Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | riyanti project
Ilustrasi anak bermain di rumah. (Shutterstock)

Anak yang aktif memiliki potensi kecerdasan yang cukup besar. Jika anak-anak senang melompat, menari, berlari dan sebagainya, pertanda jika kecerdasan kinestetiknya bagus sehingga perlu distimulasi agar bisa berkembang lebih maksimal. Pembelajaran atau informasi yang diterima akan lebih mudah dicerna jika anak aktif secara kognitif maupun motorik.

Studi yang dilakukan The American Journal of Human Biology menunjukkan, anak-anak usia 2-10 tahun menghabiskan 75 persen waktu mereka dengan aktivitas kurang gerak dan memiliki risiko sembilan kali lebih besar mengalami kurangnya koordinasi motorik dibanding anak-anak sebaya yang melakukan aktivitas fisik.

Secara ilmiah kecerdasan anak bisa diketahui dari seberapa aktif anak tersebut. Peneliti dari University of British Columbias dalam jurnal Observational Accuracy in Sport mengemukakan jika aktivitas fisik dapat membantu mempertahankan aliran darah yang optimal (baik) ke seluruh tubuh. Hal ini bukan hanya mempertahankan sirkulasi Oksigen ke otak, tapi juga bisa membantu meningkatkan pertumbuhan sel otak.

Jika fungsi otak sudah berfungsi dengan baik, maka proses penyerapan suatu informasi akan mudah diserap oleh otak. Hal ini juga akan berdampak baik bagi prestasi anak-anak ketika di sekolah. Selain berprestasi di bidang Akademik biasanya anak yang gemar beraktivitas fisik juga berprestasi dibidang non Akademik, khususnya pada bidang olahraga.

Tidak sedikit orang tua yang menganggap jika anak yang pandai bermain gadget merupakan anak yang cerdas. Hal ini patut ditepis. Pasalnya berbagai macam dampak anak kecanduan gadget berpengaruh langsung terhadap perkembangan anak hingga dewasa.

Psikolog anak Rumah Sakit Awal Bros Batam, Maryana, Mpsi, Psi mengatakan, “Gadget memanglah bermanfaat untuk perkembangan anak, tetapi tidak boleh berlebihan. Jangan sampai menjadi screen addict”. Screen addict adalah kondisi ketika anak kecanduan menatap layar gadget.

Pemberian gadget pada anak sebagai media pembelajaran sebenarnya tidak terlalu cukup untuk mengasah kecerdasan otak pada anak. Seorang Associate Professor of Pediatrics di Bangkok, Dr. Rawat Sichangsirikarn mengatakan bahwa anak-anak yang terlalu sering bermain gadget bisa kehilangan kesempatan untuk mengembangkan ketrampilan dasar lainya.

Penelitian yang dilakukan oleh University Eastern Finlandia dalam jurnal The Physical Activity And Nutrition menemukan jika pelajar yang aktif di kegiatan kinestetik, sepertik atletik, ternyata memiliki kemampuan membaca dan matematika yang baik. Kedua kemampuan ini merupakan sebuah kemampuan dasar akademik yang akan mendukung mereka mencapai prestasi yang unggul di mata pelajaran yang lain. Hal tersebut membuktikan jika anak aktif bergerak dapat membantu kecerdasan pada anak. Selain itu aktif bergerak juga dapat membantu anak tumbuh lebih sehat.

Contohnya ketika anak bermain sepeda dengan waktu tertentu, detak jantungnya pasti akan meningkat, sehingga membuat jantung lebih kuat, suplai sari makanan ke seluruh tubuh semakin membaik dan peredaran darah lebih lancar. Tubuh anak juga akan terasa lebih bugar. Energi anak biasanya akan terkuras, sehingga membutuhkan nutrisi untuk mengembalikan energinya. Dengan begitu pertumbuhan anak berjalan dengan optimal.

Gaya hidup yang sehat bisa ditanamkan sejak dini bagi anak-anak. Salah-satunya adalah dengan aktif untuk beraktivitas fisik. Aktivitas fisik untuk anak-anak bisa dilakukan dengan cara yang menyenangkan. Contohnya adalah dengan bermain di Growfit Playground. Growfit Playground merupakan sebuah tempat bermain anak, sekaligus tempat berolahraga. Growfit Playground merupakan In-room Playground yang bisa diletakkan didalam kamar anak, sehingga mempermudah pengawasan orang tua disaat anak-anak bermain.

riyanti project