Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Ahmad Zubairi
Irfan Jaya (Merah) saat melawan Bangladesh.[Instagram.com/@pssi]

Sayang sekali, Indonesia yang di atas kertas diunggulkan menang atas Bangladesh, justru harus puas bermain imbang tanpa gol. Selain gagal menang untuk memperbaiki rekor 47 persen persentase kemenangan Shin Tae-yong, hal ini juga berpengaruh atas poin Indonesia di rangking FIFA. Sungguh sayang sekali. 

Hasil imbang ini tentu saja harus dibayar dengan kekecewaan. Namun, bagi Bangladesh, tentu saja adalah suatu hal yang sangat menyenangkan. Lihat saja cuplikannya setelah peluit babak kedua dibunyikan sebagai tanda berakhirnya laga. Betapa bahagianya raut wajah para pemain Bangladesh. Mungkin, sederhananya, mereka bahagia lantaran mampu bermain imbang atas tim yang levelnya di atas mereka. Barangkali demikian. 

Jarak Antar Lini Indonesia yang Jauh

Memang, lini tengah Garuda yang diisi oleh pemain yang bisa dikatakan mumpuni. Tapi lihat saja jaraknya. Klok, Irianto dan Lilipaly jauh sekali. Sehingga sodoran dari pos itu tidak maksimal. Tak ada cara lain kecuali harus umpan lambung dan umpan jauh. Akhirnya, apa? Tidak akurat dan amburadul. Long ball benar-benar tak sesuai kenyataan. Jauh. Semacam jarak Surabaya-Medan. 

Kualitas Individu yang Tak Kelihatan

Sungguh. Pemain kita kualitas individunya, di atas kertas jauh lebih baik ketimbang pemain Bangladesh. Saddil, Irfan, Klok, Lilipaly, Arhan adalah salah satunya. Tapi, kali ini, mereka kelihatan bermain di bawah performa terbaiknya. Entahlah. Umpan satu dua tak berjalan manis. 

Tak Ada Penetrasi 

Selain itu, penetrasi dari penggawa Indonesia juga mati suri. Saddil dan Irfan hanya mampu bermain begitu. Shoot yang amat jauh dari sasaran. Sekali bawa bola, mudah lepas. Sekali mencoba masuk ke kotak penalti, bolanya hilang. Winger yang ditugaskan berpenetrasi untuk membongkar pertahanan lawan masih jauh dari kata sempurna. 

Hilangnya Variasi Serangan

Bola hanya sering mentok di lini tengah ketika mau membangun serangan. Begitu pula saat mau membangun serangan dari sisi sayap. Hilang dan gagal. Dan yang tak luput adalah masih cenderung monoton. Payah benar. 

Pertahanan Bangladesh

Pertahanan Bangladesh memang bisa dikatakan baik. Tapi, andai saja Indonesia mampu bermain dengan baik, bukan tidak mungkin pertahanan mereka akan goyah. Sebab, bukan maksud merendahkan Bangladesh, pertahanan mereka enggak bagus-bagus amat, kok. Mereka cuma menang kompak dalam hal pressing di saat Indonesia tidak kompak membangun serangan, jarak antar lini jauh dan kebobrokan lainnya. Dan itulah Indonesia. Ya, mau gimana lagi? 

Ahmad Zubairi