Istilah "jam koma" telah menjadi sangat populer, terutama di kalangan generasi Z. Istilah ini menggambarkan keadaan di mana seseorang, khususnya anak muda, mengalami penurunan energi yang tiba-tiba dan drastis, hingga merasa seolah-olah 'mati suri' untuk sementara waktu. Lalu, apa sebenarnya jam koma Gen Z?
Jam koma bukan sekadar istilah santai, melainkan mencerminkan kenyataan yang dialami banyak orang, di mana mereka merasa kelelahan di tengah ritme hidup yang sangat cepat. Istilah ini menunjukkan tantangan yang dihadapi generasi muda dalam menjaga keseimbangan antara aktivitas sehari-hari dan kebutuhan untuk beristirahat.
TikTokers Oslo Ibrahim, melalui akun @osloibrahim, menjelaskan bahwa “jam koma” adalah saat di mana seseorang merasa sangat tertekan dan lelah, sampai tidak sadar melakukan hal-hal tertentu. Dalam kondisi ini, individu mengalami apa yang ia sebut sebagai “jam koma.”
Tren istilah ini juga mencerminkan tekanan hidup yang dialami generasi muda, yang semakin ingin menikmati waktu istirahat yang berkualitas. Kelelahan ini menyebabkan banyak orang sulit berkonsentrasi dan melupakan hal-hal kecil.
Meskipun terdengar seperti lelucon, istilah jam koma menggambarkan kondisi serius yang dialami oleh mereka yang memiliki jadwal kerja yang padat dan harus menahan tekanan yang besar. Fenomena ini menunjukkan betapa pentingnya perhatian terhadap kesehatan fisik dan mental.
Jam koma bukan hanya sekedar istilah modis; ia mencerminkan kenyataan banyak orang di tengah kehidupan yang serba cepat. Munculnya istilah ini di media sosial menunjukkan bagaimana generasi muda berjuang untuk menjaga keseimbangan antara aktivitas harian dan kebutuhan istirahat.
Fenomena ini sering dialami oleh individu dengan gaya hidup sibuk, di mana tubuh dan pikiran terus dipaksa bekerja meskipun sudah merasa lelah. Kelelahan fisik sering kali membuat tubuh tidak berfungsi normal, sementara otak tetap aktif, menyebabkan kesulitan tidur atau beristirahat dengan baik.
Hal ini menyoroti pentingnya menjaga keseimbangan antara aktivitas dan istirahat, karena kelelahan yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental secara signifikan.
Jam koma terjadi ketika tubuh mengalami kelelahan fisik yang ekstrim, tetapi otak tetap aktif dan tidak bisa berhenti berpikir. Kondisi ini menggambarkan ketidakcocokan antara kebutuhan tubuh untuk beristirahat dan pikiran yang terus berputar, bahkan saat tubuh sudah memberikan sinyal lelah.
Akibatnya, seseorang yang mengalami jam koma sering kehilangan fokus dan mudah lupa hal-hal sederhana, seperti mengunci pintu atau membawa belanjaan. Fenomena ini umumnya dialami oleh orang-orang dengan gaya hidup yang sangat padat dan penuh tekanan.
Tuntutan pekerjaan sering membuat tubuh terus bekerja meskipun energi sudah habis. Ketika kelelahan mencapai puncaknya, otak tetap aktif, membuat seseorang kesulitan tidur walaupun tubuh sudah sangat membutuhkan istirahat, yang pada gilirannya memperburuk kondisi kelelahan.
Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya jam koma antara lain stres berlebihan, kurang tidur, dan kebiasaan buruk sebelum tidur, seperti penggunaan perangkat elektronik yang berlebihan. Jika dibiarkan, fenomena ini dapat mempengaruhi produktivitas dan kesehatan mental seseorang secara signifikan.
Menurut Medical News Today, kelelahan kognitif atau cognitive fatigue adalah penurunan kemampuan untuk berpikir secara efektif dan mempertahankan fokus. Sama halnya dengan kelelahan fisik, aktivitas mental yang berkepanjangan juga dapat menyebabkan kelelahan yang berdampak pada pikiran.
Berbagai faktor, seperti stres dan kurang tidur, dapat memicu kelelahan kognitif. Beberapa gejalanya meliputi mudah lupa, sering melakukan kesalahan, dan kesulitan untuk berkonsentrasi.
Untuk mengatasi kelelahan kognitif, penting untuk mengambil istirahat sejenak, terutama saat menghadapi tugas-tugas yang sangat menuntut pikiran.
Berdasarkan penjelasan di atas, istilah atau tren “jam koma” memiliki kemiripan dengan kelelahan kognitif, meskipun tidak bisa dikatakan bahwa keduanya identik. Untuk mengklasifikasikan “jam koma” sebagai kelelahan kognitif, diperlukan pemahaman yang lebih dalam mengenai keduanya.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Pra-Peradilan Tom Lembong di Tengah Pusaran Dugaan Korupsi Impor Gula
-
Puncak Gunung Es: Penangkapan Oknum Pegawai Komdigi dan Masalah Judi Online
-
Pembakaran Buku Najwa Shihab: Keruntuhan Literasi dan Strategi Membungkam Kritik Publik
-
Bukan Pilihan Alternatif, Mengapa Vape Sama Berbahaya dengan Rokok Biasa?
-
Menyelami Kehidupan dan Kematian: Pesan dalam 'Putih' Karya Efek Rumah Kaca
Artikel Terkait
-
Paling Banyak Dipilih Gen Z Jakarta di Survei Litbang Kompas, RK Sebut Bapaknya Gen Z, Kenapa?
-
Waspada! Stres Jadi Ancaman Para Pekerja
-
Gen Z Punya Peran Penting Majukan Komunitas Ekonomi Kreatif di Indonesia, Apa Saja Tantangannya?
-
Himasakta, Formandibula, dan Imabsi Unila Gelar Workshop Wirausaha Gen Z
-
10 Penyebab Utama Generasi Z Sering Dipecat Perusahaan
Lifestyle
-
4 Tips OOTD Rok ala Zara Adhisty yang Girly Abis, Cocok Buat Hangout!
-
4 Gaya OOTD Girly ala Kim Se-jeong, Simpel untuk Disontek!
-
4 Rekomendasi Parfum Pria Miniso Terbaik, Aroma Mewah, Harga Ramah!
-
4 Inspirasi Gaya Kasual Chaeryeong ITZY yang Simpel, Cocok Jadi Daily OOTD!
-
3 Look Outfit Elegan ala Roh Yoon-seo, Mana yang Cocok Buat Dinner?
Terkini
-
Sambut Hari Anak Sedunia PBB, Doyoung NCT Donasi Rp1,1 Miliar ke UNICEF
-
3 Film Korea yang Dibintangi Song Kang Ho, Ada Sporty hingga Mendebarkan
-
Indonesia dan Lunturnya Budaya Malu, dari "Jam Karet" hingga Korupsi
-
TVXQ Resmi Merilis Album Perayaan Debut 20 Tahun di Jepang Bertajuk 'Zone'
-
3 Pemain Kunci Timnas Jepang yang Perlu Diwaspadai, Ada Eks-Inter Milan