Sebelum Covid-19 masuk di Indonesia, banyak masyarakat yang menganggap remeh. Buntutnya, mereka emoh mematuhi protokal yang dianjurkan pemerintah. Alhasil, sampai saat ini, banyak kejadian di masyarakat seperti kasus positif, pemantauan dalam pengawasan (PDP) dan orang dalam pemantauan (ODP) serta terjadinya kasus meninggal namun ada beberapa yang sembuh juga.
Masyarakat sejatinya bisa mengawasi atau mengatasi diri dengan cara physical distancing dan mematuhi aturan dokter dengan cara selalu cuci tangan, selalu memakai masker dan menjaga jarak sekitar 1-2 meter. Tahun 2020 menjadi tahun yang bisa dibilang tahun kritis dalam segala bidang di suatu Negara. Misalnya dalam bidang kesehatan serta dalam bidang ekonomi yang paling menonjol.
Krisis tersebut disebabkan tidak lain dan tidak bukan karena pandemi Covid-19. Penamaanya sendiri menjadi Covid-19 yang merupakan penyakit yang disebabkan oleh Covid-19. World Health Organization (WHO) telah resmi menjadikan Wabah virus corona menjadi pandemi pada 11 maret tahun 2020. WHO memutuskan keputusan tersebut karena tingkat penyebaran dan keparahan dari wabah Covid-19 yang terjadi di dunia semakin mengkhawatirkan.
Istilah social distancing sudah tidak asing lagi di telinga kita karena sering disebut-sebut saat ini. Apakah social distancing benar-benar penting? Ya, itu penting untuk melindungi diri kita di tengah-tengah pandemi. Menurut CDC, social distancing adalah “menjaga jarak aman antara dirimu dan orang yang bukan dari rumahmu”.
Pemerintah mengajak kita melakukan social distancing di tengah pandemi untuk menghambat atau memutus rantai penyebaran virus corona. Banyak perusahaan dan sekolah tutup dan orang-orang bekerja serta belajar di rumah. Acara yang melibatkan banyak orang juga dilarang. Ini adalah cara-cara untuk mencegah kita dari paparan virus.
Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa selama kita mencuci tangan dan memakai masker, tidak apa-apa untuk pergi keluar atau bahkan berlibur. Namun, social distancing bisa membantu kita dalam memerangi virus corona. CDC juga mengatakan bahwa jarak sosial "membantu membatasi kesempatan untuk bersentuhan dengan permukaan yang terkontaminasi dan orang yang terinfeksi di luar rumah". Hal ini bisa mengingatkan kita bahwa social distancing bukanlah hal sepele yang bisa diabaikan orang.
Pemerintah Indonesia telah membentuk gugus tugas percepatan penanggulangan Covid-19 , pemerintah juga telah mengeluarkan Himbauan kepada masyarakat untuk melakukan physical distancing serta Social distancing dengan melakukan segala aktifitas di rumah. Namun, masih banyak yang tidak menghiraukan imbauan untuk tetap di rumah. Padahal kebijakan untuk melakukan segala sesuatu di rumah adalah upaya pemutusan penyebaran Covid-19 ini.
Upaya untuk tetap dirumah saja masih kurang efektif dalam penanganan Covid-19 ini, karena masih banyaknya orang-orang yang beraktifitas diluar rumah, dan tidak adanya tindakan kepada orang-orang yang tidak melaksanakan himbauan ini. Hal itu menyebabkan masih berkembangnya pernyebaran virus corona.
Seperti yang kita ketahui, untuk memutus angka penyebaran Coronavirus ini adalah dengan melakukan inkubasi selama 14 hari (2 minggu) yang merupakan standar International. Inkubasi dilakukan selama 14 hari itu adalah waktu antara terjadinya infeksi dari virus dan timbulnya gejala. Harapannya setelah melakukan inkubasi selama 14 hari adalah putusnya penyebaran Covid-19.
Tetapi, hal ini menjadi tidak mungkin, dikarenakan inkubasi yang terlaksana di Indonesia ini bukan inkubasi secara serentak. Ini menyebabkan orang yang telah melakukan inkubasi akan tetapi memiliki risiko tertular Coronavirus di luar masa inkubasi yang ia lakukan, karena berinteraksi pada orang yang tidak melakukan inkubasi.
Perlu diketahui juga bahwa penularan virus ini bisa melalui manusia antar manusia ketika mereka melakukan kontak fisik satu sama lain. Untuk upaya penangananya dari yang paling sederhana yaitu dengan menggunakan masker ketika akan keluar rumah, ketika batuk maupun bersin wajib sekiranya ditutup dengan menggunakan lengan baju bagian dalam, dan tidak lupa untuk mencuci tangan dengan sabun setelah keluar dari luar rumah, bahkan bila perlu ketika keluar rumah membawa hand sanitizer. Hal itu semua merupakan upaya penanganan virus corona sebelum akhirnya semakin meluas dari diri sendiri.
