Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Denting Azzahra Pinasthinastiti
Potret Penyanyi Solo Baskara Putra/Hindia [instagram/@wordfangs]

Dalam setiap lagu tentu masing-masing penikmat bebas dalam memberikan pemaknaan atas tiap bait lirik yang ada di dalamnya. Kebebasan pemaknaan inilah yang kujadikan sebagai sebuah refleksi diri yang semoga akan selalu tertanam dan menciptakan berbagai kenangan positif untuk aku dan kita semua sebagai seorang manusia yang tentu ada kalanya lelah dan hilang arah.

Baskara Putra atau yang lebih dikenal dengan nama panggung HINDIA, merupakan seorang musisi dan penulis lagu asal Indonesia. Ia dikenal sebagai vokalis dari band .FEAST dan juga sebagai pendiri serta vokalis grup musik LOMBA SIHIR.

Sebagai musisi dan juga penulis lagu, ia menyajikan sebuah obat hati yang menurutku cukup ampuh untuk menenangkan rasa lelah atas segala pengharapan. Lewat lagu-lagunya, ia mampu memberikan dekapan hangat yang menyentuh setiap pendengar.

Salah satu lagu yang berhasil menyentuh itu adalah ‘Membasuh,’ yang merupakan bagian dari album perdananya bertajuk ‘Menari dengan Bayangan,’ yang dirilis pada November 2019 silam.

“Selama ini kunanti yang kuberikan datang berbalik tak kunjung pulang.”

Seperti pada lirik pembuka lagu membasuh milik HINDIA, setiap hari rasanya ku lalui kehidupan ini dengan penuh pengharapan atas siapapun dan apapun yang menjadi bagian dari kehidupanku. Berharap untuk dicintai kembali, untuk dihargai kembali, dan untuk mendapatkan hal-hal yang sebanding dengan segala upaya yang dengan begitu besarnya aku usahakan. Rasanya hal itu justru membuatku sesak, lelah dan dengan mudah merasakan penyesalan pun sakit hati yang tiada habisnya menyerang.

“Telat kusadar hidup bukanlah perihal mengambil yang kau tebar.” 

“Sedikit air yang kupunya milikmu juga, bersama.”

Kini aku benar-benar paham bahwa terkadang apa yang aku harapkan tidak selalu datang sesuai dengan keinginan, dan bahwa segala usaha, cinta, dan upaya yang selama ini kulakukan itu belum tentu juga akan benar-benar kembali lagi kepadaku. Aku hanya perlu menebar sebanyak-banyaknya cinta untuk diriku dan juga sekitar, menghargai dan memeluk erat jiwa-jiwa yang sedang sama-sama berjuang. 

Jika tak ku dapatkan cinta, aku masih bisa untuk menciptakan cinta itu. Menebarkan cinta dan kasih sayang kepada siapa-siapa saja yang memang pantas untuk mendapatkan. Walau rasanya sulit untuk bisa berdiri di atas ikhlas, namun pengharapan berlebih akan suatu hal yang di luar kendali kita justru akan membuat kita mudah terluka dan kecewa.

“Bisakah kita tetap memberi, walau tak suci.”

“Bisakah terus mengobati, walau membiru.”

Untuk setiap luka yang mungkin tak sengaja kita goreskan, dan kesalahan yang mungkin mencipta sakit. Relasi antar manusia kurasa tak lepas dari rasa luka dan melukai. Bisakah kita tetap memberi meski tak lagi memiliki kesucian hati. Mungkinkah kita terus mengobati walau luka-luka yang ada semakin membiru dan perih.

Dalam setiap tindakan kurasa kita sering terjebak dalam ketidaksempurnaan, namun tetap berusaha memberikan yang terbaik meski segala kelemahan dan rasa sakit ikut menyertai. Mungkin dalam ketidaksempurnaan itulah kita menemukan kekuatan untuk terus berbagi dan menyembuhkan, bahkan ketika diri kita sendiri sedang terluka. Aku meyakini bahwa setiap jiwa berhak untuk memberikan dan mendapatkan cinta.

Lirik magis yang diciptakan oleh Baskara melalui band-band yang menaunginya membuatku jatuh cinta untuk kesekian kalinya dengan kehidupan. Untuk segala umpatan yang sering mungkin sering kita berikan pada diri sendiri, dan untuk segala ketidaksempurnaan langkah perjalanan kita selama ini. Semoga kita berkenan untuk menerima, memaafkan, dan tak putus asa atas jawaban baik Tuhan yang telah menanti di depan. Tak mesti sempurna, sebab hal-hal kecil yang saat ini ada dan kita rasakan keberadaannya pun pantas untuk dirayakan. 

Denting Azzahra Pinasthinastiti