Hayuning Ratri Hapsari | Mira Fitdyati
Potret Fadil Jaidi (Instagram/fadiljaidi)
Mira Fitdyati

Di balik sosoknya yang ceria dan sering membuat orang tertawa, Fadil Jaidi ternyata pernah melalui masa sulit bersama keluarganya.

Jauh sebelum dikenal sebagai konten kreator, ia harus menghadapi kenyataan bahwa keluarganya pernah menjadi korban penipuan dan bangkrut sampai terjerat utang miliaran rupiah.

Saat itu, Fadil berusaha membantu orang tuanya sebisanya dengan menabung dari setiap rezeki yang ia dapatkan.

Melalui podcast Butik Haji Igun di kanal YouTube Comic 8 Revolution pada Sabtu (15/11/2025), Fadil menceritakan ketika dirinya masih SMA dan mau masuk kuliah, ekonomi keluarganya tiba-tiba goyah.

“Karena aku mikirnya kayak dengan utang yang bermiliaran itu aku mau dapat uang dari mana gitu,” ujar Fadil.

Ia menjelaskan bahwa keluarganya tidak hanya bangkrut, tetapi juga menjadi korban penipuan hingga harus menanggung utang dalam jumlah yang sangat besar. Meskipun mereka mengalami musibah, tetap tidak ada pilihan lain selain menutup semua utang tersebut.

“Karena kan sempat ada kebangkrutan yang terjadi, ada sempat ketipu. Karena kalau misalnya aku habis ketipu, ya tetap aja, tetap harus bayar,” ujarnya.

Situasi itu membuat Fadil berpikir keras. Setiap kali ia mendapat rezeki, ia memilih untuk menabung karena baginya keluarga adalah prioritas utama.

“Pokoknya semua duit yang aku punya aku tabung, aku nggak mikirin diri aku sama sekali. Langsung aku tabungin semua uangnya ke mama papa,” ujarnya.

Fadil juga menceritakan bahwa pada awalnya sang ayah tidak mau memberitahukan jumlah pasti utang tersebut. Ayahnya tetap berusaha menanggung semuanya sendiri.

“Dan waktu itu papa juga nggak mau ngasih tahu semua utangnya waktu itu. Jadi papa masih kayak nggak apa-apa, papa masih bisa bayar sendiri,” ujarnya.

Namun rasa penasaran dan keinginan untuk membantu membuat Fadil bertanya pada ibunya. Sang ibu mengakui bahwa utang itu masih ada, hanya saja sang ayah belum mau membicarakannya.

“Sedangkan aku tanya ke mama, sebenarnya masih ada nggak gitu. Mama bilang masih, tapi papa nggak mau ngomong,” ujarnya.

Pada saat itu Fadil mulai mendapatkan penghasilan, ia membujuk ayahnya untuk jujur mengenai kondisi yang sebenarnya. Fadil menjelaskan bahwa umur tidak ada yang tahu, dan akan lebih baik bila masalah utang itu bisa segera diselesaikan.

“Kita nggak tahu umur itu sampai kapan aku bilang, jangan sampai kita mati itu ninggalin utang,” ujarnya.

Walau ayahnya khawatir Fadil akan merasa terbebani, Fadil justru mengungkapkan bahwa keluarga seharusnya saling menguatkan. Ia tidak ingin ayahnya merasa malu atau merasa membebani anaknya sendiri.

“Adil nggak mau papa malu sama Adil, kita ini keluarga kita harus saling support. Adil tahu papa pasti nggak mau ngeberatin Adil, tapi Adil itu nggak ngerasa diberatin,” ujarnya.

Fadil mengaku bisa melihat ketika orang tuanya sedang tertekan. Cara bicara, ekspresi wajah, hingga suasana rumah yang berubah membuatnya semakin peka. Ia bersyukur memiliki sifat yang membuatnya begitu sayang dan peduli pada keluarga.

“Aku tahu kayak misalnya mama lagi stres, papa lagi stres kelihatan. Maksudnya lagi nggak bercanda, lagi serius gitu,” ujarnya.

“Makanya sebenarnya aku bersyukur karena dikasih sifat sama Allah yang sesayang itu sama keluarga,” tambahnya.

Dari kisah Fadil kita jadi tahu bahwa keluarga adalah rumah pertama untuk saling menguatkan, terutama ketika berada di titik terendah. Perjalanan keluarganya bangkit dari penipuan dan utang miliaran menunjukkan bahwa masa sulit pun bisa dilewati bersama.