Mengenai upaya penanganan virus corona, menurut kami sudah tepat seperti yang dirancanakan pemerintah sebagaimana diketahui bahwa penyebaran Covid-19 ini dapat menyebar melalui droplets atau cairan yang dapat disebarkan melalui batuk maupun bersin, sehingga ketika batuk maupun bersin diwajibkan untuk menutup dengan lengan baju bagian dalam agar tidak tertular. Karena tidak ada yang tahu orang yang batuk ataupun bersin terjadinya positif Covid-19 sehingga kita harus mengantisipasinya.
Mengenai Physical distancing sangat tepat karena menjaga jarak untuk kontak fisik. Karena perkembangan semakin cepat terjadi di Indonesia dan dengan adanya pemberlakuan WFH diperpanjang dan Covid-19 semakin meluas di berbagai provinsi di Indonesia. Sehingga larangan mudik-pun diberlakukan karena memang situasinya tidak memungkinkan dan diperkirakan libur hari raya tidak bisa melakukan mudik.
Kebijakan Pemerintah Indonesia masih kurang tepat dalam menangani Coronavirus. Indonesia seharusnya mencontoh kebijakan-kebijakan Negara yang telah berhasil menekan angka penyebaran virus corona ini, seperti Negara Taiwan, Korea Selatan, Canada, Georgia, dan beberapa Negara lainnya.
Taiwan dalam usahanya untuk menekan angka penyebaran Covid-19 yaitu dengan melakukan pemeriksaan pada orang-orang yang akan masuk ke Taiwan, khusunya dari China. Taiwan juga melacak siapapun yang dikarantika mandiri, serta meningkatkan produksi peralatan medis.
Kemudian, upaya korea selatan dalam menghadapi Covid-19 adalah dengan melakukan lockdown atau karantina wilayah, dan banyak lagi upaya yang dilakukan Negara-negara yang lainnya. Dari upaya-upaya Negara lain, upaya yang paling berhasil adalah lockdown total, karena hanya dengan 14 hari perkembangan Virus Corona ini akan terputus.
Maka dari itu, kita perlu melindungi diri kita dari paparan virus demi kebaikan diri kita sendiri dan orang lain. Untuk mengatasi kelelahan di tengah pandemi, kita bisa mencoba untuk tetap berhubungan dengan orang-orang terdekat kita sehingga kita tidak merasa jenuh. Kita harus mengingat bahwa semua bisa terpapar oleh virus dan vaksin belum bisa digunakan, jadi penting untuk selalu menerapkan protokol kesehatan, terutama saat ada hal mendesak yang mengharuskan kita untuk keluar rumah.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Sebut WHO Rancang Pandemi Baru, Epidemiolog UI Tepis Ucapan Dharma Pongrekun: Itu Omong Kosong
-
Negara Kaya Wajib Bantu Negara Berkembang? Ini Tuntutan AHF di WHO Pandemic Agreement
-
Kartu Prakerja Catat Prestasi Signifikan Hingga Dapat Puja-puji Dunia
-
Dharma Pongrekun Sebut Penyebab Tanah Abang Sepi Akibat Pandemi Covid-19
-
Kawal Masyarakat Indonesia Selama Pandemi Covid-19, 10 Tahun Jokowi Catat Kemajuan Pesat Bidang Telemedicine
Health
-
Strategi Mengelola Waktu Bermain Gadget Anak sebagai Kunci Kesehatan Mental
-
Suka Konsumsi Kulit Buah Kopi? Ini 3 Manfaat yang Terkandung di Dalamnya
-
Sehat ala Cinta Laura, 5 Tips Mudah yang Bisa Kamu Tiru!
-
4 Minuman Pengahangat Tubuh di Musim Hujan, Ada yang Jadi Warisan Budaya!
-
6 Penyakit yang Sering Muncul saat Musim Hujan, Salah Satunya Influenza!
Terkini
-
Janji Menguap Kampanye dan Masyarakat yang Tetap Mudah Percaya
-
Kehidupan Seru hingga Penuh Haru Para Driver Ojek Online dalam Webtoon Cao!
-
4 Rekomendasi OOTD Rora BABYMONSTER yang Wajib Kamu Sontek untuk Gaya Kekinian
-
Dituntut Selalu Sempurna, Rose BLACKPINK Ungkap Sulitnya Jadi Idol K-Pop
-
Ulasan Film The French Dispact: Menyelami Dunia Jurnalisme dengan Gaya Unik