Hayuning Ratri Hapsari | Ancilla Vinta Nugraha
Ilustrasi bed rooting (Unsplash/Annie Spratt)
Ancilla Vinta Nugraha

Tren bed rotting belakangan ramai di kalangan Gen Z yang menganggap rebahan seharian sebagai bentuk self-care. Fenomena ini memancing perdebatan karena dinilai bisa berdampak pada kesehatan mental jika dilakukan berlebihan. 

Fenomena bed rotting sendiri merujuk pada kebiasaan menghabiskan waktu berjam-jam di tempat tidur tanpa melakukan aktivitas produktif yang dilakukan sehari-hari. Biasanya orang hanya menonton video, menggulir media sosial, atau diam begitu saja untuk “mematikan” rutinitas.  

Bagi sebagian Gen Z, bed rotting dianggap sebagai solusi untuk memulihkan energi setelah menghadapi tekanan pekerjaan dan akademik. Mereka menilai rebahan lama membantu menenangkan pikiran dari overstimulasi dan informasi yang datang terus-menerus.

Jadi sebenarnya aman atau justru berisiko?

Mengutip dari Health.com, tidur terlalu lama memang bisa memberi manfaat jangka pendek bagi sebagian orang. Namun hal itu mulai mengkhawatirkan jika berlangsung lebih dari satu atau dua hari, ujar Ryan Sultan, MD, asisten profesor psikiatri klinis di Columbia University Irving Medical Center/New York State Psychiatric Institute, kepada Health.

Ia menjelaskan bahwa kebiasaan tidur terlalu lama dapat menjadi tanda depresi atau masalah kesehatan mental lainnya. Sultan menegaskan pentingnya memperhatikan perubahan pola tidur sebagai bagian dari menjaga kondisi mental.

Di sisi lain, Nicole Hollingshead, PhD, psikolog sekaligus asisten profesor klinis di Ohio State University Wexner Medical Center, mengatakan kepada Health, bahwa apa yang dilakukan seseorang di tempat tidur juga berpengaruh pada kesejahteraan. Kebiasaan ini bisa menjadi masalah jika sebagian besar waktu dihabiskan dengan menatap gawai.

Ia menambahkan bahwa semakin banyak riset yang menunjukkan dampak negatif penggunaan media sosial dan ponsel terhadap kesehatan mental. Hollingshead menyebut hal ini sangat memengaruhi kondisi mental, terutama pada kalangan dewasa muda.

Lantas, bagaimana agar bed rotting tetap aman? 

Masih dari Health.com, bed rotting masih bisa dilakukan dengan cara yang lebih sehat dan terkontrol. Para ahli menyarankan agar waktu istirahat di tempat tidur diisi dengan aktivitas yang membuat perasaan lebih baik, seperti membaca, meditasi, menulis, dan lainnya. 

Selain itu, penting untuk menetapkan batas waktu agar tidak berlama-lama di tempat tidur. Dalam laporan yang sama, sang ahli menyarankan penggunaan pengingat atau timer di ponsel untuk membantu mengatur durasi. Kebiasaan ini juga sebaiknya tidak dilakukan setiap hari agar tidak berubah menjadi pola yang tidak sehat. 

Ahli lainnya juga menambahkan bahwa meski bed rotting dapat memberi kelegaan sementara, kebiasaan ini tidak boleh dijadikan cara utama untuk menghadapi rasa lelah, keletihan, atau gejala depresi. 

Hingga pada akhirnya, bed rotting bisa menjadi bentuk istirahat yang membantu selama dilakukan dengan sadar dan tidak berlebihan. Namun jika mulai menjadi pelarian utama atau dilakukan terlalu sering, penting untuk kembali menyeimbangkannya dengan aktivitas yang lebih produktif dan sehat.