Saat ini, kita sudah tidak asing lagi dengan penyakit-penyakit yang ada. Salah satunya adalah difteri. Dilansir dari beberapa sumber yaitu halodoc.com dan alodokter.com, dijelaskan mengenai faktor, gejala, dan pengobatan penyakit ini.
Pengertian Difteri
Ternyata Difteri dapat menular melalui batuk, bersin, atau luka yang terbuka. Penyebab utamanya yaitu oleh bakteri Corynebacterium diphteriae. Penyakit Difteri ini menyerang tenggorokan dan selaput lendir pada hidung. Selain itu, Difteri juga dapat berpengaruh pada kulit.
BACA JUGA: Menkes Ungkap Biang Kerok Muncul KLB Difteri di Garut
Faktor Risiko Penularan
Difteri dapat menyerang seseorang dari berbagai rentan usia. Faktor risiko penularannya juga bisa disebabkan karena berbagai hal. Selain karena tidak vaksin juga dipengaruhi oleh beberapa hal berikut ini.
1. Sistem kekebalan tubuh yang lemah
2. Gaya hidup yang tidak sehat
3. Lingkungan hidup yang tidak dijaga
4. Tinggal di daerah padat penduduk dan kurang memperhatikan mengenai kebersihan
5. Berpergian ke daerah yang tinggi kasus difteri
Gejala Difteri
Berselang waktu 2-5 hari setelah seseorang terserang bakteri Corynebacterium diphteriae, maka akan muncul beberapa gejala yang harus diwaspadai.
1. Demam dan menggigil
2. Sakit tenggorokan dan suara serak
3. Pembengkakan kelenjar getah bening pada leher
4. Kulit pucat dan dingin
5. Batuk yang keras
6. Pilek yang dapat bercampur darah
Pengobatan
Setiap penyakit sudah pasti ada obatnya. Nah, di sini kita bahas pengobatan dari penyakit Difteri yang tergolong sebagai penyakit serius.
BACA JUGA: Bahas Status Pandemi Covid-19 Jadi Endemi, Menkes Budi Gunadi Mau Temui Kepala WHO
1. Antitoksin
Hal pertama yang bisa dilakukan adalah suntik antitoksin atau suntik anti racun. Hal ini bertujuan untuk membunuh racun yang dihasilkan oleh penyakit Difteri. Sebelum pasien disuntik antitoksin, mereka akan dicek alergi terlebih dahulu untuk memastikan bahwa mereka tidak mempunyai alergi terhadap antitoksin.
2. Antibiotik
Antibiotik yang diberikan oleh dokter bisa berwujud penisilin atau erythromycin untuk mengalahkan bakteri difteri. Taoj pemberian antibiotik ini harus dengan resep dokter. Setelah dua hari pemberian antibiotik, pasien tidak akan menularkan penyakit Difteri.
Banyak sekali jenis penyakit yang sudah sering kita dengar. Mulai dari penyakit yang tergolong ringan sampai serius. Maka dari itu, kita harus senantiasa menjaga kesehatan tubuh dengan cara menjaga pola makan dan gaya hidup.
Kita juga bisa melakukan pencegahan terhadap penyakit difteri dengan cara imunisasi sejak dini dan menjaga kebersihan. Selain itu, kita harus senantiasa menjaga makanan tetap higienis. Lebih baik lagi jika kita mengenakan masker saat berpergian.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Fakta Menarik dari 'Smugglers', Film Baru Korea yang Penuh Bintang Korea
-
Disney Rilis 'Haunted Mansion' Tayang Juli di Bioskop, Moviegoer Merapat!
-
Film 'Galaksi' Adaptasi Wattpad Tayang di Bioskop Agustus 2023, Sudah Siap?
-
Rumbling Lanjut, Attack on Titan Final Season Tayang Musim Gugur Mendatang!
-
Doraemon Nobita's Sky Utopia Hadir di Bioskop Indonesia Bulan Juli Ini!
Artikel Terkait
Health
-
Kopi Bikin Awet Muda? Studi Harvard Buktikan Manfaat Tak Terduga
-
Bukan Sekadar Benci Hari Senin: Menguak Mitos 'Monday Blues'
-
Waspada! Apa yang Kita Makan Hari Ini, Pengaruhi Ingatan Kita 20 Tahun Lagi
-
Rayakan Hari Lari Sedunia: Langkah Kecil untuk Sehat dan Bahagia
-
Ilmuwan Temukan 'Sidik Jari' Makanan Ultra-Proses dalam Darah dan Urin
Terkini
-
Key SHINee Bagikan Pesan Tentang Dirinya Sendiri di Album Solo 'Hunter'
-
Buku The Proudest Blue: Ketika Hijab Jadi Simbol Keberanian dan Identitas
-
Vivo Y400 4G Segera Rilis ke Indonesia, Desain Layar HP Flagship dan Lulus Sertifikasi Tahan Air
-
Studio Rosid: Menyusuri Jejak Ingatan dalam Sunyi yang Terawat
-
Mengungkap Greenwashing: Menjual Keberlanjutan, Menyembunyikan Kerusakan