China yang Diadaptasi dari Novel Zhu Yi, Ada The First Frost
-
5 Anime Terbaik dengan Ending yang Terburu-buru, Bikin Kecewa Penggemar!
-
Bukan Karena Lemah, Ini Alasan Mengapa Gojo Satoru Kalah dari Sukuna
Terkini
-
Membangun Bangsa dari Ruang Kelas: Jejak Perlawanan Ki Hadjar Dewantara
-
4 Ide OOTD Youth Look ala Ella MEOVV, Dari Kasual hingga Formal!
-
Kritik PTN-BH ala Ki Hadjar Dewantara: Pembebasan atau Penindasan?
-
Merayakan Kartini, Merayakan Literasi Perempuan Indonesia
-
Ekonomi Bukan Cuma Soal Dapur: Menggugat Narasi Populis Elitis