Hayuning Ratri Hapsari | Thedora Telaubun
Ferry Irwandi (Instagram/@irwandiferry)
Thedora Telaubun

Ferry Irwandi tak kuasa menahan emosi ketika memberikan klarifikasi soal unggahannya yang ramai menjadi sorotan. Dengan suara bergetar, ia mengaku sakit hati karena merasa menjadi korban framing setelah konten yang ia bagikan dipotong dan disebarkan ulang tanpa konteks.

Kasus ini bermula dari unggahan Ferry di Instagram Story. Ia membagikan poster bertuliskan “Mereka Bukan Hilang, Tapi Dihilangkan!” yang merupakan bagian dari kampanye KontraS. 

Awal Mula Unggahan dan Elemen yang Dihilangkan

Dalam unggahan aslinya, poster itu memiliki elemen khusus berupa status “template” dan keterangan “add yours” sehingga jelas bahwa konten tersebut adalah format yang bisa dibagikan bersama.

Namun, ketika unggahan itu dibagikan ulang oleh pihak lain, elemen penting tersebut malah dihilangkan. Hal ini menimbulkan kesan seolah-olah Ferry sendiri yang membuat poster tersebut. 

Kondisi inilah yang kemudian memicu tuduhan bahwa dirinya menyebarkan narasi provokatif.

“Yang dihilangkan dalam postingan ini, satu, status ‘template’, dua, keterangan ‘add yours’,” kata Ferry saat menjelaskan perbandingan antara unggahan aslinya dan unggahan ulang oleh Gusti Ayu, dikutip pada Senin (22/9/2025).

Ferry menegaskan bahwa perbedaan kecil itu berimbas besar pada persepsi publik.

Ferry kemudian menunjukkan bagaimana unggahan ulang tersebut membuat dirinya seakan bertanggung jawab penuh atas konten itu. 

“Postingan seperti ini, seakan-akan saya yang nge-story-in,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Ferry juga menyebut jumlah unggahan ulang yang menyudutkan dirinya sangat banyak. 

Ia menghitung ada puluhan konten yang beredar dengan narasi serupa.

“24 postingan, 25 sekarang, dalam 20 hari,” ucapnya.

Dampak Framing bagi Ferry

Ferry mengaku kesal dan kecewa dengan situasi ini. Ia merasa framing yang terbentuk bukan hanya merugikan reputasinya, tetapi juga menimbulkan tekanan emosional. 

Suaranya bergetar ketika menjelaskan bagaimana ia harus menanggung beban tuduhan tersebut di ruang publik.

Kasus ini menunjukkan bagaimana penghilangan elemen kecil dalam sebuah konten media sosial dapat mengubah makna secara signifikan dan menimbulkan berbagai reaksi. 

Template dan fitur “add yours” yang diabaikan membuat pesan kolektif seolah menjadi pernyataan pribadi.