Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Ahmad Zubairi
Inter Milan merayakan kemenangan (Instagram.com/@inter)

Tak mudah bagi Inter Milan untuk menjuarai Coppa Italia musim ini. Sebab di final, lawan yang harus ditempuh, adalah Si Nyonya Tua, atau Juventus nama terkenalnya. 

Bagi sebagian orang, mungkin sedikit banyak lebih ke jalur "kemenangan yang mudah atas Inter Milan", tapi pada saat waktu dan drama itu dimulai, drama itu benar-benar terjadi. Drama tinggi adalah sepak terjal yang harus dilalui oleh Alexis Sanchez dan rekan-rekannya. 

Untuk mendapatkan trofi bergengsi tersebut, Inter Milan dipaksa ngos-ngosan. Bahkan, lewat tambahan waktu 15 x 2 menit atau babak extra time. 

Mengapa Inter Milan lebih diunggulkan dan banyak yang memprediksi akan menang mudah atas Juventus?

Salah satu alasan yang sangat mencolok adalah: Inter Milan di kancah Serie-A adalah tim yang sangat tangguh. Sementara di kubu Juventus, di Serie-A sedang sedikit mengalami jalan yang buntu. Artinya, jika berkaca di kelas itu, jelas bahwa Inter Milan memang akan menang dengan mudah. Acuan peringkat adalah sokongan atau pertanda semakin jayanya Inter Milan atas Juventus.

Namun, Paulo Dybala dan kolega memutus ekspektasi tersebut. Bianconeri sadar bahwa, ini adalah laga final. Dan bukan ajang Serie-A. 

Di Serie-A Juventus boleh dianggap bulan-bulanan. Tapi, di ajang Coppa Italia, jangan lagi.

Setidaknya, perlawanan yang mereka berikan atas Inter Milan meski harus menelan kekalahan adalah menyadarkan kita terhadap logika, bahwa sebenarnya, Juventus adalah tim yang tak layak disebut tim bulan-bulanan. 

Jelasnya, masuknya Juventus ke babak final adalah pertanda betapa kuatnya tim yang berjuluk Bianconeri itu. 

Dua gol yang bersarang ke gawang Inter Milan melalui Alex Sandro dan Dusan Vlahovic menyadarkan Inter Milan. Bahwa di final, Juventus mampu bersaing secara mati-matian. Anggapan Juventus perihal tim yang tak layak bersaing dengan Inter Milan karena Inter tersebut dominan, itu terpatahkan. 

Namun itu tadi, apa yang dianggap orang-orang, tentang Inter Milan yang memang "sedikit" lebih kuat daripada Juventus adalah keniscayaan. Walaupun tak lepas dari kata keajaiban. Juventus bukan berarti tak mampu melakukan determinasi. Akan tetapi, visi-misi Inter Milan dan instruksi pelatih yang dituangkan di lapangan, itu lebih berarti. 

Inter Milan yang kini sedang bergulat dalam perburuan gelar Serie-A, mempunyai rasa yang was-was bila harus keok dengan tim Serie-A yang kini tak berburu gelar. Maka, kemenangan itu pantas disabet oleh Inter Milan. 

Membidik juara Coppa Italia bukan tanpa alasan bagi Inter Milan. Itu pertanda, alarm sudah menyala bagi AC Milan, sang rival perburuan gelar Serie-A. Logika sederhananya, bila Inter Milan sudah juara Coppa Italia, maka menjuarai Serie-A adalah cita-cita selanjutnya. 

Juara dan asa membidik trofi itu benar-benar nyata. 

Ahmad Zubairi